Diklaim Beberapa Negara ASEAN, Benarkah Kebaya Pakaian Asli Indonesia?
loading...
A
A
A
Kebaya dikatakan sebagai busana nasional bukan tanpa alasan. Catatan sejarah menerangkan bahwa pada 1920-an, dan dengan munculnya perjuangan nasionalis di Indonesia, wanita Eropa berhenti mengenakan kebaya karena diidentikkan dengan pakaian khas Indonesia.
"Bagi penjajah Eropa, Kebaya telah diasosiasikan dengan nasionalisme Indonesia," tulis laporan tersebut.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), para tawanan perang wanita Indonesia yang terpelajar lebih memilih mengenakan kain kebaya daripada pakaian barat yang diperuntukkan bagi mereka sebagai pakaian penjara.
Lebih lanjut, serangkaian kondisi politik yang berbeda menghasilkan pembalikan makna. Maksudnya, dalam situasi ini para wanita menggunakan kode budaya (pakaian tradisional) untuk menegaskan posisi politik mereka, membedakan diri mereka dari wanita Eropa yang juga menjadi tawanan perang.
Baca juga: 10 Gaya Selebriti di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2022
Saat Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, satu-satunya perempuan yang hadir, Ibu Trimurti, mengenakan kain kebaya. Citra ini membantu mengubah kebaya dari sekadar pakaian tradisional menjadi pakaian nasional bagi wanita Indonesia.
"Bagi penjajah Eropa, Kebaya telah diasosiasikan dengan nasionalisme Indonesia," tulis laporan tersebut.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), para tawanan perang wanita Indonesia yang terpelajar lebih memilih mengenakan kain kebaya daripada pakaian barat yang diperuntukkan bagi mereka sebagai pakaian penjara.
Lebih lanjut, serangkaian kondisi politik yang berbeda menghasilkan pembalikan makna. Maksudnya, dalam situasi ini para wanita menggunakan kode budaya (pakaian tradisional) untuk menegaskan posisi politik mereka, membedakan diri mereka dari wanita Eropa yang juga menjadi tawanan perang.
Baca juga: 10 Gaya Selebriti di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2022
Saat Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, satu-satunya perempuan yang hadir, Ibu Trimurti, mengenakan kain kebaya. Citra ini membantu mengubah kebaya dari sekadar pakaian tradisional menjadi pakaian nasional bagi wanita Indonesia.
(nug)