Mengintip Konsep Ungkea Jungle, Restoran Unik di Tengah Hutan Papua
loading...
A
A
A
JAKARTA - Biasanya seseorang membangun restoran dengan mencari tempat yang strategis. Di mana tempat-tempat tersebut memungkinkan para pembelinya, dapat melihat dan mengakses restoran dengan mudah.
Namun, bagaimana jadinya jika ada sebuah restoran yang secara sengaja dibangun di tengah-tengah hutan? Kira-kira siapa yang akan berkunjung ya?
Di tengah hutan, Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ada sebuah restoran yang dibangun di tengah-tengah hutan, bernama Ungkea Jungle resto.
Dikelilingi Pohon Sagu
Chef Charles Toto, pemilik Ungkea Jungle Resto. Foto: Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Untuk mencapai restoran ini, pengunjung harus menempuh waktu selama 10 menit melewati sebuah jalan setapak. Selama perjalanan, langkah kaki pengunjung akan diiringi dengan deretan pohon sagu yang tumbuh subur di kawasan tersebut.
Setibanya di lokasi, jangan mengharapkan sebuah bangunan solid yang terbuat dari batu dan semen. Bangunan restoran sangat tradisional, materialnya terbuat dari bambu dan daun sagu.
Meja dan bangku dibuat memanjang yang materialnya masih berasal dari kayu. Pada bagian sudut-sudutnya, disediakan tempat sampah yang terbuat dari anyaman daun sagu.
Eits, tak hanya bangunannya yang alami tetapi hampir semua perlengkapan makannya juga sangat eco friendly. Cangkir dan tekonya terbuat dari batok kelapa, wadah makannya pun terbuat dari sempe (tanah liat).
Bahkan penyajian menu makanan di sini dimasak secara tradisional, tanpa menggunakan minyak.
Namun, bagaimana jadinya jika ada sebuah restoran yang secara sengaja dibangun di tengah-tengah hutan? Kira-kira siapa yang akan berkunjung ya?
Di tengah hutan, Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ada sebuah restoran yang dibangun di tengah-tengah hutan, bernama Ungkea Jungle resto.
Dikelilingi Pohon Sagu
Chef Charles Toto, pemilik Ungkea Jungle Resto. Foto: Tangkapan layar YouTube Ariefpokto
Untuk mencapai restoran ini, pengunjung harus menempuh waktu selama 10 menit melewati sebuah jalan setapak. Selama perjalanan, langkah kaki pengunjung akan diiringi dengan deretan pohon sagu yang tumbuh subur di kawasan tersebut.
Baca Juga
Setibanya di lokasi, jangan mengharapkan sebuah bangunan solid yang terbuat dari batu dan semen. Bangunan restoran sangat tradisional, materialnya terbuat dari bambu dan daun sagu.
Meja dan bangku dibuat memanjang yang materialnya masih berasal dari kayu. Pada bagian sudut-sudutnya, disediakan tempat sampah yang terbuat dari anyaman daun sagu.
Eits, tak hanya bangunannya yang alami tetapi hampir semua perlengkapan makannya juga sangat eco friendly. Cangkir dan tekonya terbuat dari batok kelapa, wadah makannya pun terbuat dari sempe (tanah liat).
Bahkan penyajian menu makanan di sini dimasak secara tradisional, tanpa menggunakan minyak.