Turunkan Stunting, Pemerintah dan Pakar Gizi Dorong Pemenuhan Protein Hewani

Selasa, 14 Juni 2022 - 18:44 WIB
loading...
Turunkan Stunting, Pemerintah dan Pakar Gizi Dorong Pemenuhan Protein Hewani
Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis pada bayi yang menyebabkan anak pendek dan perkembangan otaknya tidak maksimal. Foto/AUB Sites
A A A
JAKARTA - Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis pada bayi yang menyebabkan anak pendek dan perkembangan otaknya tidak maksimal. Pemerintah terus menggiatkan program penanganan stunting untuk mencapai target penurunan menjadi 14 persen secara nasional pada 2024. Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) mencatat prevalensi stunting pada 2019 sebesar 27,7 persen.

Adapun Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat prevalensi stunting di tahun 2021 sebesar 24,4 persen. Namun kasus stunting sendiri dapat dicegah maupun diatasi dampaknya, yang menurut Menteri Kesehatan salah satunya adalah dengan asupan sumber protein hewani yang baik dan cukup, seperti susu dan telur.

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan, Dr. Erna Mulati MSc-CMFM menyebutkan ada dua intervensi yang dilakukan untuk menangani stunting. Pertama, intervensi spesifik yang dilakukan secara langsung dan kuratif. Intervensi ini berkontribusi pada 30 persen penanganan stunting.

"Intervensinya dilaksanakan sebelum anak lahir dan setelah anak lahir. Yang sebelum kelahiran meliputi pemeriksaan kehamilan dengan meningkatkan kualitas maupun frekuensinya. Pemeriksaan kehamilan di awal untuk melakukan deteksi sedini mungkin ada tidaknya masalah, termasuk masalah gizi ibu hamil," kata Dr. Erna melalui siaran resminya, Selasa (14/6/2022).

Masalah gizi pada ibu hamil, baik karena obesitas atau kurang energi atau gizi kronis, dapat memengaruhi pertumbuhan janin, termasuk juga meningkatkan risiko hipertensi dan preeklampsia pada ibu. Pemerintah juga melakukan program tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama masa kehamilan, yang diminum satu kali sehari.


Ada pun intervensi yang dilakukan setelah persalinan adalah pemberian ASI eksklusif yang didahului dengan inisiasi menyusu dini (IMD), serta pemberian makanan pendamping ASI (MPAS) yang bergizi dan mengandung protein hewani, dan pemantuan tumbuh kembang balita.

"MPASI diberikan sejak anak berusia 6 bulan, sebab pemenuhan gizi dari ASI di usia bayi 6-9 bulan hanya 70 persen saja," jelas Dr. Erna.

Intervensi kedua dalam penanganan stunting adalah intervensi sensitif yang bersifat tidak langsung, tetapi berkontribusi sampai 70 persen. Program yang termasuk di antaranya penyediaan air bersih, lingkungan tempat tinggal yang bersih, penanggulangan kemiskinan, hingga pendidikan.

MPASI yang dianjurkan untuk mematikan tumbuh kembang balita adalah yang mengandung protein hewani, seperti susu, telur, ikan, ati ayam, atau pun lainnya. "Protein hewani tiga jenis lebih bagus dari pada dua jenis. Misalnya anak diberikan telur, ikan, dan ati ayam, lebih bagus dibanding telur dan ikan saja, atau telur dan susu saja," saran Dr. Erna.

Program Coordinator Sekretariat Stunting INEY, Bappenas, Harris Rambey PhD, menyebutkan dalam masa tumbuh kembang anak, protein dibutuhkan untuk membangun kognitif, membangun sel-sel tubuh, pertumbuhan anak baik secara fisik maupun kecerdasannya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2683 seconds (0.1#10.140)