Ingin Beli Bola Asli yang Dipakai di Final Piala Dunia? Siapkan Uang Rp 3 Juta
loading...
A
A
A
DOHA - Selama perhelatan Piala Dunia 2022 , fans sepak bola memang sering mendengar nama Al Rihla. Ya, Al Rihla adalah bola resmi Piala Dunia FIFA 2022. Arti Al Rihla adalah “perjalanan” dalam bahasa Arab.
Desainnya terinspirasi budaya, arsitektur, perahu, dan bendera negara tuan rumah Qatar.
Menariknya, penggemar bisa membawa pulang bola resmi Piala Dunia ke rumah mereka. Sebab, bola tersebut dijual di FIFA Store yang terletak di FIFA Fan Store, Qatar.
Tapi, bola tersebut bukan Al Rihla. Melainkan Al Hilm. Al Hilm adalah bola yang hanya digunakan untuk pertandingan final dan semi final Piala Dunia 2022.
“Al Hilm, official match ball for final and semi final World Cup, QAR 670,” demikian keterangannya.
Tentu, harganya tidak murah. Bola asli Al Hilm dijual dengan harga QAR 670 atau Rp 3 juta. Ini jauh sekali dibandingkan harga bola replika yang dilego di harga QAR 130 (Rp585 ribu).
Beberapa pengunjung yang penasaran melihat lebih dekat, juga memegang bola pajangan yang memang disediakan. “Saya ingin sekali memilikinya. Tapi harganya terlalu mahal,” ujar Park, salah satu pengunjung asal Korea Selatan.
Bola Piala Dunia memiliki sejarah panjang. Bola Federale 102 di Italia pada 1934 terbuat dari kapas.
Piala Dunia 1930 yang dihelat di Uruguay tidak memiliki bola pertandingan yang resmi. FIFA membuat dua jenis bola dari kulit buatan tangan, yakni Tiento dan T-Model.
Dalam pertandingan Uruguay dan Argentina, masing-masing tim ingin bertanding dengan bola yang membawa mereka menang. Argentina memilih Tiento, dan Uruguay ingin T-Model.
Akhirnya, FIFA memutuskan masing-masing bola dipakai di 1 babak. Hingga 1950, tidak ada bola yang digunakan di Piala Dunia yang memiliki katup untuk mengatur tekanan udara. Oleh karena itu, bola dapat memiliki tekanan udara yang sedikit berbeda, menghasilkan bentuk, ukuran, atau bobot yang sedikit berbeda.
Superball Duplo T, bola yang digunakan pada Piala Dunia FIFA 1950, merevolusi permainan sepak bola dengan menambahkan katup udara dan kemampuan mengatur tekanan udara di setiap bola yang digunakan.
Azteca, bola yang digunakan di Meksiko 1986, misalnya, adalah sepak bola sintetis pertama. Gol Tangan Tuhan Diego Maradona menjadikan Azteca bola legendaris diantara para kolektor.
Adapun Al Rihla sendiri disebut sebagai bola Piala Dunia yang paling ramah lingkungan. Sebab, terbuat dari bahan tinta dan lem berbahandasarair.
Lihat Juga: Meriahnya Suasana Nobar Maroko vs Kroasia Bareng 15 Ribu Orang di FIFA Fan Fest di Qatar
Desainnya terinspirasi budaya, arsitektur, perahu, dan bendera negara tuan rumah Qatar.
Menariknya, penggemar bisa membawa pulang bola resmi Piala Dunia ke rumah mereka. Sebab, bola tersebut dijual di FIFA Store yang terletak di FIFA Fan Store, Qatar.
Tapi, bola tersebut bukan Al Rihla. Melainkan Al Hilm. Al Hilm adalah bola yang hanya digunakan untuk pertandingan final dan semi final Piala Dunia 2022.
“Al Hilm, official match ball for final and semi final World Cup, QAR 670,” demikian keterangannya.
Tentu, harganya tidak murah. Bola asli Al Hilm dijual dengan harga QAR 670 atau Rp 3 juta. Ini jauh sekali dibandingkan harga bola replika yang dilego di harga QAR 130 (Rp585 ribu).
Beberapa pengunjung yang penasaran melihat lebih dekat, juga memegang bola pajangan yang memang disediakan. “Saya ingin sekali memilikinya. Tapi harganya terlalu mahal,” ujar Park, salah satu pengunjung asal Korea Selatan.
Bola Piala Dunia memiliki sejarah panjang. Bola Federale 102 di Italia pada 1934 terbuat dari kapas.
Piala Dunia 1930 yang dihelat di Uruguay tidak memiliki bola pertandingan yang resmi. FIFA membuat dua jenis bola dari kulit buatan tangan, yakni Tiento dan T-Model.
Dalam pertandingan Uruguay dan Argentina, masing-masing tim ingin bertanding dengan bola yang membawa mereka menang. Argentina memilih Tiento, dan Uruguay ingin T-Model.
Akhirnya, FIFA memutuskan masing-masing bola dipakai di 1 babak. Hingga 1950, tidak ada bola yang digunakan di Piala Dunia yang memiliki katup untuk mengatur tekanan udara. Oleh karena itu, bola dapat memiliki tekanan udara yang sedikit berbeda, menghasilkan bentuk, ukuran, atau bobot yang sedikit berbeda.
Superball Duplo T, bola yang digunakan pada Piala Dunia FIFA 1950, merevolusi permainan sepak bola dengan menambahkan katup udara dan kemampuan mengatur tekanan udara di setiap bola yang digunakan.
Azteca, bola yang digunakan di Meksiko 1986, misalnya, adalah sepak bola sintetis pertama. Gol Tangan Tuhan Diego Maradona menjadikan Azteca bola legendaris diantara para kolektor.
Adapun Al Rihla sendiri disebut sebagai bola Piala Dunia yang paling ramah lingkungan. Sebab, terbuat dari bahan tinta dan lem berbahandasarair.
Lihat Juga: Meriahnya Suasana Nobar Maroko vs Kroasia Bareng 15 Ribu Orang di FIFA Fan Fest di Qatar
(dan)