Dua Pasang Hati

Senin, 08 Juni 2015 - 08:19 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Di samping pria berkacamata itu, ada seorang wanita berdiri di dekatnya. Dia kan... ”KAK REVAN?” Lara berteriak dari jauh, menyambut ceria kedatangan kakak semata wayangnya.

Ya ampun, belum berubah aja nih kakak kece satusatunya itu. Masih terlihat bugar walau diusia hampir kepala empat. Lara berlari kecil menuju pagar rumahnya, setelah membukanya, Revan memeluk adik satu-satunya itu erat-erat. Wanita di sampingnya itu, bernama Rara, istri Revan. Emang cuma beda satu alfabet aja sih, nama mereka berdua. 'Lara-Rara' kayak anak kembar ya? ”Kok kamu tadi nggak sadar kalo tadi itu Kakak?” protes Revan mengurai senyum.

”Maaf, Kak. Tadi lagi nggak pake kacamata...” jawab Lara sambil membantu mengangkat barangbarang Revan dan istrinya. ”Dek, mulai sekarang Rara jangan disuruh kerja-kerja berat dulu, ya,” kata Revan sambil berjalan masuk ke ruang tamu. Tangan kanannya, menggandeng istri tercintanya. Lara memandang heran, sekaligus senang.

”Mbak Rara... hamil?” Rara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lara sontak meloncat kegirangan, bahagianya dia... sebentar lagi dia jadi 'aunty' makin ngeledek deh tuh si Echa kalo tau dia dipanggil 'tante' beneran. Lara merangkul kakak iparnya hangat. Ia mengelus perut Rara pelanpelan, ”Berapa bulan, Mbak?” ”Empat minggu, La.” Istri kakaknya itu tersenyum padanya.

”Masih muda banget dong, Mbak. Kalo gitu, Mbak nggak boleh ngapangapain selama di sini. Pokoknya semua kasih Lara aja yang ngerjain. Ya?” Lara terlihat begitu bahagia menyambut calon keponakannya. ”Iya, iya.. Ra. Seneng banget ya, kamu? Oh iya, ngomong-ngomong... udah ada yang bisa dipanggil 'om' belum sama anakku nanti?” Perempuan itu tersenyum menggoda pada Lara.

Kali ini Lara sedikit menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya. ”Kenapa... apa karena Andre? Ato... karena si siapa tuh, yang kamu ceritain pas kamu SMA dulu?” Rara berusaha mengingat soal masa lalu adik iparnya ini. Mereka memang sangat dekat, Lara nggak malu berbagi cerita pribadi mengenai gebetan-gebetannya pada Rara. Baginya Rara sangatlah membantu dan mengertinya, layaknya punya kakak perempuan deh. Samasama ngerti perasaan, tapi juga melindungi.

Sejujurnya, Lara merasakan desir aneh pada gejolak hatinya, ketika Rara mengungkit soal Keenan. Seperti sudah lama ia tak mengalaminya, dan seolah mulai kembali meracuni pikiran dan hatinya. Lara menepisnya, mencoba bertahan, berkata pada dirinya sendiri, nggak boleh jatuh lagi! ”Bukanlah, Mbak. Ah, soal dia, aku nggak mau inget-inget lagi.” Rara tersenyum padanya, ”Mbak bangga sama kamu, La. Kamu udah dewasa sekarang.

Udah nggak cengeng kalo nginget-nginget soal Keenan.” Lara menundukkan kepalanya lalu tersenyum malu-malu. Cih, bisa banget akting lo, Ra... Ra... suara hati itu kembali menyeruak dalam pikirannya. Sialaaaan! Lara mengumpat. ”La, sebelum Kakak lupa. Mau minta tolong sama kamu, boleh nggak cariin dokter spesialis kandungan di sini? Sebenernya di Finlandia, kita udah ada. Cuma selama beberapa minggu di sini, aku tetep mau cek kondisi kandungan Rara. Supaya tetap rajin kontrol aja, gitu,” pinta Revan pada adiknya itu, sambil meletakkan koper hitam besar milik mereka.

”Oh iya! Tentu aja boleh dong, Kak. Kebetulan, sekarang aku dapet kerjaan di rumah sakit untuk dekorasi ruang dokternya. Kemaren, Lara sempet ketemu satu pasien yang memeriksa kandungannya di salah satu dokter kandungan di sana. Eh, tapi.. Lara lupa nanya, siapa nama dokternya, hehehe.” Revan mencubit pelan hidung adiknya, ”Kebiasaan deh kamu. Ya udah, besok Selasa anter aku ke sana, ya.” Lara mengacungkan jempolnya.

”Tapi, La, tumben hari ini kamu di rumah. Cuti?” tanya Rara padanya. Nggak mungkin Lara cerita kondisinya beberapa hari lalu yang terjebak di gudang. Bisa-bisa Revan jadi khawatir, malah berencana membawa Lara ikut dengannya di Finlandia. Demi kebaikan, Lara terpaksa berbohong.

”Nggak, Mbak Rara. Cuma lagi ngurusin dokumen aja di rumah, karena kantor lagi direnovasi.” Rara mengangguk ngerti. ”Mbak, yuk Lara antar ke kamar. Langsung istirahat aja, kasihan dedek bayinya. Butuh sleeping , biar beauty kayak aunty -nya,” canda Lara, yang akhirnya memecah tawa Revan dan istrinya. (bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7520 seconds (0.1#10.140)