Dua Pasang Hati

Jum'at, 05 Juni 2015 - 09:14 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Hingga tak beberapa lama, semua alat oksigen yang terpasang di rongga hidung Lara juga sudah dilepas, barulah Lara benar-benar bisa bernapas lega.

Seperti biasa, Lara selalu memeriksakan keperluannya selama ia di rumah sakit dua malam ini, memastikan agar tidak ada yang tertinggal. Tiba-tiba pikiran Lara tertuju pada jam tangan milik seseorang yang tertinggal di kamarnya, kemarin malam. Diamdiam, ketika Dokter Bayu dan perawat itu pergi dari kamarnya, Lara mengambil jam tangan tersebut dan menyimpannya di tas.

Entah perasaan apa yang mendorongnya untuk menyimpan jam tangan itu, ia seolah terpacu untuk menyimpannya. Sebuah kursi roda sudah dipersiapkan untuk mengantar Lara ke ruang administrasi. Hari ini, Lara diberi izin untuk tidak bekerja dulu, karena proses pemulihan yang dibutuhkannya. Dokter Bayu bersama dengan suster itu berdampingan mendorong Lara menuju ruang administrasi.

Pandangan mata Lara tiba-tiba saja terpaku pada Keenan yang tengah berjalan ke arahnya. Ia bertekad bulat akan berterima kasih pada cowok itu karena telah menemaninya semalam suntuk. Tapi... tampaknya dia begitu sibuk, karena ada dua perawat juga yang ikut bersamanya, seolah mereka sedang berbincang serius mengenai satu hal.

Ketika keduanya semakin dekat, mata Lara belum lepas dari cowok itu, seolah matanya memaksa untuk terus memerhatikan Keenan. Ia tahu jika Keenan sadar bahwa Lara memerhatikannya, namun entah bagaimana arah mata cowok itu sama sekali tak tertuju padanya. Dingin bagaikan tembok yang kokoh, seolah tidak terjadi apa-apa semalam tadi. Sepertinya Keenan sengaja memalingkan mukanya pada Lara, dia begitu acuh, bahkan tak menatap wajah Lara sedikitpun.

Lara menghela nafas, Keenan belum berubah ternyata... masih sama kayak dulu. Baik, terus gitu lagi. Nyebelin banget, dengus Lara dalam hati. Kali ini, bukanlah sebuah perasaan marah dan kecewa yang menyergap kalbunya, melainkan perasaan sedih yang bertubitubi menohok relung hatinya. Padahal, ia sangat berharap Keenan menoleh ke arahnya, lalu sekadar mengucapkan selamat ya lo udah sembuh.

Dan Lara akan menjawab dengan senang hati, iya, makasih ya udah nemenin gue tadi malem. Lho.. kok jadi ngarep yang nggak-nggak sih, Ra? Lara membuang jauhjauh pikirannya yang semakin meracau tentang Keenan. Akan tetapi, matanya tak bisa lepas dari kedua tangan Keenan yang dikaitkan ke belakang oleh cowok itu. Jemari besar nan kokoh milik pria itu, terus membayang di pikiran Lara.

”Mbak Lara?” Suara seorang perawat muda nan cantik membuyarkan lamunannya. Terlihat perawat cantik ini melambailambaikan tangannya di depan wajah Lara. ”Eh, sori, Sus. Saya tadi...” ”Dokter Keenan, ya?” tatap perawat itu berujar senyum. ”Hah? Nggak...” Lara menepisnya. Namun rona merah di wajah Lara kian terlihat.

”Jangankan Mbak Lara, saya juga suka sama Dokter Keenan,” aku perawat itu malu-malu, sungguh menohok jantung hati Lara. Janganjangan ini suster yang kemarin diceritain sama Echa, kali ya? Lara memilih bungkam, menutupi rasa canggungnya. ”Hampir semua perawat dan pasien-pasien di sini naksir Dokter Keenan, Mbak. Tapi ya gitu deh, si Dokter Keenan nggak ada tanggepan.

Waktu itu malah sampe ada yang pura-pura sakit demi nembak Dokter Keenan,” lanjut perawat itu terlihat bersemangat. Lara memandang tak percaya. Dokter yang dinginnya lebih parah dari kulkas bisa banyak fans? Lara menertawai dalam hati, namun kemudian seruan nakal dari hatinya berbisik, tawa-tawa aja lo, Ra.

Kayak lo enggak aja... ”Masa sampe segitunya amat, Sus?” senyum Lara setelahnya. ”Ya emang gitu, malah ya, Mbak Lara. Ada yang bilang, Dokter Keenan itu dokter paling andal di rumah sakit ini. Dia bisa tau segala penyakit dan penyembuhannya, lho.

Pinter banget deh pokoknya.” Lara terdiam sesaat, mencerna kalimat perawat itu baik-baik. Pantesan aja beberapa waktu lalu, sebelum insiden ini terjadi, Lara sempat simpang siur kalo Keenan digadang-gadang sebagai dokter dari segala penyakit karena kepintarannya. (bersambung)

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1275 seconds (0.1#10.140)