Kemenkes: Cacar Monyet Tidak Mematikan

Rabu, 27 Juli 2022 - 17:37 WIB
loading...
Kemenkes: Cacar Monyet Tidak Mematikan
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menegaskan cacar monyet tidak mematikan. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Meski cacar monyet telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global, faktanya kasus kematian akibat penyakit tersebut sangat sedikit. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ), dari 17.156 kasus cacar monyet secara global, kematian yang terjadi hanya 5 kasus.

"Kelima kasus meninggal dunia akibat cacar monyet semuanya dilaporkan berasal dari Afrika," papar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/7/2022).



Dari laporan tersebut, Syahril menegaskan bahwa sangat kecil risiko cacar monyet menyebabkan kematian. "Case fatality rate-nya hanya 0-11%," tambahnya.

Bahkan, penyakit ini pun rendah sekali potensinya menyebabkan keparahan. Walau, menurut beberapa laporan, pasien cacar monyet mengalami beberapa komplikasi serius. Tapi, angka kasusnya sangatlah sedikit. Komplikasi yang dilaporkan muncul antara lain infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, bahkan infeksi kornea yang bisa menyebabkan kebutaan.

"Komplikasi itu muncul tidak pada semua pasien cacar monyet, melainkan hanya pada pasien yang kondisinya sangat buruk," tegas Syahril.





Karena itu, Syahril mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik, tapi tetap waspada dan hati-hati. Upaya pencegahan tetap harus dilakukan dengan mengutamakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perlu diketahui, cacar monyet ini termasuk dalam penyakit yang bisa sembuh sendiri. Memperkuat sistem imunitas ataupun memperbaiki gejala yang muncul sudah cukup adekuat dalam menangani cacar monyet.

"Kalau kena cacar monyet tapi tidak ada komplikasi berarti, dengan istirahat yang cukup, meningkatkan imunitas tubuh, jalani pola hidup bersih dan sehat, makan makanan bergizi seimbang, penyakitnya bisa sembuh," ungkap Syahril.

"Tapi, kalau dalam proses perjalanan penyakitnya muncul komplikasi yang semakin lama semakin buruk, tentu diperlukan terapi pengobatan lanjutan supaya komplikasi tidak semakin parah," tambahnya.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2573 seconds (0.1#10.140)