Jumlah Wisman ke DI Yogyakarta Masih Sedikit
A
A
A
YOGYAKARTA - Meskipun Yogyakarta dikenal sebagai destinasi pariwisata terkemuka di tanah air, tetapi jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke wilayah ini masih minim. Assosiation of Tours And Travel Agencies (Asita) mencatat jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta hanya 3% dari keseluruhan yang datang ke Indonesia. Jika tahun 2016 lalu total wisman ke Indonesia mencapai 12 juta, maka yang ke Yogyakarta hanya 350 ribu saja.
Ketua Asita DIY, Udi Sudiyanto mengatakan, industri pariwisata di DIY kini memang tengah berkembang. Hanya saja, lebih banyak dinikmati oleh wisatawan lokal dibanding dengan wisatawan asing. Dampak ekonomipun belum bisa dirasakan secara maksimal karena minimnya wisatawan yang masuk ke wilayah ini.
"Kalau wisman itu mendatangkan devisa," tuturnya.
Bukan berarti mengesampingkan dampak wisatawan lokal, namun lebih terasa dampak wisatawan mancanegara lain. Ia mencontohkan, untuk wisatawan asing perorangan menghabiskan Rp 3,5 juta hanya untuk transportasi dan hotel. Belum lagi yang dikeluarkan untuk belanja ataupun kuliner.
Sementara jika wisatawan domestik, manfaat yang diperoleh oleh pengelola obyek wisata hanya sedikit. Karena biasanya wisatawan domestik membawa bekal sendiri, bahkan terkadang untuk konsumsi membeli di tempat lain bukan di lokasi wisata. Dan pengelola wisata hanya mendapatkan sampah belaka.
Ia mengakui, minimnya jumlah wisatawan mancanegara ke wilayah ini karena beberapa faktor. Akses ke Yogyakarta yang masih terbatas seperti kapasitas bandara yang cukup kecil serta sulitnya menempuh jalur darat menjadi faktor utama. Di samping juga ternyata Yogyakarta juga belum begitu familiar di mancanegara.
"Di Singapura, Filiphina dan Eropa ternyata Yogyakarta belum familiar," ujarnya.
Ketua Asita DIY, Udi Sudiyanto mengatakan, industri pariwisata di DIY kini memang tengah berkembang. Hanya saja, lebih banyak dinikmati oleh wisatawan lokal dibanding dengan wisatawan asing. Dampak ekonomipun belum bisa dirasakan secara maksimal karena minimnya wisatawan yang masuk ke wilayah ini.
"Kalau wisman itu mendatangkan devisa," tuturnya.
Bukan berarti mengesampingkan dampak wisatawan lokal, namun lebih terasa dampak wisatawan mancanegara lain. Ia mencontohkan, untuk wisatawan asing perorangan menghabiskan Rp 3,5 juta hanya untuk transportasi dan hotel. Belum lagi yang dikeluarkan untuk belanja ataupun kuliner.
Sementara jika wisatawan domestik, manfaat yang diperoleh oleh pengelola obyek wisata hanya sedikit. Karena biasanya wisatawan domestik membawa bekal sendiri, bahkan terkadang untuk konsumsi membeli di tempat lain bukan di lokasi wisata. Dan pengelola wisata hanya mendapatkan sampah belaka.
Ia mengakui, minimnya jumlah wisatawan mancanegara ke wilayah ini karena beberapa faktor. Akses ke Yogyakarta yang masih terbatas seperti kapasitas bandara yang cukup kecil serta sulitnya menempuh jalur darat menjadi faktor utama. Di samping juga ternyata Yogyakarta juga belum begitu familiar di mancanegara.
"Di Singapura, Filiphina dan Eropa ternyata Yogyakarta belum familiar," ujarnya.
(nfl)