Dua Pasang Hati
A
A
A
Dia sendiri nggak sanggup sih menjalani sebenernya. ”Echa, aku marah-marah ke kamu itu, justru karena khawatir dengan gagalnya rencana kita ini. Kamu tau nggak sih kalo perasaan itu nggak bisa dibuat mainmain? Kamu emangnya mau persahabatan kita berempat hancur cuma karena ide kamu yang sinting itu?” balasnya kemudian.
”Ardio... ini udah rencana paling terakhir yang aku punya untuk mereka berdua. Aku yakin, kita berhasil. Pasti bisa, ini kan cuma mau ngebuktiin kalo dua batu itu sebenernya bisa bersama. Pasti salah satu di antara mereka ada yang sebenernya masih sayang... cuma terlalu egois aja untuk ngakuinnya. Sayang... mau ya? Pleaseee ...?”
”Terserah kamu deh... aku manut aja, Cha. Tapi inget ya, janji kita berdua. Nggak boleh ada saling cemburu-cemburuan. Kita kan udah mau nikah bentar lagi...” ”Duileeeeeh, kamu keles yang cemburuan daripada aku. Makasih ya, Yang... kamu udah mau bantu rencanaku. I love you ,” ujar cewek itu begitu bahagia. ”Love you too . Kalo bukan garagara kamu, aku nggak akan mau ngejalanin rencana itu.” Proses pengerjaan tata letak barang ruang para dokter itu, kini mulai berjalan.
Lara dan rekanrekannya tampak begitu sibuk, mondar-mandir dari kantor-rumah sakit guna meninjau proses pemasukan segala furnitur yang diimpor langsung dari Roma, Italia, dengan kualitas terbaiknya. Meskipun di awal-awal terlihat mudah, karena fokus hanya pada satu tempat, namun bagi Lara tetap saja ada tantangannya.
Kadang-kadang, para dokter-dokter di sini meminta lebih dari yang mereka sanggupi sesuai kontrak. Seperti Dokter Andi Budiman-dokter gigi berusia 50 tahun. Ia secara khusus meminta Lara untuk mencarikan jam dinding berbentuk jangkar yang terbuat dari berlian. Coba kalo begitu, Lara sampai-sampai pusing menyanggupinya. Emangnya ada jam berbentuk jangkar kapal yang terbuat dari berlian?
Pasti akan melewati budget , kan? Tapi Dokter Andi seperti tidak mau tahu apakah ia berhasil menyanggupinya atau tidak. Yang jelas, ia ingin jam jangkar itu menggantung indah di tembok dindingnya. Lain Dokter Andi, lain pula Dokter Thea Mariana-dokter spesialis anak yang meminta ruangannya ditambah dengan wallpaper bergambar Pororo yang langsung diimpor dari Korea.
Harganya pun mencapai nilai fantastis sehingga cukup memutar otak Dodo, selaku penanggung jawab finansial untuk mencarikan wallpaper sesuai dengan keinginan Dokter Thea. Dari beberapa dokter tersebut, hanya dua dokter yang tidak merongrong seperti para dokter senior lainnya. Tak lain dan tak bukan ialah Keenan dan Ardio, dua sahabat yang layaknya saudara itu.
Mereka nerima-nerima aja semua yang diimpor oleh pihak perusahaan Lara. Yang penting cepet rampung saja, kata Ardio. Sejauh ini Lara patut bersyukur karena dia dan Keenan tidak saling bertemu satu dengan yang lain. Tampaknya pria 30 tahun itu sedang sibuk dengan pasien-pasiennya. Pernah sih, Lara nggak sengaja papasan dengan Keenan, waktu itu. Cowok itu tampak sedang memberi penjelasan kepada salah seorang dokter magang yang bertanya sesuatu padanya.
Si dokter magang itu begitu cantik dan segar, wajahnya sangat khas Indonesia. Sepertinya dia sekampung dengan Keenan, samasama dari daerah Jawa Tengah. Saat sedang berbicara dengan dokter muda itu, senyum Keenan berkalikali merekah di wajahnya. Ia tampak begitu ramah dan senang, nggak seperti ketika Keenan berbicara padanya, mukanya langsung ditekuk dan menjatah kalimatnya saat berbincang dengan Lara.
