Kehadiran Varian Baru BA.5.2.1 Berpotensi Memicu Peningkatan Kasus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan Ri memberikan tanggapan terkait kemunculan varian baru BA.5.2.1 di China, yang belakangan ini menarik perhatian publik.
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan , dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, kemunculan varian baru itu berpotensi memicu peningkatan kasus.
Dokter Syahril menyampaikan hal tersebut, setelah berkaca dari pengalaman sebelumnya. Tahun lalu, terjadi peningkatan kasus ketika ada varian baru, Omicron (BA.2).
Baca juga: Pandemi Covid-19 Belum Usai, Yuk Jaga Imun Tubuh untuk Lindungi Diri dari Virus
Kasus yang terjadi saat ini kebanyakan subvarian Omicron yaitu BA.4 dan BA.5. Meskipun begitu, kata dr. Syahril, tidak ada yang tahu kapan Covid-19 berakhir karena virus dari Covid-19 dapat bermutasi atau berubah-ubah.
"Di mana perubahan itu tidak semua orang bisa memprediksikan kapan berakhir, yang muncul varian delta, kemudian Omicron seperti BA.2, BA.4 dan BA.5 dan belum selesai ini," jelas dr. Syahril dalam Siaran Sehat, yang dikutip Kamis (14/7/2022).
"Ada informasi bahwa ada varian baru namanya BA.5.2. Artinya apa, virus ini dilihatnya berdasarkan pengalaman tahun lalu, kalau ada yang baru maka meningkat kasusnya," katanya lagi.
Peningkatan kasus Covid-19 ini juga didorong atas adanya pelonggaran dari berbagai negara. Untuk subvarian BA.4 dan BA.5 disebut-sebut sudah mendominasi banyak negara.
Namun seperti Amerika, Inggris dan Portugal sudah melewati gelombang Covid-19 kelima. Sementara, Indonesia masih belum sampai di puncak dari gelombang kelima tersebut.
Baca juga: Enggak Mau Nikah Beda Agama, Nikita Mirzani Putuskan John Hopkins
"Ada beberapa negara juga belum, termasuk kita, belum sampai puncaknya," ucap dr. Syahril.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan , dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, kemunculan varian baru itu berpotensi memicu peningkatan kasus.
Dokter Syahril menyampaikan hal tersebut, setelah berkaca dari pengalaman sebelumnya. Tahun lalu, terjadi peningkatan kasus ketika ada varian baru, Omicron (BA.2).
Baca juga: Pandemi Covid-19 Belum Usai, Yuk Jaga Imun Tubuh untuk Lindungi Diri dari Virus
Kasus yang terjadi saat ini kebanyakan subvarian Omicron yaitu BA.4 dan BA.5. Meskipun begitu, kata dr. Syahril, tidak ada yang tahu kapan Covid-19 berakhir karena virus dari Covid-19 dapat bermutasi atau berubah-ubah.
"Di mana perubahan itu tidak semua orang bisa memprediksikan kapan berakhir, yang muncul varian delta, kemudian Omicron seperti BA.2, BA.4 dan BA.5 dan belum selesai ini," jelas dr. Syahril dalam Siaran Sehat, yang dikutip Kamis (14/7/2022).
"Ada informasi bahwa ada varian baru namanya BA.5.2. Artinya apa, virus ini dilihatnya berdasarkan pengalaman tahun lalu, kalau ada yang baru maka meningkat kasusnya," katanya lagi.
Peningkatan kasus Covid-19 ini juga didorong atas adanya pelonggaran dari berbagai negara. Untuk subvarian BA.4 dan BA.5 disebut-sebut sudah mendominasi banyak negara.
Namun seperti Amerika, Inggris dan Portugal sudah melewati gelombang Covid-19 kelima. Sementara, Indonesia masih belum sampai di puncak dari gelombang kelima tersebut.
Baca juga: Enggak Mau Nikah Beda Agama, Nikita Mirzani Putuskan John Hopkins
"Ada beberapa negara juga belum, termasuk kita, belum sampai puncaknya," ucap dr. Syahril.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(nug)