Terapkan Safety Riding, Driver Go-Jek Ingin Jadi Contoh
A
A
A
Wajar apabila sebuah startup ingin agar konsumennya loyal terhadap layanan atau produk yang ditawarkan. Caranya bisa lewat kualitas layanan atau produk, kemudahan memperolehnya, hingga promo.
NAMUN satu hal yang perlu diingat adalah kualitas individunya pun harua dijaga bahkan ditingkatkan. Hal tersebut yang kiranya terlintas oleh Nadiem Makarim, pendiri Go-jek. Layanan Go-Jek selalu harus berhadapan kemacetan dan bertemu dengan beragam sikap pengendara.
Oleh karena itu Nadiem, sapaan akrabnya, merasa perlu sekali membekali pengemudi armada Go-Jek dengan kemampuan berkendara yang tidak hanya jago membelah kemacetan tapi juga mengutamakan keselamatan. Karena itu, digelar lah program “Go-Jek Street Smart Program - Safety Riding Training” menggandeng Rifat Drive Labs, sekolah mengemudi milik Rifat Sungkar, pembalap reli dan Duta Keamanan Mengemudi Unesco.
”Jumlah armada kami sekitar 10.000 orang, namun saat ini sebanyak 6.000 dulu yang ikut dalam pelatihan keamanan mengemudi. Sifat pelatihan ini adalah wajib, bagi driver yang tidak ikut serta maka lisensi Go-Jek Driver-nya akan ditahan sementara,” tegas Nadiem. Rifat sendiri mengatakan bahwa pelatihan ini tidak sekadar mengetahui cara mengemudi yang benar. Tapi driver Go-Jek juga diajarkan bagaimana membaca behaviour driver lain di jalanan sehingga mereka dapat mengemudi dengan baik.
“Pelatihannya tidak cuma teori tapi juga praktik. Praktiknya pun ada dua jenis. Praktik mengemudi di arena sekolah kami dan dijalan bersama dengan tutor yang ikut langsung,” bebernya. Kedua pihak yang bekerjasama sepakat bahwa hal ini pun semata-mata bukan untuk meningkatkan kualitas layanan saja tapi ini akan menjadi role model mengemudi yang aman.
“Bahkan SOP yang diberikan Rifat ke depannya akan dijadikan standar kualifikasi saat menguji driver ojek yang ingin bergabung dengan Go-Jek. Jadi bukan sebatas wawancara untuk mengetahui watak dan motivasi calon driver,” tutur Nadiem. Nadiem juga mengingatkan bahwa konsumen pun berperan penting dalam memberikan penilaian terhadap kualitas driver, yakni lewat form review yang harus diisi setelah menggunakan layanan aplikasi Go-Jek.
Oleh karena itu Nadiem menghimbau agar konsumen dapat mengisi review dengan lengkap dan jelas. Disinggung soal konflik yang belakangan terjadi antara driver Go-Jek dan ojek setempat, Nadiem menjelaskan bahwa pihaknya selalu menanggapi dengan cepat dan serius setiap masalah yang menimpa driver Go-Jek.
“Jika sampai terjadi kejadian berujung kriminal tentu kita akan urus lewat jalur hukum. Selain itu kami pun sudah mengerahkan satgas yang tugasnya menjelaskan apa itu Go-Jek dan bagaimana sistem operasionalnya. Syukur bahwa lewat edukasi ini justru banyak ojek yang akhirnya tertarik bergabung,” tandas Nadiem.
Cahyandaru kuncorojati
NAMUN satu hal yang perlu diingat adalah kualitas individunya pun harua dijaga bahkan ditingkatkan. Hal tersebut yang kiranya terlintas oleh Nadiem Makarim, pendiri Go-jek. Layanan Go-Jek selalu harus berhadapan kemacetan dan bertemu dengan beragam sikap pengendara.
Oleh karena itu Nadiem, sapaan akrabnya, merasa perlu sekali membekali pengemudi armada Go-Jek dengan kemampuan berkendara yang tidak hanya jago membelah kemacetan tapi juga mengutamakan keselamatan. Karena itu, digelar lah program “Go-Jek Street Smart Program - Safety Riding Training” menggandeng Rifat Drive Labs, sekolah mengemudi milik Rifat Sungkar, pembalap reli dan Duta Keamanan Mengemudi Unesco.
”Jumlah armada kami sekitar 10.000 orang, namun saat ini sebanyak 6.000 dulu yang ikut dalam pelatihan keamanan mengemudi. Sifat pelatihan ini adalah wajib, bagi driver yang tidak ikut serta maka lisensi Go-Jek Driver-nya akan ditahan sementara,” tegas Nadiem. Rifat sendiri mengatakan bahwa pelatihan ini tidak sekadar mengetahui cara mengemudi yang benar. Tapi driver Go-Jek juga diajarkan bagaimana membaca behaviour driver lain di jalanan sehingga mereka dapat mengemudi dengan baik.
“Pelatihannya tidak cuma teori tapi juga praktik. Praktiknya pun ada dua jenis. Praktik mengemudi di arena sekolah kami dan dijalan bersama dengan tutor yang ikut langsung,” bebernya. Kedua pihak yang bekerjasama sepakat bahwa hal ini pun semata-mata bukan untuk meningkatkan kualitas layanan saja tapi ini akan menjadi role model mengemudi yang aman.
“Bahkan SOP yang diberikan Rifat ke depannya akan dijadikan standar kualifikasi saat menguji driver ojek yang ingin bergabung dengan Go-Jek. Jadi bukan sebatas wawancara untuk mengetahui watak dan motivasi calon driver,” tutur Nadiem. Nadiem juga mengingatkan bahwa konsumen pun berperan penting dalam memberikan penilaian terhadap kualitas driver, yakni lewat form review yang harus diisi setelah menggunakan layanan aplikasi Go-Jek.
Oleh karena itu Nadiem menghimbau agar konsumen dapat mengisi review dengan lengkap dan jelas. Disinggung soal konflik yang belakangan terjadi antara driver Go-Jek dan ojek setempat, Nadiem menjelaskan bahwa pihaknya selalu menanggapi dengan cepat dan serius setiap masalah yang menimpa driver Go-Jek.
“Jika sampai terjadi kejadian berujung kriminal tentu kita akan urus lewat jalur hukum. Selain itu kami pun sudah mengerahkan satgas yang tugasnya menjelaskan apa itu Go-Jek dan bagaimana sistem operasionalnya. Syukur bahwa lewat edukasi ini justru banyak ojek yang akhirnya tertarik bergabung,” tandas Nadiem.
Cahyandaru kuncorojati
(ars)