Metode Persalinan ERACS, Apa Bedanya dengan Operasi Caesar Konvensional?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Metode persalinan ERACS saat ini cukup digandrungi terutama di kalangan selebriti Tanah Air. Hal paling mencolok yang menjadi alasan untuk melakukan persalinan dengan metode ERACS karena metode ini bisa mempercepat pemulihan bagi ibu pascamelahirkan.
ERACS merupakan singkatan dari Enhanced Recovery After Caesarean Surgery. Awalnya, metode tersebut digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien bedah rawat jalan. Metode ini berguna untuk meningkatkan kontrol nyeri serta mengurangi mual dan muntah pascaoperasi.
Dengan begitu, pasien yang telah menjalani operasi bedah tidak perlu perawatan di rumah sakit lebih lama. Metode tersebut mulai diterapkan untuk wanita yang melahirkan melalui operasi caesar pada tahun 2018. Hal tersebut bertujuan agar ibu yang baru saja melahirkan bisa cepat pulih dan dapat berfokus untuk merawat bayi.
Beda Metode ERACS dengan Operasi Caesar Konvensional
Ada beberapa perbedaan metode persalinan ERACS dengan operasi caesar konvensional, yaitu:
1. Waktu Puasa
Pada operasi caesar konvensional, ibu hamil umumnya diwajibkan berpuasa atau dilarang untuk makan dan minum apa pun selama 8 jam sebelum operasi. Sedangkan dengan metode persalinan ERACS, ibu hamil masih boleh mengonsumsi makanan ringan 6 jam sebelum operasi. Tidak hanya itu, ibu hamil juga masih bisa minum air putih, jus, atau minuman yang mengandung gula 2 jam sebelum operasi.
2. Rasa Sakit Pascaoperasi
Metode persalinan ERACS telah terbukti lebih efektif dalam meminimalkan rasa sakit pascaoperasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat memengaruhi berkurangnya rasa sakit setelah operasi:
- Pemberian obat antiinflamasi non-steroid dan obat pereda nyeri non-opioid terjadwal, baik yang diminum maupun melalui cairan infus.
- Pemberian obat nyeri long-acting dosis kecil pada tulang belakang saat operasi.
- Penyuntikan anestesi saat operasi dilakukan dengan jarum spinal berukuran kecil.
- Penggabungan poin-poin di atas bisa mengurangi pemberian obat opioid setelah operasi hingga sebesar 30-50%. Hal ini berguna untuk mempercepat hilangnya rasa sakit pascaoperasi, sekaligus menurunkan risiko ibu hamil mengalami kelelahan, mual, dan sembelit pascaoperasi.
3. Masa Pemulihan
Nah ini salah satu hal mencolok yang membedakan metode persalinan ERACS dengan operasi caesar konvensional, yakni masa pemulihannya yang lebih cepat. Ini bisa terjadi karena:
- Penghentian pemberian cairan infus lebih awal.
- Pelepasan kateter urine lebih awal.
- Ibu boleh segera mengonsumsi makanan dan minuman.
Pada umumnya, semua pasien bisa menggunakan teknik ERACS saat persalinan. Bahkan di Zimbabwe, metode ini digunakan untuk prosedur emergency, seperti preeklampsia.
Akan tetapi, meski jarang ditemukan, kondisi ibu hamil dengan skoliosis dan kegemukan memang cukup sulit melahirkan dengan teknik ERACS. Namun umumnya, dokter anestesi bisa mengatasinya dengan baik untuk proses pembiusan selama operasi.
ERACS merupakan singkatan dari Enhanced Recovery After Caesarean Surgery. Awalnya, metode tersebut digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien bedah rawat jalan. Metode ini berguna untuk meningkatkan kontrol nyeri serta mengurangi mual dan muntah pascaoperasi.
Dengan begitu, pasien yang telah menjalani operasi bedah tidak perlu perawatan di rumah sakit lebih lama. Metode tersebut mulai diterapkan untuk wanita yang melahirkan melalui operasi caesar pada tahun 2018. Hal tersebut bertujuan agar ibu yang baru saja melahirkan bisa cepat pulih dan dapat berfokus untuk merawat bayi.
Beda Metode ERACS dengan Operasi Caesar Konvensional
Ada beberapa perbedaan metode persalinan ERACS dengan operasi caesar konvensional, yaitu:
1. Waktu Puasa
Pada operasi caesar konvensional, ibu hamil umumnya diwajibkan berpuasa atau dilarang untuk makan dan minum apa pun selama 8 jam sebelum operasi. Sedangkan dengan metode persalinan ERACS, ibu hamil masih boleh mengonsumsi makanan ringan 6 jam sebelum operasi. Tidak hanya itu, ibu hamil juga masih bisa minum air putih, jus, atau minuman yang mengandung gula 2 jam sebelum operasi.
2. Rasa Sakit Pascaoperasi
Metode persalinan ERACS telah terbukti lebih efektif dalam meminimalkan rasa sakit pascaoperasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat memengaruhi berkurangnya rasa sakit setelah operasi:
- Pemberian obat antiinflamasi non-steroid dan obat pereda nyeri non-opioid terjadwal, baik yang diminum maupun melalui cairan infus.
- Pemberian obat nyeri long-acting dosis kecil pada tulang belakang saat operasi.
- Penyuntikan anestesi saat operasi dilakukan dengan jarum spinal berukuran kecil.
- Penggabungan poin-poin di atas bisa mengurangi pemberian obat opioid setelah operasi hingga sebesar 30-50%. Hal ini berguna untuk mempercepat hilangnya rasa sakit pascaoperasi, sekaligus menurunkan risiko ibu hamil mengalami kelelahan, mual, dan sembelit pascaoperasi.
3. Masa Pemulihan
Nah ini salah satu hal mencolok yang membedakan metode persalinan ERACS dengan operasi caesar konvensional, yakni masa pemulihannya yang lebih cepat. Ini bisa terjadi karena:
- Penghentian pemberian cairan infus lebih awal.
- Pelepasan kateter urine lebih awal.
- Ibu boleh segera mengonsumsi makanan dan minuman.
Pada umumnya, semua pasien bisa menggunakan teknik ERACS saat persalinan. Bahkan di Zimbabwe, metode ini digunakan untuk prosedur emergency, seperti preeklampsia.
Akan tetapi, meski jarang ditemukan, kondisi ibu hamil dengan skoliosis dan kegemukan memang cukup sulit melahirkan dengan teknik ERACS. Namun umumnya, dokter anestesi bisa mengatasinya dengan baik untuk proses pembiusan selama operasi.
(tsa)