Turunkan Stunting, Pemerintah dan Pakar Gizi Dorong Pemenuhan Protein Hewani

Selasa, 14 Juni 2022 - 18:44 WIB
loading...
A A A


“Inilah konsep dasar tentang pentingnya asupan makanan yang mengandung tinggi protein. Dengan catatan ASI sudah eksklusif selama 6 bulan. Lalu dilanjutkan dengan tahap MPASI yang bergizi dan tinggi kandungan protein hewani seperti susu,” ujar Harris.

Jika dibandingkan anak yang mengonsumsi susu dan protein hewani dengan anak yang tidak mengonsumsi susu dan protein hewani lainnya, risiko terkena stunting memang cukup besar bagi yang tidak atau kekurangan protein hewani dan susu.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, M.P.H, mengungkapkan bahwa protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap yang bermanfaat mendukung pembentukan semua hormon pertumbuhan.

“Tubuh yang kekurangan asupan protein hewani akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik, belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah. Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. Sehingga juga menyebabkan stunting dan gangguan kognitif,” ungkap prof. Fika.

Sayangnya konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 konsumsi protein hewani hanya 21,5 gr/kapita/hari. Artinya hanya sekitar 1/3 dari konsumsi protein keseluruhan yang mencapai 62,28 gr/kapita/hari.


Rendahnya konsumsi protein di Indonesia, menurut Dr. Erna, antara lain disebabkan oleh akses untuk mendapatkan protein hewani yang masih rendah pada sebagian besar masyarakat dan juga kurangnya ketelatenan orang tua dalam memberi makan anak-anaknya.

Dalam rangka Hari Susu Sedunia dan Hari Susu Nusantara, Prof. Fika mengingatkan bahwa selain sebagai sumber protein, kandungan gizi pada susu sangat lengkap, mulai dari sumber energi, lemak, dan aneka vitamin dan mineral. Menurut Prof. Fika, peran susu dalam mencegah kekurangan gizi sebenarnya sangat panjang.

Air Susu Ibu (ASI) diperlukan sejak bayi baru lahir, lanjut masa anak – anak, dewasa hingga lansia dengan melanjutkan konsumsi susu sesuai tahap usia dan kebutuhan masing – masing tubuh. Untuk bayi (melalui ASI), anak-anak, dan remaja, susu diperlukan untuk pertumbuhan karena kandungan gizinya.

Pada saat dewasa, kandungan kalsium yang tinggi pada susu dapat mencegah osteoporosis, susu juga mendukung daya tahan tubuh. Jadi dari bayi lahir, dewasa hingga lansia, pasti semua butuh susu karena kebutuhan gizi lengkap yang ada di dalamnya. Harris menambahkan, Bappenas mendorong strategi khusus, yaitu meningkatkan Program Makanan Tambahan (PMT) dengan makanan lokal.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4098 seconds (0.1#10.140)