Cacar Monyet Sudah Ditemukan Vaksin dan Antivirusnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cacar monyet jadi perhatian dunia saat ini. Lebih dari 75 negara di dunia sudah melaporkan dengan akumulatif kasus di atas 20 ribu. Vaksin dan antivirus cacar monyet pun sejatinya sudah tersedia.
Menurut Dokter Reza Y. Purwoko, SpKK, dari Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), vaksin dan antivirus cacar monyet memang sudah ditemukan. Tapi, penggunaannya masih sangat terbatas.
"Ada 2 vaksin cacar monyet yang sudah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yaitu JYNNEOS dan ACAM2000," terang dr Reza dalam webinar BRIN, belum lama ini.
Tapi, kedua vaksin tersebut belum diketahui dengan jelas efektivitasnya, pun soal efek jangka panjang penggunaannya. "Kedua vaksin ini masih dalam tahap penelitian untuk mengetahui bagaimana efektivitasnya maupun efek jangka panjangnya," papar dr Reza.
"Itu kenapa, kedua vaksin cacar monyet tersebut baru diberikan ke tenaga kesehatan sebagai bagian dari penelitian, belum bisa diberikan secara massal ke masyarakat dunia," tambahnya.
Lalu, untuk antivirus cacar monyet, dikatakan dr Reza, ada 3 obat yang sudah dipakai di beberapa negara. Adalah Tecovirimat (TPOXX), Cidofovir (Vistide), dan Brincidofovir (CMX001 atau Tembexa).
Obat Tecovirimat sendiri sudah lulus FDA, baik di level uji pada sel maupun uji hewan. "Pada fase 3 mungkin nanti BRIN akan ikut terlibat proses pengujiannya pada manusia," tambahnya.
Kalau Brincidofovir dan Cidofovir, dua obat ini belum masuk ke Indonesia, tapi BRIN berharap keduanya bisa datang ke Tanah Air untuk dilakukan uji klinis sampai tahap 3.
"Kami sudah punya rekanan dan mitra industri untuk berkolaborasi dalam hal penelitian uji klinis obat-obat cacar monyet tersebut, sehingga bisa menghasilkan penelitian yang bermanfaat," kata dr Reza.
Dia menegaskan bahwa vaksin cacar maupun antivirus cacar monyet bukan segalanya. Hal terpenting yang bisa dilakukan saat ini adalah menghindari faktor risiko terpapar cacar monyet itu sendiri.
"Karena vaksin dan antivirusnya belum available, kita sebagai masyarakat harus melakukan pencegahan, dengan tidak melakukan kontak langsung dengan penderita, menghindari seks bebas, maupun menjalani perilaku hidup bersih dan sehat," sarannya.
"Upaya pencegahan akan lebih bermanfaat ketimbang sudah terpapar cacar monyet. Sekali pun terpapar, penyakit ini bisa dikendalikan dengan terapi yang berfokus pada pengobatan gejala," tambah dr Reza.
Menurut Dokter Reza Y. Purwoko, SpKK, dari Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), vaksin dan antivirus cacar monyet memang sudah ditemukan. Tapi, penggunaannya masih sangat terbatas.
"Ada 2 vaksin cacar monyet yang sudah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yaitu JYNNEOS dan ACAM2000," terang dr Reza dalam webinar BRIN, belum lama ini.
Baca Juga
Tapi, kedua vaksin tersebut belum diketahui dengan jelas efektivitasnya, pun soal efek jangka panjang penggunaannya. "Kedua vaksin ini masih dalam tahap penelitian untuk mengetahui bagaimana efektivitasnya maupun efek jangka panjangnya," papar dr Reza.
"Itu kenapa, kedua vaksin cacar monyet tersebut baru diberikan ke tenaga kesehatan sebagai bagian dari penelitian, belum bisa diberikan secara massal ke masyarakat dunia," tambahnya.
Lalu, untuk antivirus cacar monyet, dikatakan dr Reza, ada 3 obat yang sudah dipakai di beberapa negara. Adalah Tecovirimat (TPOXX), Cidofovir (Vistide), dan Brincidofovir (CMX001 atau Tembexa).
Obat Tecovirimat sendiri sudah lulus FDA, baik di level uji pada sel maupun uji hewan. "Pada fase 3 mungkin nanti BRIN akan ikut terlibat proses pengujiannya pada manusia," tambahnya.
Kalau Brincidofovir dan Cidofovir, dua obat ini belum masuk ke Indonesia, tapi BRIN berharap keduanya bisa datang ke Tanah Air untuk dilakukan uji klinis sampai tahap 3.
"Kami sudah punya rekanan dan mitra industri untuk berkolaborasi dalam hal penelitian uji klinis obat-obat cacar monyet tersebut, sehingga bisa menghasilkan penelitian yang bermanfaat," kata dr Reza.
Dia menegaskan bahwa vaksin cacar maupun antivirus cacar monyet bukan segalanya. Hal terpenting yang bisa dilakukan saat ini adalah menghindari faktor risiko terpapar cacar monyet itu sendiri.
"Karena vaksin dan antivirusnya belum available, kita sebagai masyarakat harus melakukan pencegahan, dengan tidak melakukan kontak langsung dengan penderita, menghindari seks bebas, maupun menjalani perilaku hidup bersih dan sehat," sarannya.
"Upaya pencegahan akan lebih bermanfaat ketimbang sudah terpapar cacar monyet. Sekali pun terpapar, penyakit ini bisa dikendalikan dengan terapi yang berfokus pada pengobatan gejala," tambah dr Reza.
(tsa)