Ini Empat Poin Penting tentang Antimicrobial Resistance
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perwakilan World Health Organization (WHO) di Indonesia, dr. Benyamin Sihombing, MPH, menyebutkan bahwa saat ini kematian akibat Antimicrobial Resistance (AMR) sebanyak 700 ribu orang/tahun. Diprediksi, jumlah kematian ini akan meningkat hingga 10 juta orang per tahunnya pada 2050.
Benyamin menjelaskan, pada 2021 WHO telah mengeluarkan satu laporan hasil dari Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS). Penelitian ini mengambil data dari 2019 dan 2020.
"Data ini diambil secara global dari 70 negara, salah satunya Indonesia di dalamnya. Penelitian ini juga melibatkan lebih dari 3 juta laboratorium di dunia. Hasilnya cukup menarik, dan juga mengejutkan," terang dr. Benyamin dalam media briefing Antimicrobials Awareness Week (WAAW) 2021, yang disiarkan di channel YouTube Kemenkes, Kamis (18/11/2021).
Baca juga: WHO Sebut AMR Berpotensi Jadi Silent Pandemic di Masa Depan, Ini Penjelasannya
Dari penelitian tersebut ditemukan empat poin penting mengenai AMR, antara lain:
1. Tingkat resistensi yang sangat tinggi terjadi pada patogen yang sangat umum yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK) terhadap obat Kotrimoksazol. Obat ini sebenarnya masuk dalam obat lini pertama.
2. Tingkat resistansi tinggi dari obat Ciprofloxacin terhadap ISK terjadi dan obat ini resistan terhadap kuman E. Coli dan K. Pneumoniae.
3. Ditemukan adanya resistansi pada obat-obat golongan betalaktam dan kuinolon.
4. Terjadi tingkat resistansi yang sangat tinggi dari obat Carbapenem terhadap kuman yang bernama Acinetobacter spp dan Carbapenem thd, K. Pneumoniae.
Baca juga: Terpilih Jadi Bu RT, Luna Maya Blusukan dengan Gaya Merakyat
"Saat ini sedang dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pandemi Covid-19 ini berkontribusi terhadap peningkatan antimikroba dalam penelitian ini," ungkapnya.
Benyamin menjelaskan, pada 2021 WHO telah mengeluarkan satu laporan hasil dari Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS). Penelitian ini mengambil data dari 2019 dan 2020.
"Data ini diambil secara global dari 70 negara, salah satunya Indonesia di dalamnya. Penelitian ini juga melibatkan lebih dari 3 juta laboratorium di dunia. Hasilnya cukup menarik, dan juga mengejutkan," terang dr. Benyamin dalam media briefing Antimicrobials Awareness Week (WAAW) 2021, yang disiarkan di channel YouTube Kemenkes, Kamis (18/11/2021).
Baca juga: WHO Sebut AMR Berpotensi Jadi Silent Pandemic di Masa Depan, Ini Penjelasannya
Dari penelitian tersebut ditemukan empat poin penting mengenai AMR, antara lain:
1. Tingkat resistensi yang sangat tinggi terjadi pada patogen yang sangat umum yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK) terhadap obat Kotrimoksazol. Obat ini sebenarnya masuk dalam obat lini pertama.
2. Tingkat resistansi tinggi dari obat Ciprofloxacin terhadap ISK terjadi dan obat ini resistan terhadap kuman E. Coli dan K. Pneumoniae.
3. Ditemukan adanya resistansi pada obat-obat golongan betalaktam dan kuinolon.
4. Terjadi tingkat resistansi yang sangat tinggi dari obat Carbapenem terhadap kuman yang bernama Acinetobacter spp dan Carbapenem thd, K. Pneumoniae.
Baca juga: Terpilih Jadi Bu RT, Luna Maya Blusukan dengan Gaya Merakyat
"Saat ini sedang dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pandemi Covid-19 ini berkontribusi terhadap peningkatan antimikroba dalam penelitian ini," ungkapnya.
(nug)