Rayakan Hari Film Nasional, Yayasan PPHUI Hadirkan Sederet Kegiatan
loading...
A
A
A
Mengenang gelar pahlawan yang di terima Usmar Ismail panitia HFN juga menggagas pembangunan Situs Peringatan Hari Film Nasional yang pelaksanaan peletakan batu pertama di halaman gedung PPHUI yang digelar pada 30 Maret 2022 pukul 13.00.
Adanya pembangunan situs dimaksudkan sebagai simbol pengingat bagi generasi muda, sineas muda dan kaum milenial agar tak kehilangan jati dirinya bahwa mereka adalah kelanjutan dari apa yang dilakukan sineas sebelumnya.
"Monumen ini untuk semakin mengingatkan bahwa hari Film Nasional diambil dari sejarah perfilman yakni hari pertama syuting film Darah dan Doa di jalan Braga Bandung pada 1950. Kebetulan perjuangan untuk menjadi hari film diperingati pada 30 Maret 1950 ini berangkat dari gedung perfilman ini," jelas Sony.
"Saat ini adanya perubahan digitalisasi, supaya tidak menghilangkan makna atau memutus sejarah perfilman itu sendiri," sambung Sonny.
Sementara itu, selama 3 hari untuk merayakan HFN 2022 akan diisi dengan serangkaian kegiatan diantara diskusi film, apresiasi film, pemutaran film dan lainnya. Sonny mencontohkan pada 28 Maret 2022 ada pemutaran film Enam Jam di Djogja karya sutrdara Usmar Ismail pada 1951.
"Ketika itu belum ada intervensi politik dari pihak manapun sehingga saya ingin agar gedung PPHUI ini sebagai tempat arsip sejarah film," katanya.
Menurut Sonny, Gedung PPHUI merupakan satu satunya situs sejarah perfilman yang masih berdiri tegak dikelola oleh swasta mandiri yakni Yayasan Pusat Perfilman bersama masyarakat perfilman.
"Saya sebagai pimpinan Yayasan Pusat Perfilman punya mimpi dan cita cita ingin menjadikan Gedung Perfilman ini sebagai Pagar Budaya Perfilman saya ingin menjaga perfilman Indonesia di tengah infiltrasi budaya dari luar," tutupnya.
Adanya pembangunan situs dimaksudkan sebagai simbol pengingat bagi generasi muda, sineas muda dan kaum milenial agar tak kehilangan jati dirinya bahwa mereka adalah kelanjutan dari apa yang dilakukan sineas sebelumnya.
"Monumen ini untuk semakin mengingatkan bahwa hari Film Nasional diambil dari sejarah perfilman yakni hari pertama syuting film Darah dan Doa di jalan Braga Bandung pada 1950. Kebetulan perjuangan untuk menjadi hari film diperingati pada 30 Maret 1950 ini berangkat dari gedung perfilman ini," jelas Sony.
"Saat ini adanya perubahan digitalisasi, supaya tidak menghilangkan makna atau memutus sejarah perfilman itu sendiri," sambung Sonny.
Sementara itu, selama 3 hari untuk merayakan HFN 2022 akan diisi dengan serangkaian kegiatan diantara diskusi film, apresiasi film, pemutaran film dan lainnya. Sonny mencontohkan pada 28 Maret 2022 ada pemutaran film Enam Jam di Djogja karya sutrdara Usmar Ismail pada 1951.
"Ketika itu belum ada intervensi politik dari pihak manapun sehingga saya ingin agar gedung PPHUI ini sebagai tempat arsip sejarah film," katanya.
Menurut Sonny, Gedung PPHUI merupakan satu satunya situs sejarah perfilman yang masih berdiri tegak dikelola oleh swasta mandiri yakni Yayasan Pusat Perfilman bersama masyarakat perfilman.
"Saya sebagai pimpinan Yayasan Pusat Perfilman punya mimpi dan cita cita ingin menjadikan Gedung Perfilman ini sebagai Pagar Budaya Perfilman saya ingin menjaga perfilman Indonesia di tengah infiltrasi budaya dari luar," tutupnya.
(hri)