Lalai Kelola Kadar Lipid, Risiko Komplikasi Kardiovaskular Mengintai
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengelolaan dislipidemia menjadi salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian seseorang guna menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah ( kardiovaskular ). Pengendalian kadar lipid (lemak) ini berkaitan dengan faktor metabolik yang dapat memicu masalah tersebut seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi. Lalai mengelolanya, maka risiko komplikasi kardiovaskular bisa mengintai.
Menurut Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, dislipidemia merupakan kondisi di mana kandungan kadar lemak dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kadar lemak dalam darah ini umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low density lipoproteins (LDL) atau kolesterol jahat, dan high density lipoproteins (HDL) alias kolesterol baik.
“Kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan LDL, peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan HDL," kata dr. Tri pada seminar media dalam rangka gelaran Jakarta Endocrine Meeting (JEM) ke-17 tahun 2021 beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui profil lipid ini, seseorang harus melakukan tes kolesterol yang meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Tes atau pemeriksaan profil lipid secara rutin sangat dianjurkan pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan aterosklerosis (pengerasan arteri).
Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III, seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total setara atau di atas 240 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL setara atau lebih dari 160 mg/dl, kadar kolesterol trigliserida di atas 200 mg/dl, atau rendahnya kadar kolesterol HDL yaitu kurang dari 40 mg/dl.
Di Indonesia sendiri, kata dr. Tri, prevalensi dislipidemia yang didefinisikan sebagai kolesterol total setara atau lebih dari 160 mg/dl adalah 36% dengan rincian 33,1% pada laki-laki dan 38,2% pada perempuan berusia 25 tahun ke atas. Pasien diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5-3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini.
Sebagian besar penyakit kardiovaskular pada diabetes diakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang semakin meningkat setiap tahun.
“Kenaikan kolesterol LDL pada dislipidemia berhubungan langsung dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Penyakit kardiovaskular aterosklerotik merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular yang bertanggung jawab atas lebih dari 4 juta
kematian di Eropa setiap tahun,” terang dr. Tri.
Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35% dari seluruh kematian.
Sementara menurut penelitian Hussain dkk, penyebab terbanyak penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%). Sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).
“Pengelolaan dislipidemia memerlukan strategi komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid, namun juga faktor metabolik lain seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Pengobatannya terdiri dari terapi non-farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat antilipid," papar dr. Tri.
Aktivitas fisik yang disarankan, lanjut dr. Tri, adalah jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya 30 menit dalam 4-6 kali seminggu. Lalu, diet yang disarankan yakni diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran kurang lebih lima porsi atau lebih per hari, biji-bijian enam porsi atau lebih tiap hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
Adapun terapi farmakologi prinsip dasarnya adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan yaitu statin. Obat lain seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant, hanya digunakan bila
terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Lihat Juga: Benarkah Makanan Tinggi Kolesterol Menyebabkan Penyakit Kardiovaskular? Ahli: Hindari Gorengan
Menurut Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, dislipidemia merupakan kondisi di mana kandungan kadar lemak dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kadar lemak dalam darah ini umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low density lipoproteins (LDL) atau kolesterol jahat, dan high density lipoproteins (HDL) alias kolesterol baik.
“Kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan LDL, peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan HDL," kata dr. Tri pada seminar media dalam rangka gelaran Jakarta Endocrine Meeting (JEM) ke-17 tahun 2021 beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui profil lipid ini, seseorang harus melakukan tes kolesterol yang meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Tes atau pemeriksaan profil lipid secara rutin sangat dianjurkan pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan aterosklerosis (pengerasan arteri).
Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III, seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total setara atau di atas 240 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL setara atau lebih dari 160 mg/dl, kadar kolesterol trigliserida di atas 200 mg/dl, atau rendahnya kadar kolesterol HDL yaitu kurang dari 40 mg/dl.
Di Indonesia sendiri, kata dr. Tri, prevalensi dislipidemia yang didefinisikan sebagai kolesterol total setara atau lebih dari 160 mg/dl adalah 36% dengan rincian 33,1% pada laki-laki dan 38,2% pada perempuan berusia 25 tahun ke atas. Pasien diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5-3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini.
Sebagian besar penyakit kardiovaskular pada diabetes diakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang semakin meningkat setiap tahun.
“Kenaikan kolesterol LDL pada dislipidemia berhubungan langsung dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Penyakit kardiovaskular aterosklerotik merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular yang bertanggung jawab atas lebih dari 4 juta
kematian di Eropa setiap tahun,” terang dr. Tri.
Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35% dari seluruh kematian.
Sementara menurut penelitian Hussain dkk, penyebab terbanyak penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%). Sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).
“Pengelolaan dislipidemia memerlukan strategi komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid, namun juga faktor metabolik lain seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Pengobatannya terdiri dari terapi non-farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat antilipid," papar dr. Tri.
Aktivitas fisik yang disarankan, lanjut dr. Tri, adalah jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya 30 menit dalam 4-6 kali seminggu. Lalu, diet yang disarankan yakni diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran kurang lebih lima porsi atau lebih per hari, biji-bijian enam porsi atau lebih tiap hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
Adapun terapi farmakologi prinsip dasarnya adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan yaitu statin. Obat lain seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant, hanya digunakan bila
terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Lihat Juga: Benarkah Makanan Tinggi Kolesterol Menyebabkan Penyakit Kardiovaskular? Ahli: Hindari Gorengan
(tsa)