Cegah Kasus Stunting, FKI Berikan 7 Rekomendasi Kajian Ilmiah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah kajian mengungkapkan bahwa sanitasi yang layak dan akses terhadap air bersih menjadi faktor inti dalam pencegahan stunting pada anak-anak. Temuan ini diperoleh lewat kajian ilmiah Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) yang bertajuk "Memahami Stunting dari Inti".
Dalam sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh peneliti kedokteran komunitas di FKI, terlihat jelas bahwa daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki akses sanitasi yang baik.
Alhasil tingginya kasus stunting tersebut menjadi perhatian Direktur Eksekutif Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) yang juga mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. Nila mengungkapkan bahwa kasus stunting di Indonesia erat kaitannya dengan urusan sanitasi serta akses air bersih.
Dia menegaskan bahwa dua urusan tersebut menjadi faktor penting dalam mencegah stunting. Hasil kajian dari FKI menyebutkan dua tema besar. Pertama adalah mencegah anemia kurang zat besi, sangat efektif mencegah stunting. Sehingga bagi perempuan, khususnya ibu hamil, asupan zat besi harus mencukupi. Jika diperlukan sebaiknya memeriksakan kesehatan dahulu. Sebelum menyatakan siap untuk hamil.
Poin kajian FKI yang kedua adalah keluarga risiko stunting terkonsentrasi di daerah 3T. Kondisi ini terkait dengan sanitasi dan akses air bersih. Keluarga yang mengalami persoalan sanitasi dan akses air bersih, rawan mengalami infeksi atau gangguan kesehatan lainnya. Akibatnya risiko stunting sangat tinggi.
"Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata namun ada faktor lain yang menyertainya," kata Nila.
Tetapi dalam jangka panjang juga perlu mengawal kesehatan sanitasi lingkungan dan akses terhadap air bersih. Nila mengatakan, sanitasi yang buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi. “Seperti diare. Yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi," paparnya.
Untuk itu Nila menegaskan bahwa akses air bersih dan sanitasi yang bagus, sangat penting untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat serta terbebas dari stunting.
Dia lantas menjelaskan tujuh rekomendasi FKI untuk pencegahan stunting jangka panjang. Yaitu perawatan continuum care, komitmen kepemimpinan pemerintah daerah, serta intervensi dan pencegahan dari hulu berbasis keluarga. Khususnya adalah mencegah kasus anemia pada ibu-ibu. Rekomendasi yang keempat adalah integrasi pelayanan dan edukasi hingga tingkat kecamatan.
Berikutnya adalah instansi lintas sektor memasukkan aspek layanan sanitasi dan air bersih. Kemudian tata kelola kolaboratif antara posyandu, puskesmas, dan PKK. Rekomendasi yang terakhir adalah edukasi pangans ehat dan gizi seimbang dioptimalkan.
Dalam sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh peneliti kedokteran komunitas di FKI, terlihat jelas bahwa daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki akses sanitasi yang baik.
Alhasil tingginya kasus stunting tersebut menjadi perhatian Direktur Eksekutif Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) yang juga mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. Nila mengungkapkan bahwa kasus stunting di Indonesia erat kaitannya dengan urusan sanitasi serta akses air bersih.
Dia menegaskan bahwa dua urusan tersebut menjadi faktor penting dalam mencegah stunting. Hasil kajian dari FKI menyebutkan dua tema besar. Pertama adalah mencegah anemia kurang zat besi, sangat efektif mencegah stunting. Sehingga bagi perempuan, khususnya ibu hamil, asupan zat besi harus mencukupi. Jika diperlukan sebaiknya memeriksakan kesehatan dahulu. Sebelum menyatakan siap untuk hamil.
Poin kajian FKI yang kedua adalah keluarga risiko stunting terkonsentrasi di daerah 3T. Kondisi ini terkait dengan sanitasi dan akses air bersih. Keluarga yang mengalami persoalan sanitasi dan akses air bersih, rawan mengalami infeksi atau gangguan kesehatan lainnya. Akibatnya risiko stunting sangat tinggi.
"Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata namun ada faktor lain yang menyertainya," kata Nila.
Tetapi dalam jangka panjang juga perlu mengawal kesehatan sanitasi lingkungan dan akses terhadap air bersih. Nila mengatakan, sanitasi yang buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi. “Seperti diare. Yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi," paparnya.
Untuk itu Nila menegaskan bahwa akses air bersih dan sanitasi yang bagus, sangat penting untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat serta terbebas dari stunting.
Dia lantas menjelaskan tujuh rekomendasi FKI untuk pencegahan stunting jangka panjang. Yaitu perawatan continuum care, komitmen kepemimpinan pemerintah daerah, serta intervensi dan pencegahan dari hulu berbasis keluarga. Khususnya adalah mencegah kasus anemia pada ibu-ibu. Rekomendasi yang keempat adalah integrasi pelayanan dan edukasi hingga tingkat kecamatan.
Berikutnya adalah instansi lintas sektor memasukkan aspek layanan sanitasi dan air bersih. Kemudian tata kelola kolaboratif antara posyandu, puskesmas, dan PKK. Rekomendasi yang terakhir adalah edukasi pangans ehat dan gizi seimbang dioptimalkan.