Makan Korban Seorang Bocah, Virus Nipah Patut Diwaspadai
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 bukan satu-satunya masalah kesehatan baru yang ada di dunia ini. Beberapa penyakit baru pun mulai bermunculan meski kasusnya tidak sebesar Covid-19 .
Adalah infeksi virus Nipah . Virus ini bahkan sudah menewaskan seorang bocah berusia 12 tahun di India pada awal September lalu.
"Bocah 12 tahun itu dirawat di rumah sakit di Kozhikode, Kerala, India, dengan gejala demam dan radang otak," lapor NPR seperti dikutip Fox News, Kamis (16/9/2021).
Setelah melewati beberapa pemeriksaan medis, bocah itu didiagnosis terinfeksi virus Nipah dan dinyatakan meninggal dunia pada 5 September 2021.
Baca juga: Penanganan Covid-19 di Indonesia Diapresiasi sebagai Salah Satu yang Terbaik
Setelah kabar meninggalnya bocah itu diumumkan pihak rumah sakit, pejabat negara langsung bergerak cepat untuk mengidentifikasi dan mengisolasi orang-orang yang melakukan kontak dengan almarhum.
"Pada 6 September, pejabat India mengidentifikasi 188 kontak, 20 di antaranya dianggap kontak dekat dan mereka ditempatkan di bawah pantauan pemerintah di rumah sakit," lapor CBS News.
Hari berikutnya, 7 September, berdasar hasil pemeriksaan laboratorium, pejabat mengumumkan bahwa 8 dari 20 kontak erat dinyatakan negatif virus Nipah.
Sayangnya, petugas kesehatan yang menangani kontak erat mulai menunjukkan gejala yang mirip dengan si bocah. Ya, gejala infeksi virus Nipah dan karena itu para nakes tersebut dirawat di rumah sakit sambil menunggu hasil tes.
Tak hanya melakukan identifikasi pada kontak erat, pejabat India pun mulai menutup area rumah si bocah sekitar 3,2 meter untuk menyelidiki wabah tersebut. Diharapkan dengan melakukan upaya ini, penyebaran virus dapat diminimalisir sekecil mungkin.
#Apa itu Virus Nipah?
Virus Nipah secara alamiah dapat ditemukan di alam dan banyak dimiliki pada tubuh kelelawar buah dari genus Pteropus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memastikan bahwa virus ini dapat melompat ke tubuh hewan lainnya, termasuk manusia.
"Jika virus menginfeksi tubuh, gejala yang muncul antara lain pembengkakan otak yang dikenal sebagai ensefalitis dan karena masalah tersebut, tubuh akan demam, sakit kepala, diikuti dengan kantuk, disorientasi, dan kebingungan," papar laporan tersebut.
"Orang yang terinfeksi virus Nipah dapat koma dalam waktu 48 jam setelah menunjukkan gejala," tegas CDC.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Dari beberapa informasi, virus Nipah sangat mematikan dengan tingkat kematian hingga 75 persen menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fakta ini bahkan mengungkapkan bahwa infeksi virus Nipah lebih berbahaya daripada Covid-19 yang hanya 2% secara keseluruhan.
Namun, menjadi catatan di sini adalah bahwa virus Nipah tidak mudah menular, beda dengan Covid-19. Pada kasus varian Delta misalnya, dari satu orang yang terinfeksi, dia bisa menularkan virus ke 7 orang di sekitarnya.
"Nah, pada infeksi virus Nipah, tingkat penyebarannya sangat kecil hanya 0,5% atau dari 1 orang yang terinfeksi, tidak lebih dari 1 orang yang berisiko terinfeksi," menurut Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Virus Nipah sendiri pertama kali ditemukan pada 1999 ketika infeksi itu menyebabkan wabah besar di Malaysia dan Singapura terkait dengan peternakan babi yang menewaskan lebih dari 100 orang. Sejak saat itu, virus menyebar ke beberapa negara seperti ke Bangladesh dan India.