Kelakuan Keenan itu tentu saja mendapat cibiran keras dari Lara. Cewek itu yakin betul, jika Keenan hanya ingin tebar pesona dengan para koas-koas tersebut. Nggak cuma itu lho, perawat-perawat di sini juga acap kali membicarakan tentang Keenan saat jam istirahat. Pernah, sekali waktu Lara nggak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
”Tau nggak, gue nge-fans banget deh sama si Dokter Keenan. Dia tuh cool banget, matanya bagus, hidungnya mancung... badannya tinggi gede. Belum lagi ramah dan baik banget lagi. Gila ya, gue nggak percaya lho, kalo dia belum punya istri sampe sekarang. Jadi pengen daftar jadi istrinya. Eh jangan dulu deh, jadi perawat pribadinya aja dulu, lama-lama dapetin hatinya. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
”Ardio... ini udah rencana paling terakhir yang aku punya untuk mereka berdua. Aku yakin, kita berhasil. Pasti bisa, ini kan cuma mau ngebuktiin kalo dua batu itu sebenernya bisa bersama. Pasti salah satu di antara mereka ada yang sebenernya masih sayang... cuma terlalu egois aja untuk ngakuinnya. Sayang... mau ya? Pleaseee ...?”
”Terserah kamu deh... aku manut aja, Cha. Tapi inget ya, janji kita berdua. Nggak boleh ada saling cemburu-cemburuan. Kita kan udah mau nikah bentar lagi...” ”Duileeeeeh, kamu keles yang cemburuan daripada aku. Makasih ya, Yang... kamu udah mau bantu rencanaku. I love you ,” ujar cewek itu begitu bahagia. ”Love you too . Kalo bukan garagara kamu, aku nggak akan mau ngejalanin rencana itu.” Proses pengerjaan tata letak barang ruang para dokter itu, kini mulai berjalan.
Lara dan rekanrekannya tampak begitu sibuk, mondar-mandir dari kantor-rumah sakit guna meninjau proses pemasukan segala furnitur yang diimpor langsung dari Roma, Italia, dengan kualitas terbaiknya. Meskipun di awal-awal terlihat mudah, karena fokus hanya pada satu tempat, namun bagi Lara tetap saja ada tantangannya.
Kadang-kadang, para dokter-dokter di sini meminta lebih dari yang mereka sanggupi sesuai kontrak. Seperti Dokter Andi Budiman-dokter gigi berusia 50 tahun. Ia secara khusus meminta Lara untuk mencarikan jam dinding berbentuk jangkar yang terbuat dari berlian. Coba kalo begitu, Lara sampai-sampai pusing menyanggupinya. Emangnya ada jam berbentuk jangkar kapal yang terbuat dari berlian?
Pasti akan melewati budget , kan? Tapi Dokter Andi seperti tidak mau tahu apakah ia berhasil menyanggupinya atau tidak. Yang jelas, ia ingin jam jangkar itu menggantung indah di tembok dindingnya. Lain Dokter Andi, lain pula Dokter Thea Mariana-dokter spesialis anak yang meminta ruangannya ditambah dengan wallpaper bergambar Pororo yang langsung diimpor dari Korea.
Harganya pun mencapai nilai fantastis sehingga cukup memutar otak Dodo, selaku penanggung jawab finansial untuk mencarikan wallpaper sesuai dengan keinginan Dokter Thea. Dari beberapa dokter tersebut, hanya dua dokter yang tidak merongrong seperti para dokter senior lainnya. Tak lain dan tak bukan ialah Keenan dan Ardio, dua sahabat yang layaknya saudara itu.
Mereka nerima-nerima aja semua yang diimpor oleh pihak perusahaan Lara. Yang penting cepet rampung saja, kata Ardio. Sejauh ini Lara patut bersyukur karena dia dan Keenan tidak saling bertemu satu dengan yang lain. Tampaknya pria 30 tahun itu sedang sibuk dengan pasien-pasiennya. Pernah sih, Lara nggak sengaja papasan dengan Keenan, waktu itu. Cowok itu tampak sedang memberi penjelasan kepada salah seorang dokter magang yang bertanya sesuatu padanya.
Si dokter magang itu begitu cantik dan segar, wajahnya sangat khas Indonesia. Sepertinya dia sekampung dengan Keenan, samasama dari daerah Jawa Tengah. Saat sedang berbicara dengan dokter muda itu, senyum Keenan berkalikali merekah di wajahnya. Ia tampak begitu ramah dan senang, nggak seperti ketika Keenan berbicara padanya, mukanya langsung ditekuk dan menjatah kalimatnya saat berbincang dengan Lara.
Kelakuan Keenan itu tentu saja mendapat cibiran keras dari Lara. Cewek itu yakin betul, jika Keenan hanya ingin tebar pesona dengan para koas-koas tersebut. Nggak cuma itu lho, perawat-perawat di sini juga acap kali membicarakan tentang Keenan saat jam istirahat. Pernah, sekali waktu Lara nggak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
”Tau nggak, gue nge-fans banget deh sama si Dokter Keenan. Dia tuh cool banget, matanya bagus, hidungnya mancung... badannya tinggi gede. Belum lagi ramah dan baik banget lagi. Gila ya, gue nggak percaya lho, kalo dia belum punya istri sampe sekarang. Jadi pengen daftar jadi istrinya. Eh jangan dulu deh, jadi perawat pribadinya aja dulu, lama-lama dapetin hatinya. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)