Dua Pasang Hati

Rabu, 05 Agustus 2015 - 09:38 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
“Kita langsung jalan sekarang?”“Oke…” Dengan sekali injakan gas, Gavin menyetir mobilnya dan melaju cepat.

“Hmm, Ra… gue boleh jujur tentang sesuatu sama lo, nggak?” “Jujur? Soal apa?” “Gue sebenernya… yang setiap pagi beliin lo Starbucks dan taro bunga mawar putih, di vas bunga lo.” Lara tertegun mendengar pengakuan Gavin. Isn’t that sweet? Wajah Lara memerah tiba-tiba saat mengetahuinya Cowok itu menoleh senyum pada Lara. “Itu sebabnya Panji bilang gue banci, karena nggak berani langsung ngomong sama lo.”

“Hmm… Panji, dia dari dulu kata anak-anak emang gitu. Jealous-an,” ucap Lara. “Thank you ya, Vin. Gue suka bunganya… suka Starbucksnya.” “Kalo orang yang ngasih… suka?” tatap cowok itu lembut. Lara memalingkan wajahnya beberapa saat, malu banget rasanya lihat cowok itu. Selanjutnya Gavin hanya tersenyum menyadari senyum malumalu Lara, ia menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah berpagar tinggi dan tusuk sate.

Segera seorang penjaga keamanan di rumah Gavin membukakan pagar tinggi itu. Udah kayak di mall aja, pikir Lara. Gavin keluar dari mobilnya bersama Lara, lalu sang penjaga rumah disuruhnya untuk memarkirkan mobilnya tersebut. “Mas Gavin… Mas..” “Saya masuk dulu, Pak,” potong Gavin cepat. Ia menggandeng tangan Lara dengan cueknya dan membawanya ke rumah.

Mbok Nah, begitu sang pembantu disapa sampai terkejut, menyambut kedatangan Gavin yang wajahnya terlihat begitu bahagia bersama perempuan cantik di sampingnya. “Mas Gavin, eyalah… pacarnya cantik tenan, toh…” “Ah, si Mbok Nah. Dia ini..” belum sempat Gavin melanjutkan, si Mbok langsung mempersilakan keduanya ke meja makan. Lara tak tahu lagi harus berkata apa, saat melihat hidangan-hidangan yang disediakan si Mbok demi menyambut kedatangan mereka.

Ada udang goreng tepung, cah kangkung, mendoan, dan.. apa itu? Nasi goreng pete? Lara tersenyum kecil, jadi inget Keenan…dalam hati ia bergumam. Sudah lama sepertinya, dia tidak mendengar kabar melintang dari cowok itu. Oh iya…tadi pagi, bukankah Lara baru melakukan hal paling melakukan seumur hidupnya? Astaga…. Lara bergidik malu saat mengingatnya.

“Ra, kalo udah laper bilang ya. Kita makan duluan aja, kalo gitu..” “Eh, Vin. Jangan! Kita nunggu aja, nggak apa-apa. Kan kita udah janji sama ‘seseorang’ lo itu, masa ditinggal makan duluan,” cegat Lara nggak enak hati. Gavin membelai puncak kepalanya, “Itu yang buat gue suka sama lo, Ra.” “Hah?” tatap Lara bingung. “Lo selalu bikin gue kagum sama lo. You know how to respect other people.” Lara tersipu mendengar pujian tulus Gavin. Tak beberapa lama kemudian, sebuah suara mesin mobil terdengar dari arah luar.

Tampaknya seseorang yang ditunggu keduanya sudah pulang. Hati Lara berdebar kencang, tak sabar mengetahui siapa ‘rolemode’ kesayangan Gavin itu. Dari belakang, Keenan memerhatikan adik bungsunya tampak begitu bahagia dengan seorang perempuan yang duduk di sampingnya itu. Ia menghampiri Mbok Nah, dan berbisik.

“Udah besar dia, Mbok.” Cowok itu tersenyum kemudian, yang dibalas senyum juga oleh Mbok Nah. “Giliran Mas Keenan dong, jangan mau kalah.” Si Mbok lalu menyikut lengan Keenan. Cowok itu hanya tersenyum lagi, dan berjalan menuju ruang makan.

Enam Belas

Derap langkah sepatu seorang laki-laki mengejutkan jantung Lara yang tadinya sudah merasa lebih baik. Sepertinya orang yang ditunggu Gavin dan dirinya telah tiba di rumah. Sementara cowok di sampingnya ini, sama tertegunnya dengan Lara, ketika ia merasakan pundaknya disentuh oleh seseorang.

Segera, Lara dan Gavin sama-sama membalikkan tubuhnya. Alih-alih tersenyum setelahnya, Lara dan sosok yang dinantikan Gavin sama-sama memasang wajah tegang. Lutut Lara mendadak lemas, desah nafasnya tak beraturan sesuai dengan irama jantungnya kala itu. Air matanya hampir terjatuh lagi, saat mengetahui siapa yang baru dilihatnya.

“Kak, kenalin ini…” Gavin berusaha mencairkan suasana. Namun sayangnya sang kakak memasang wajah angkuhnya dan berkata dingin, sambil menatap mata Lara. “Gue kenal siapa dia. Nggak perlu lo kenalin.” Lara menelan ludah sedalam- dalamnya, saat mengetahui Keenan tampak begitu marah menemukan dirinya ada bersama Gavin. (bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0536 seconds (0.1#10.140)