Mengintip Konsep Ungkea Jungle, Restoran Unik di Tengah Hutan Papua
loading...
A
A
A
Menu Tradisional
Swamening
Foto/Imaji Papua
Swamening merupakan olahan tradisional menggunakan bahan sayur lilin, dicampur dengan sagu, dan kelapa parut dibungkus dengan daun gedi kemudian dikukus. Swamening adalah makanan khas masyarakat Genyem, Kabupaten Jayapura.
Kha Ebehele
Foto/Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Kha dalam bahasa Sentani adalah ikan gabus yang dimasak dalam ebehele (tempayan/gerabah). Dicampur dengan sayur daun sukun. Waktu yang dibutuhkan untuk memasak pun sangat lama, bisa berjam – jam hingga daging dan tulang ikan pun menjadi sangat lunak, dengan rasa yang sangat nikmat.
Finukhu
Finukhu atau papeda bungkus juga salah satu makanan khas masyarakat Sentani. Sesuai dengan namanya, papeda dibungkus menggunakan sebuah daun khusus, masyarakat Sentani menyebutnya daun fothofhe.
Papeda bungkus ini lebih praktis, serta mudah dibawa baik untuk disantap langsung maupun untuk bekal. Selain itu, finukhu juga tahan hingga 1-2 minggu lho!
Ouw
Foto/Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Menu lain yang masih terbuat dari olahan sagu, adalah Ouw. Ouw sendiri dalam bahasa Sentani berarti sagu. Makanan ini terbuat dari sagu bakar yang dibungkus dan dapat diisi berbagai macam topping, mulai dari pisang hingga ulat sagu.
Nah, jika Anda makan di sini dan masih punya banyak makanan sisa, tentu Anda bisa membawanya pulang. Tidak dibungkus menggunakan plastik, tetapi menggunakan Olong, tas yang dijalin dan terbuat dari daun pohon sagu.
Swamening
Foto/Imaji Papua
Swamening merupakan olahan tradisional menggunakan bahan sayur lilin, dicampur dengan sagu, dan kelapa parut dibungkus dengan daun gedi kemudian dikukus. Swamening adalah makanan khas masyarakat Genyem, Kabupaten Jayapura.
Kha Ebehele
Foto/Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Kha dalam bahasa Sentani adalah ikan gabus yang dimasak dalam ebehele (tempayan/gerabah). Dicampur dengan sayur daun sukun. Waktu yang dibutuhkan untuk memasak pun sangat lama, bisa berjam – jam hingga daging dan tulang ikan pun menjadi sangat lunak, dengan rasa yang sangat nikmat.
Finukhu
Finukhu atau papeda bungkus juga salah satu makanan khas masyarakat Sentani. Sesuai dengan namanya, papeda dibungkus menggunakan sebuah daun khusus, masyarakat Sentani menyebutnya daun fothofhe.
Papeda bungkus ini lebih praktis, serta mudah dibawa baik untuk disantap langsung maupun untuk bekal. Selain itu, finukhu juga tahan hingga 1-2 minggu lho!
Ouw
Foto/Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Menu lain yang masih terbuat dari olahan sagu, adalah Ouw. Ouw sendiri dalam bahasa Sentani berarti sagu. Makanan ini terbuat dari sagu bakar yang dibungkus dan dapat diisi berbagai macam topping, mulai dari pisang hingga ulat sagu.
Nah, jika Anda makan di sini dan masih punya banyak makanan sisa, tentu Anda bisa membawanya pulang. Tidak dibungkus menggunakan plastik, tetapi menggunakan Olong, tas yang dijalin dan terbuat dari daun pohon sagu.