Dua Pasang Hati

Minggu, 21 Juni 2015 - 09:39 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Namun yang jelas, Ratna melihat bahwa Keenan berada di dalam agak lama. Mungkin... gadis itu adalah Feli, si cinta pertama Keenan. Mendadak Ratna merasa harapannya kembali pupus.

Sangat tidak mungkin baginya melawan Feli, wanita yang begitu dicintai Keenan. ”Her, tapi beberapa hari yang lalu.. Aku lihat Keenan ke kamar satu pasien. Kayaknya dia Feli, deh.” Herman terperanjat, tapi beberapa detik kemudian, raut wajah pria itu terlihat senang. ”Mbak, justru itu. Jangan sampe Keenan balikan lagi sama Feli. Kalo nggak, seumur hidup tuh kulkas nggak akan kawinkawin.

Mbak, percaya diri deh, Mbak itu pasti nggak kalah cantik dari Feli!” Ratna tersenyum kecil, lalu mulai memikirkan apa yang akan dilakukannya. Keenan kembali ke ruangannya, sembari menunggu pasien berikutnya. Sejak tadi, Keenan belum menyentuh ponsel yang diletakkannya di kantong jas dokternya.

Pria yang baru saja mencukur janggut dan kumisnya tadi pagi itu, sengaja membiarkan ponselnya terdiam aman di kantongnya. She has not reply the text yet , begitu kata suara hatinya. Dan beberapa detik kemudian, suara hatinya kembali berkata, dont you curious why she hasnt reply your text yet ? Mengakibatkan tangan Keenan lancang merogoh kantong jasnya, menyentuh layar handphone-nya.

Hatinya seolah berjingkrak senang, saat ada tanda BBM masuk di handphone-nya. Dengan hati berdebar, Keenan membuka aplikasi BBM-nya, dan... Selamat! Jika Anda mengirim 10 pesan ini kepada 7 orang tersayang dan terdekat Anda, maka Anda akan mendapatkan 1 ayam gratis dari KFC. Tunjukkan pesan ini di counter kami, dan potongan ayam gratis akan kami berikan.

What the hell is this? Ayam?! Keenan merutuk kesal dalam hatinya. Kalau saja dia tidak ingat handphone ini, hadiah ulang tahun dari ibunya beberapa tahun lalu, pasti sudah dibuangnya sekarang. Kenapa malah ayam yang mengiriminya pesan tidak penting kayak gini? Keenan mendengus sebal. Ke mana sih tuh cewek? Hatinya bergejolak. Atau, sepertinya...

Lara memang ingin balas dendam dengannya, setelah sembilan tahun silam Keenan sering mengabaikan semua SMS-nya. Keenan merutuki gadis menyebalkan itu. Wah, bener-bener nggak disangkanya, sekarang gantian Lara berani membuatnya merasa kesal karena kelakuannya ini. Bener-bener!!!! Tunggu, kenapa jadi dia yang berharap dibalas oleh Lara? Apa pedulinya, seharusnya biarkan saja gadis itu tak membalasnya. Keenan mengendurkan ikatan dasinya yang terasa sedikit mencekatnya.

Entahlah, setiap kali Keenan mengingat soal gadis menyebalkan itu, sepertinya ikatan dasinya begitu mencekik lehernya. Suara berdeham keras milik Keenan, seolah membantunya merasa lebih baik. Tok! Tok! Ketukan suara dari balik pintu ruangan Keenan terdengar jelas. ”Masuk!” teriak Keenan dari dalam ruangannya. Maka si pengetuk pintu membuka pintu ruangannya.

Keenan sempat sedikit kaget, mengetahui siapa yang baru saja mengetuk pintunya. ”Ratna? Ada apa?” Suara Keenan yang dalam, membuat wanita itu tersenyum manis di hadapannya. Sejurus kemudian, wanita itu melangkah mendekati Keenan yang berdiri di depannya. Ratna memerhatikan wajah Keenan yang sudah bebas dari janggut dan kumis yang mengakar di rahang tegas pria itu.

Uh, he looks so hot without those beard ! Batinnya berkata. ”Dok, apa ntar malam... ada acara?” Suara wanita lebih terdengar seakan menggoda Keenan saat ini. Sepasang mata Ratna, seolah menariknya untuk mengikuti kemauan wanita berstatus janda itu. Keenan mengerjapkan matanya berkali-kali, whats wrong with me ? Kenapa... di mata Keenan, wajah itu mengingatkannya pada Feli? Cara bertanya pun hampir sama dengan gadis yang pernah empat tahun mengisi hatinya.

Blass! Bayangan wajah Feli pada Ratna menghilang seketika. Kini Ratna tetap berdiri di depannya, dan mengulangi pertanyaan yang sama. Keenan celingukan mencari ke mana bayangannya cewek itu pergi. ”Dokter Kee...Nan?” Ratna mengibaskan tangannya di depan wajah pria itu. ”Eh.. Ng... iya, Rat. Saya nggak ada acara ntar malam,” jawab Keenan dengan wajah bingung.Ratna menyunggingkan senyumnya, hatinya merasa bahagia. Benar yang dikatakan Herman, sebenernya... nggak terlalu susah naklukin si kulkas ini. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0682 seconds (0.1#10.140)