Lihat Juga: Sejarah Berlian Koh-i-Noor, Permata di Mahkota Ratu Elizabeth II yang Dicuri Kerajaan Inggris dari India
Adalah infeksi virus Nipah . Virus ini bahkan sudah menewaskan seorang bocah berusia 12 tahun di India pada awal September lalu.
"Bocah 12 tahun itu dirawat di rumah sakit di Kozhikode, Kerala, India, dengan gejala demam dan radang otak," lapor NPR seperti dikutip Fox News, Kamis (16/9/2021).
Setelah melewati beberapa pemeriksaan medis, bocah itu didiagnosis terinfeksi virus Nipah dan dinyatakan meninggal dunia pada 5 September 2021.
Baca juga: Penanganan Covid-19 di Indonesia Diapresiasi sebagai Salah Satu yang Terbaik
Setelah kabar meninggalnya bocah itu diumumkan pihak rumah sakit, pejabat negara langsung bergerak cepat untuk mengidentifikasi dan mengisolasi orang-orang yang melakukan kontak dengan almarhum.
"Pada 6 September, pejabat India mengidentifikasi 188 kontak, 20 di antaranya dianggap kontak dekat dan mereka ditempatkan di bawah pantauan pemerintah di rumah sakit," lapor CBS News.
Hari berikutnya, 7 September, berdasar hasil pemeriksaan laboratorium, pejabat mengumumkan bahwa 8 dari 20 kontak erat dinyatakan negatif virus Nipah.
Sayangnya, petugas kesehatan yang menangani kontak erat mulai menunjukkan gejala yang mirip dengan si bocah. Ya, gejala infeksi virus Nipah dan karena itu para nakes tersebut dirawat di rumah sakit sambil menunggu hasil tes.
Tak hanya melakukan identifikasi pada kontak erat, pejabat India pun mulai menutup area rumah si bocah sekitar 3,2 meter untuk menyelidiki wabah tersebut. Diharapkan dengan melakukan upaya ini, penyebaran virus dapat diminimalisir sekecil mungkin.
#Apa itu Virus Nipah?
Virus Nipah secara alamiah dapat ditemukan di alam dan banyak dimiliki pada tubuh kelelawar buah dari genus Pteropus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memastikan bahwa virus ini dapat melompat ke tubuh hewan lainnya, termasuk manusia.
"Jika virus menginfeksi tubuh, gejala yang muncul antara lain pembengkakan otak yang dikenal sebagai ensefalitis dan karena masalah tersebut, tubuh akan demam, sakit kepala, diikuti dengan kantuk, disorientasi, dan kebingungan," papar laporan tersebut.
"Orang yang terinfeksi virus Nipah dapat koma dalam waktu 48 jam setelah menunjukkan gejala," tegas CDC.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Dari beberapa informasi, virus Nipah sangat mematikan dengan tingkat kematian hingga 75 persen menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fakta ini bahkan mengungkapkan bahwa infeksi virus Nipah lebih berbahaya daripada Covid-19 yang hanya 2% secara keseluruhan.
Namun, menjadi catatan di sini adalah bahwa virus Nipah tidak mudah menular, beda dengan Covid-19. Pada kasus varian Delta misalnya, dari satu orang yang terinfeksi, dia bisa menularkan virus ke 7 orang di sekitarnya.
"Nah, pada infeksi virus Nipah, tingkat penyebarannya sangat kecil hanya 0,5% atau dari 1 orang yang terinfeksi, tidak lebih dari 1 orang yang berisiko terinfeksi," menurut Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Virus Nipah sendiri pertama kali ditemukan pada 1999 ketika infeksi itu menyebabkan wabah besar di Malaysia dan Singapura terkait dengan peternakan babi yang menewaskan lebih dari 100 orang. Sejak saat itu, virus menyebar ke beberapa negara seperti ke Bangladesh dan India.
Lihat Juga: Sejarah Berlian Koh-i-Noor, Permata di Mahkota Ratu Elizabeth II yang Dicuri Kerajaan Inggris dari India
(nug)