Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak, Kemenkes Siapkan 4 Jurus Jitu Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Untuk mengatasi kondisi ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mempersiapkan empat jurus jitu untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.
Adapun strategi pertama adalah deteksi dengan meningkatkan tes epidemiologi dan tes screening. Meningkatkan rasio kontak erat yang dilacak dengan melibatkan Babinsa atau Bhabinkamtibmas, surveilans genomik di daerah-daerah berpotensi lonjakan kasus hingga penguatan surveilans di pintu masuk negara
Strategi kedua yaitu terapeutik. Di mana konversi TT 30 sampai 40 persen dari total kapasitas rumah sakit serta pemenuhan suplai (termasuk oksigen), alat kesehatan, dan SDM. Mengerahkan tenaga cadangan yakni dokter internship, koas, serta mahasiswa tingkat akhir. Pengetatan syarat masuk rumah sakit, yakni saturasi dan 95 persen sesak napas.
Selanjutnya adalah diawasi oleh tenaga aparat atau relawan agar hanya kasus sedang, berat, dan kritis yang dirawat di rumah sakit dan meningkatkan pemanfaatan isolasi terpusat. Strategi ketiga Kemenkes untuk mengatasi pandemi Covid-19 adalah dengan vaksinasi. Di mana alokasi vaksin 50 persen di daerah-daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi.
Sentra vaksinasi di berbagai tempat yang mudah diakses oleh publik, syarat kartu vaksinasi bagi pelaku perjalanan dan di ruang atau fasilitas publik. Percepatan vaksinasi pada kelompok rentan, termasuk lansia dan komorbid. Adapun stategi terakhir adalah protokol kesehatan. Kemenkes akan mengimplementasi PPKM level 1-4 dan memanfaatkan teknologi digital dalam implementasi protokol kesehatan.
Meski kasus positif Covid-19 harian yang bertambah, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengatakan, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit relatif lebih sedikit. Pasien yang masuk ke rumah sakit pun cenderung menunjukan gejala ringan, atau tanpa gejala.
“Penambahan angka konfirmasi harian memang cenderung tinggi. Namun masyarakat tidak perlu terpaku pada jumlah tersebut dan jangan panik," kata dr Nadia melalui keterangan resminya, Selasa (8/2/2022).
"Karena sebagian besar gejala yang ditunjukkan oleh pasien adalah gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali dan lama masa perawatan juga lebih sebentar jika dibandingkan dengan kasus varian lainnya,” sambungnya.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat yang terinfeksi Covid-19, namun tidak bergejala atau mengalami gejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpadu, bukan di rumah sakit. Sebab, rumah sakit hanya digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala sedang, berat dan kritis.
“Bagi masyarakat yang terpapar namun gejalanya ringan, seperti batuk, pilek, atau demam, saturasi oksigen masih diatas 95 persen, sebaiknya isoman di rumah atau isoter saja,” tandasnya.
Lihat Juga: Terungkap, dr. Aulia Risma Dimintai Uang hingga Rp40 Juta per Bulan untuk Kebutuhan Senior
Adapun strategi pertama adalah deteksi dengan meningkatkan tes epidemiologi dan tes screening. Meningkatkan rasio kontak erat yang dilacak dengan melibatkan Babinsa atau Bhabinkamtibmas, surveilans genomik di daerah-daerah berpotensi lonjakan kasus hingga penguatan surveilans di pintu masuk negara
Strategi kedua yaitu terapeutik. Di mana konversi TT 30 sampai 40 persen dari total kapasitas rumah sakit serta pemenuhan suplai (termasuk oksigen), alat kesehatan, dan SDM. Mengerahkan tenaga cadangan yakni dokter internship, koas, serta mahasiswa tingkat akhir. Pengetatan syarat masuk rumah sakit, yakni saturasi dan 95 persen sesak napas.
Selanjutnya adalah diawasi oleh tenaga aparat atau relawan agar hanya kasus sedang, berat, dan kritis yang dirawat di rumah sakit dan meningkatkan pemanfaatan isolasi terpusat. Strategi ketiga Kemenkes untuk mengatasi pandemi Covid-19 adalah dengan vaksinasi. Di mana alokasi vaksin 50 persen di daerah-daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi.
Sentra vaksinasi di berbagai tempat yang mudah diakses oleh publik, syarat kartu vaksinasi bagi pelaku perjalanan dan di ruang atau fasilitas publik. Percepatan vaksinasi pada kelompok rentan, termasuk lansia dan komorbid. Adapun stategi terakhir adalah protokol kesehatan. Kemenkes akan mengimplementasi PPKM level 1-4 dan memanfaatkan teknologi digital dalam implementasi protokol kesehatan.
Meski kasus positif Covid-19 harian yang bertambah, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengatakan, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit relatif lebih sedikit. Pasien yang masuk ke rumah sakit pun cenderung menunjukan gejala ringan, atau tanpa gejala.
“Penambahan angka konfirmasi harian memang cenderung tinggi. Namun masyarakat tidak perlu terpaku pada jumlah tersebut dan jangan panik," kata dr Nadia melalui keterangan resminya, Selasa (8/2/2022).
"Karena sebagian besar gejala yang ditunjukkan oleh pasien adalah gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali dan lama masa perawatan juga lebih sebentar jika dibandingkan dengan kasus varian lainnya,” sambungnya.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat yang terinfeksi Covid-19, namun tidak bergejala atau mengalami gejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpadu, bukan di rumah sakit. Sebab, rumah sakit hanya digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala sedang, berat dan kritis.
“Bagi masyarakat yang terpapar namun gejalanya ringan, seperti batuk, pilek, atau demam, saturasi oksigen masih diatas 95 persen, sebaiknya isoman di rumah atau isoter saja,” tandasnya.
Lihat Juga: Terungkap, dr. Aulia Risma Dimintai Uang hingga Rp40 Juta per Bulan untuk Kebutuhan Senior
(dra)