Kenapa Kasus BA.5 Lebih Banyak ketimbang BA.4? Ini Penjelasan IDI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satgas Waspada dan Siaga Covid-19 PB IDI, dr. Erlina Burhan, Sp.P, menyampaikan sebuah data yang diketahui bahwa kasus BA.5 lebih banyak ditemukan dibandingkan BA.4 di Indonesia .
Lantas, kenapa hal tersebut bisa terjadi? dr. Erlina menyebutkan jika itu bukan karena subvarian BA.5 lebih ganas dari BA.4, tetapi hanya karena temuan data sementara ini. Pasalnya, jika bicara BA.4 dan BA.5, keduanya punya karakter yang hampir mirip.
"Kalau ditanya kenapa BA.5 lebih banyak kasusnya dibandingkan BA.4, itu bukan karena BA.5 lebih ganas, tapi karena data yang terkumpul baru sementara ini, dan mungkin itu terkumpul dari klaster yang itu-itu saja," ungkap dr. Erlina saat ditemui MNC Portal di Kantor PB IDI, Jakarta, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Rentan Masuk RS akibat BA.4 dan BA.5, Anak di Bawah 6 Tahun Disarankan Segera Divaksin
Dokter Erlina pun membeberkan, temuan BA.5 lebih banyak itu berasal dari klaster keluarga dan klaster umrah.
Lebih lanjut, dia mengutarakan jika nantinya data akan terkumpul lebih banyak, akan ada kemungkinan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 jumlahnya sama banyak. "Data belum keluar semua. Ini harus jadi catatan," tandasnya.
BA.4 dan BA.5 sendiri merupakan subvarian Omicron yang saat ini sudah masuk ke dalam kategori variant of concern (VOC).
Kedua subvarian tersebut pun mulai banyak ditemukan di Indonesia, hingga sekarang kasus yang tercatat sebanyak 57 kasus.
Baca juga: Ini Alasan PB IDI Rekomendasikan Tes PCR/Antigen Kembali Diterapkan
Subvarian Omicron tersebut punya karakter gampang sekali menyebar dan menginfeksi. Hal itu karena BA.4 dan BA.5 bukan hanya membawa mutasi Omicron utama, tapi juga memiliki mutasi Delta yang membuat keduanya mudah menginfeksi.
Lantas, kenapa hal tersebut bisa terjadi? dr. Erlina menyebutkan jika itu bukan karena subvarian BA.5 lebih ganas dari BA.4, tetapi hanya karena temuan data sementara ini. Pasalnya, jika bicara BA.4 dan BA.5, keduanya punya karakter yang hampir mirip.
"Kalau ditanya kenapa BA.5 lebih banyak kasusnya dibandingkan BA.4, itu bukan karena BA.5 lebih ganas, tapi karena data yang terkumpul baru sementara ini, dan mungkin itu terkumpul dari klaster yang itu-itu saja," ungkap dr. Erlina saat ditemui MNC Portal di Kantor PB IDI, Jakarta, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Rentan Masuk RS akibat BA.4 dan BA.5, Anak di Bawah 6 Tahun Disarankan Segera Divaksin
Dokter Erlina pun membeberkan, temuan BA.5 lebih banyak itu berasal dari klaster keluarga dan klaster umrah.
Lebih lanjut, dia mengutarakan jika nantinya data akan terkumpul lebih banyak, akan ada kemungkinan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 jumlahnya sama banyak. "Data belum keluar semua. Ini harus jadi catatan," tandasnya.
BA.4 dan BA.5 sendiri merupakan subvarian Omicron yang saat ini sudah masuk ke dalam kategori variant of concern (VOC).
Kedua subvarian tersebut pun mulai banyak ditemukan di Indonesia, hingga sekarang kasus yang tercatat sebanyak 57 kasus.
Baca juga: Ini Alasan PB IDI Rekomendasikan Tes PCR/Antigen Kembali Diterapkan
Subvarian Omicron tersebut punya karakter gampang sekali menyebar dan menginfeksi. Hal itu karena BA.4 dan BA.5 bukan hanya membawa mutasi Omicron utama, tapi juga memiliki mutasi Delta yang membuat keduanya mudah menginfeksi.
(nug)