Waspadai Gigitan Nyamuk DBD Pagi dan Sore Hari saat Pandemi Covid-19

Selasa, 23 Juni 2020 - 17:31 WIB
loading...
Waspadai Gigitan Nyamuk...
Masyarakat diminta waspada dengan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah (DBD). Pasalnya, kasus ini masih cukup tinggi hingga Juni ini. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah (DBD) memiliki perilaku mengigit pada pagi dan sore hari. Pemerintah mengharapkan masyarakat waspada terhadap ancaman DBD. Pasalnya, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, kasus ini masih cukup tinggi hingga Juni ini.

Nyamuk dengan ciri khas kaki berwarna hitam dan putih ini mengigit manusia pada waktu pagi dan sore. Ahli infeksi dan pedriati tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K) mengatakan bahwa nyamuk menggigit antara jam 10 sampai jam 12 siang. Gigitan nyamuk bisa menyerang semua kelompok umur. Saat ini kecenderungan yang terjadi banyak kasus DBD menyerang kelompok umur remaja.

"Dia senangnya gigitnya pada pagi hari, jadi antara jam 10 sampai jam 12 di masa anak-anak lagi sekolah. Kadang-kadang kenanya di situ. Sama sebelum magrib ya, jam 4 sampai jam 5 sore," kata dr. Mulya.

Selain itu, dr. Mulya menekakan pada upaya pencegaha dengan 3M. Ia menyampaikan tempat genangan air di rumah seperti pot-pot bunga untuk dikeringkan. "Yang penting, membersihkan tempat berkembang biaknya di air bersih. Minimal satu kali dilakukan, satu kali seminggu dengan menguras bak mandi, 3M tadi, itu memutuskan dari nyamuk jentik menjadi dewasa," pesan dr. Mulya.

Demam pada anak perlu diwaspadai para orangtua karena ini salah satu gejala DBD. Di sisi lain, pasien dianjurkan untuk banyak minum air dan pastikan tidak mengalami dehidrasi. "Awasi asupan minum, kedua awasi buang air kecilnya. Normal biasanya kalau cukup asupan cairannya, dia 4 sampai 6 jam harusnya buang air kecil, dan awasi aktivitasnya," jelasnya.

Namun, apabila gejala semakin memburuk seperti muntah terus menerus dan tidak buang air lebih dari 12 jam, pasien disarankan untuk segera mendapatkan perawatan medis. (Baca juga: Beragam Manfaat Yoga, Simak Panduan Latihannya ).

Berbeda dengan gejala COVID-19 yang saat ini masih terjadi penularan, dr. Mulya mengungkapkan pada kasus penyakit akibat virus corona baru lebih pada sistem saluran napas atas. Sedangkan gejala pada DBD, berupa demam dan pendarahan kulit yang perlu diwaspadai, seperti mimisan, gusi berdarah, atau memar.

Adapun gejala penderita DBD biasanya mengalami panas mendadak, disertai muka merah pada beberapa kasus, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah hingga disertai pendarahan.

"Itu yang tidak ada pada COVID, pendarahan spontan, mimisan, gusi berdarah, atau timbul bintik-bintik merah di kulit, itu bisa terjadi. Jadi, kalau hari ketiga dia kurang minum, akhirnya pasti ada gejala-gejala tanda bahaya. Warning sign kita sebutnya," terang dia.

Panas tinggi menunjukkan infeksi virus tinggi di dalam tubuh pasien. Dalam hal ini, suhu badan bisa mencapai 40 derajat Celcius. Gejala lain DBD yang perlu diwaspadai berupa sakit perut, letargi atau lemas, pendarahan spontan, pembesaran perut dan hati, serta penumpukan cairan.

Pasien yang mengalami kondisi tersebut bisa berdampak pada fase kritis. "Nah, kalau demam 2 sampai 3 hari tidak membaik, segera ke rumah sakit," tutup Dokter Mulya.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)