Penanganan Cedera Olahraga Tidak Hanya dengan Fisioterapi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam melakukan olahraga tak jarang terjadi cedera. Bukan hanya atlet profesional, para pemula juga terkadang berisiko mengalami cedera.
Oleh karenanya, penting untuk melakukan penanganan serta perlakuan yang baik terhadap cedera yang dimiliki.
Sports Medicine Specialist, dr. Andhika Raspati, SpKO, mengatakan, penanganan pada sebuah cedera tak hanya sebatas terfokus pada bagaimana cara menghilangkan nyeri atau bengkak yang terjadi melainkan memperkuat dan menstabilkan kaki tersebut.
Baca juga: 7 Makanan Penyebab Asam Lambung Naik, Jangan Dikonsumsi Berlebihan
"Kalau kita bicara cedera itu kita seringkali terfokus dengan bagaimana menghilangkan nyerinya, atau bengkaknya, bukan sampai situ yang kita pengin. Jadi kalau orang cedera itu, tak hanya sebatas menghilangkan nyeri dan bengkaknya saja. Yang dibikin siap adalah bagaimana kekuatannya, bagaimana stabilitas sendinya," tutur dr. Andhika ketika dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu, 7 Desember 2022.
Menurutnya, pemberian obat dan perawatan fisioterapi hanyalah untuk mengurangi nyeri dan pembengkakkan pada area cedera saja.
"Kalau cuma sekadar minum obat atau difisio dengan alat, mungkin itu akan mengurangi nyeri atau menghilangkan bengkaknya tapi tidak memperkuat dan menstabilkan kaki," kata dr. Andhika.
Perawatan fisioterapi pada cedera berat tidak bisa dilakukan hanya dalam kurun waktu 1-2 minggu. Pasalnya, hal tersebut akan menyebabkan rasa sakit dari cedera dapat kembali lagi sewaktu-sewaktu.
"Makanya tidak bisa orang cedera apa lagi cukup berat. 1-2 minggu fisioterapi, iya sih bengkaknya hilang tapi ototnya masih lemah, atau ototnya kaku, sendinya masih goyang, yang kemungkinan belum stabil, ketika digunakan untuk lari sakit lagi," ungkap dr. Andhika.
Adapun cara untuk menstabilkan dan memperkuat otot yang mengalami cedera adalah dengan memberikan latihan berupa latihan terapi yang disesuaikan dengan kondisi cedera pasien.
"Latihannya dengan latihan terapi. Kita cek orang ini sakit di bagian lutut. Orang dengan sakit lutut rupanya pinggulnya enggak kuat. Karena memang gerakan-gerakan pinggul yang goyang atau tidak stabil itu ngefek ke lutut. maka kita akan berikan latihan yang sifatnya memperkuat pinggulnya itu," tuturnya.
Dokter Andhika tidak menganjurkan untuk melakukan gerakan pemulihan cedera hanya menggunakan panduan yang ada pada YouTube. Dikarenakan gerakan yang dipilih belum tentu dapat menyasar pada area cedera yang sesungguhnya. Pemeriksaan kepada tenaga profesional seperti dokter harus tetap dilakukan.
Baca juga: 5 Artis yang Pernah Diputus Kontrak Kerja, Kanye West Dipecat Adidas
"Enggak bisa kita sama ratakan orang yang sama-sama sakit lutut, lantas semua obatnya sama, olahraga, atau gerakan latihannya sama. Kita juga harus bijak, tahu kapan waktunya menganggap cukup dengan YouTube saja, dan kapan sih mesti konsultasi ke profesional, harus di cek ke dokter atau minimal ke fisioterapi," pungkasnya.
Oleh karenanya, penting untuk melakukan penanganan serta perlakuan yang baik terhadap cedera yang dimiliki.
Sports Medicine Specialist, dr. Andhika Raspati, SpKO, mengatakan, penanganan pada sebuah cedera tak hanya sebatas terfokus pada bagaimana cara menghilangkan nyeri atau bengkak yang terjadi melainkan memperkuat dan menstabilkan kaki tersebut.
Baca juga: 7 Makanan Penyebab Asam Lambung Naik, Jangan Dikonsumsi Berlebihan
"Kalau kita bicara cedera itu kita seringkali terfokus dengan bagaimana menghilangkan nyerinya, atau bengkaknya, bukan sampai situ yang kita pengin. Jadi kalau orang cedera itu, tak hanya sebatas menghilangkan nyeri dan bengkaknya saja. Yang dibikin siap adalah bagaimana kekuatannya, bagaimana stabilitas sendinya," tutur dr. Andhika ketika dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu, 7 Desember 2022.
Menurutnya, pemberian obat dan perawatan fisioterapi hanyalah untuk mengurangi nyeri dan pembengkakkan pada area cedera saja.
"Kalau cuma sekadar minum obat atau difisio dengan alat, mungkin itu akan mengurangi nyeri atau menghilangkan bengkaknya tapi tidak memperkuat dan menstabilkan kaki," kata dr. Andhika.
Perawatan fisioterapi pada cedera berat tidak bisa dilakukan hanya dalam kurun waktu 1-2 minggu. Pasalnya, hal tersebut akan menyebabkan rasa sakit dari cedera dapat kembali lagi sewaktu-sewaktu.
"Makanya tidak bisa orang cedera apa lagi cukup berat. 1-2 minggu fisioterapi, iya sih bengkaknya hilang tapi ototnya masih lemah, atau ototnya kaku, sendinya masih goyang, yang kemungkinan belum stabil, ketika digunakan untuk lari sakit lagi," ungkap dr. Andhika.
Adapun cara untuk menstabilkan dan memperkuat otot yang mengalami cedera adalah dengan memberikan latihan berupa latihan terapi yang disesuaikan dengan kondisi cedera pasien.
"Latihannya dengan latihan terapi. Kita cek orang ini sakit di bagian lutut. Orang dengan sakit lutut rupanya pinggulnya enggak kuat. Karena memang gerakan-gerakan pinggul yang goyang atau tidak stabil itu ngefek ke lutut. maka kita akan berikan latihan yang sifatnya memperkuat pinggulnya itu," tuturnya.
Dokter Andhika tidak menganjurkan untuk melakukan gerakan pemulihan cedera hanya menggunakan panduan yang ada pada YouTube. Dikarenakan gerakan yang dipilih belum tentu dapat menyasar pada area cedera yang sesungguhnya. Pemeriksaan kepada tenaga profesional seperti dokter harus tetap dilakukan.
Baca juga: 5 Artis yang Pernah Diputus Kontrak Kerja, Kanye West Dipecat Adidas
"Enggak bisa kita sama ratakan orang yang sama-sama sakit lutut, lantas semua obatnya sama, olahraga, atau gerakan latihannya sama. Kita juga harus bijak, tahu kapan waktunya menganggap cukup dengan YouTube saja, dan kapan sih mesti konsultasi ke profesional, harus di cek ke dokter atau minimal ke fisioterapi," pungkasnya.
(nug)