Dua Pasang Hati

Kamis, 03 September 2015 - 09:13 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Pria itu lalu mengambil satu kain putih yang sudah dibasahi sedikit dengan air, kemudian menyeka bekas muntahan Lara yang masih tersisa di ujung bibir perempuan cantik itu.

Setelahnya, ia menarik selimut tebal miliknya, dan membalut tubuh Lara, agar dia bisa tidur tenang. Begitu Keenan sudah sampai di pintu luar, tiba-tiba saja Keenan mendengar isak tangis dari kamar tamunya. Keenan membuka pintu kamarnya hati-hati, ia terkejut menemukan Lara sudah bangun dalam posisi terduduk.

Rambutnya acak-acakan, make-up -nya luntur, dan ia menangis sedih sambil berkata, “Keenan....nyebelin banget sih lo jadi cowok!!! Kenapa gue harus liat kejadian yang sama lagi kayak sembilan taun lalu? Nggak puas lo ya nyiksa gue! Berengsek lo, Nan!” Ia menangis kemudian.

Keenan menemukan gadis itu berkata dengan mata terpejam, sambil tak sadar menyeka air matanya. “...biar berengsek tapi kenapa hati gue malah maunya cuma elo... nggak pengen yang lain? Nan, bilang sama gue... tell me how to forget you ... atau paling nggak, caranya supaya gue bisa benci lo, sebenci-bencinya, sampe nggak mau lagi ketemu lo. Biar gue bisa hidup tenang, nggak dibayangbayangin lo melulu...” “...Karena gue capek, sejujurnya.

Gue nggak pengen terus-terusan ngarepin lo yang udah punya masa depan sama perempuan lain, Nan...gue pengen juga bahagia sama laki-laki pilihan gue, yang ngebahagiain gue, lebih dari lo. Sama seperti perempuan tadi yang bisa membahagiakan lo...” Dan selanjutnya gadis itu terus terisak sejadi-jadinya. Keenan menghela nafas, menatap mata Lara yang setengah terpejam penuh sedih, selanjutnya tanpa sepatah kata Keenan menarik tubuh Lara di dekapannya, mengelus kepala gadis itu lembut.

Dibiarkannya Lara menangis sejadi-jadinya di pundaknya. Keenan tak peduli mau sebasah apa baju di pundaknya itu, yang penting Lara bisa berhenti nangis karena dirinya. Dan sebelum Keenan kembali membaringkan Lara di kasurnya-saat gadis itu masih menangis di pelukannya, ia berbisik lirih di telinga gadis itu, “Karena nggak ada laki-laki manapun yang bisa bikin lo bahagia, selain gue.”

Sesudahnya ia membaringkan tubuh Lara di ranjangnya, dan menarik selimut untuk gadis itu. Lara sepertinya udah nggak kuat lagi lari-larian, di plesir pinggir pantai. Nafasnya udah mulai sesak, dan belum ada tanda-tanda raksasa ganteng memunculkan batang hidungnya. Ke mana sih si Keenan? Sejak tadi Lara sudah keliling-keliling, tapi cowok bertubuh tinggi itu malah sama sekali nggak menampakkan dirinya.

Padahal, badannya kayak jerapah gitu, lho. Masih aja nggak keliatan. Gadis itu membungkukkan setengah badannya, mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan. Lara menghentikan kakinya di sebuah bibir pantai yang terletak tak jauh dari vilanya. Sambil memegangi perutnya yang kram, Lara berjalan tertatih-tatih, sambil terus berpikir di mana Keenan berada sekarang.

Tololnya, Lara sama sekali nggak pegang handphone , ia meninggalkan handphone -nya di kamar vila. “Awas aja tuh orang, kalo gue dapet, gue omelin!!!” gerutu Lara, meski dengan nafas yang masih tersengal-sengal. Sampai akhirnya, ia berhenti di bibir pantai dan menemukan sosok pria berbaju kemeja biru laut, celana tiga perempat dan kaus putih tembus pandang yang membalut tubuh atletisnya. Tapi sepertinya janji Lara untuk mengomeli pria itu sirna yang ada dia malah....

“KEENAN, AKU CINTA KAMU!” teriak gadis itu sekencang mungkin, kalo bisa sampe gendang telinga cowok itu pecah. Refleks cowok bertubuh tinggi itu menoleh kepadanya, dan hanya menatapnya dengan datar. Meski dalam hatinya ia terkejut mendengar pernyataan Lara.

Sambil membopong high-heels -nya, Lara berlarian ke arah cowok itu, dia sudah nggak peduli kakinya kotor menerjang pasir putih yang menyelimuti bibir pantai malam itu. Gadis itu meloncat di pelukan Keenan, sampai cowok itu hampir saja terjengkang jatuh. Untung saja pertahanan tubuhnya kuat, ia menahan tubuh Lara yang sudah mengait di pelukannya.

Tanpa bicara, Lara langsung membekap mulut Keenan dengan ciumannya, membuat cowok itu tersenyum bahagia setelahnya, dan perlahan menikmati ciuman yang diberikan Lara padanya. “Keenan, aku cinta kamu,” kata Lara lembut sekali lagi, binar di wajahnya menyiratkan kebahagiaan yang tak terungkap. Cowok itu hanya menatap Lara sambil menahan senyum. (bersambung)

VANIA M. BERNADETTE
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0640 seconds (0.1#10.140)