Dua Pasang Hati

Jum'at, 24 Juli 2015 - 10:03 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Tentu saja Keenan melotot marah pada Lara. Hanya saja Keenan enggan membalas tamparan gadis itu. ”Bajingan lo, Nan! Beraninya lo bawa gue ke rumah lo, tidur bareng lo! Dokter kandungan macem apa lo itu? HAH?!” teriak Lara emosi.

Mata gadis itu berkilat-kilat penuh amarah, beberapa detik kemudian dia malah menangis ”Gue nggak nyangka ya, Nan. Lo bisa ngerendahin gue sampe begini! Gue tahu, dulu gue pernah suka sama lo. Tapi nggak gini-gini amat caranya lo bales semuanya ke gue! Benerbener lo, Nan! Gue...” Lara kehabisan kata-kata, semua perasaan marah sudah berkecamuk dalam hatinya.

Ia pun terduduk lemas dihadapan Keenan, hanya suara isak tangisnya yang terdengar. ”Cepet sana mandi, ganti baju. Gue mau buat sarapan, kalo nggak mau ya, abis mandi lo pulang,” ujar Keenan acuh, suaranya sama dinginnya dengan tatapannya. Ia melempar handuk baru berwarna putih di atas kepala Lara. Gadis itu tertegun melihat sikap Keenan yang sama sekali tidak marah setelah ia memaki cowok itu dengan kasar.

Cowok itu malah dengan acuhnya ngeloyor pergi ke kamarnya. Dan bukan kamar yang ditiduri Lara semalam. Lara hanya terdiam melihat Keenan bingung setelahnya. Lara pun akhirnya lanjut ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, gadis itu sudah berpakaian lengkap.

Hanya saja baju itu terlihat kebesaran, karena ia meminjam baju cowok itu. Benaknya masih saja tak mengerti, bagaimana bisa ia sampai di rumah Keenan. Anehnya ia hanya mengingat ada seorang pelayan yang memberinya wine, dan ia menegaknya langsung.

Begitu keluar, Lara menemukan Keenan sudah berpakaian lengkap dengan jas dokter serta badge nama yang setia mengait di kantung kirinya. Cowok itu tampak fokus membaca koran hari ini. Diamdiam, Lara mengamati ada yang kurang di meja makan cowok itu... kopi? Pikir Lara.

Eh, tapi Keenan biasa minum kopi nggak ya? Ada keinginan besar dari hati Lara untuk membuatkan cowok itu segelas kopi panas. Maka, selama cowok itu masih sibuk baca koran, Lara berjalan pelan-pelan menuju dapur Keenan dan membuatkan cowok itu segelas kopi. Keenan dikejutkan dengan segelas kopi panas yang mampir di hadapannya.

Cowok itu menutup lembar korannya lalu menatap wajah Lara tanpa bicara, lalu meminumnya pelanpelan. ”Suka?” tanya Lara tak yakin. Jantungnya berdegup kencang setelah itu. Keenan tidak menanggapinya, dia malah menyuruh Lara duduk di depannya. Lara meremas-remas tangannya, dan memandang wajah Keenan yang masih menyisakan memar biru di pelipisnya.

”Lo... berantem lagi, Nan?” Keenan tetap saja nggak menjawab. Pria itu hanya menatap Lara dengan misterius, kemudian meminum kopinya kembali. ”Nan, jawab dong! Masa gue dikacangin begini sih!” desah Lara sambil mengguncang cowok yang sedang meminum kopinya. Lantas, tumpahlah sisa kopi itu di celana Keenan. Astaga... mati deh gue! Lara mengumpat dalam hati.

Cowok itu dengan kasar meletakkan kopinya di meja, sementara Lara sibuk mengambil tisu di hadapannya, kemudian membersihkan celana Keenan. ”Nggak perlu dibersihin. Gue bisa sendiri.” Cuma itu yang dikatakan Keenan setelahnya, matanya pun terlihat dingin. Lara menunduk sedih, ada perasaan tidak enak plus bersalah dalam dirinya.

”Sori, Nan...Abisnya gue kesel, lo cuekin dari tadi. Emangnya gue tembok, lo diemin gitu aja?” protes Lara. ”Kapan sih lo berhenti buat masalah?” tatap cowok tanpa mengubah nada bicaranya. Lara menunduk saja, nggak berani melihat mata Keenan. Cowok itu menggelengkan kepalanya, lalu beranjak bangkit dari kursinya. Tetapi dengan cepat Lara menarik belakang baju Keenan.

”Apalagi?” tatap cowok itu malas. ”Nan, gue tadi malem kenapa...?” Keenan memandang Lara sebal, dan menghela nafasnya. Untung saja Keenan masih memiliki batas kesabaran tinggi. ”Udah tau kan, lo nggak kuat alkohol?” ujar cowok itu, Lara mengangguk. ”Terus, kenapa lo masih minum?” lanjutnya. ”Dikit aja... nggak banyak-banyak, Nan...” Lara membungkam mulutnya tak percaya, ”Jangan bilang....” ”Ya.

Lo udah ngotorin baju gue, dua kali. Tau?” Lara kembali menundukkan kepalanya. Nggak tahu lagi harus gimana minta maaf sama Keenan... Artinya, jas hitam dan kemeja putih yang digantung di kamar itu... milik Keenan? Dengan kata lain, Lara ditemukan Keenan, lalu muntah di bajunya lagi, terus dibawa ke sini...? (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0898 seconds (0.1#10.140)