Aktris Bollywood Diancam Akan Dipenggal
A
A
A
NEW DELHI - Rilis film Bollywood berjudul Padmavati tertunda tanpa batas waktu yang ditentukan karena terus diprotes berbagai kelompok Hindu.
Ancaman juga muncul dari pejabat partai berkuasa Suraj Pal Amu yang menawarkan hadiah 10 crore rupee (Rp) untuk kepala aktris film tersebut Deepika Padukone dan sutradaranya Sanjay Leela Bhansali.
“Kami akan menghadiahi seseorang yang memenggal mereka, dengan 10 crore rupee (Rp20 miliar) dan juga memenuhi kebutuhan keluarga mereka,” kata Suraj Pal Amu, kepala koordinator media untuk partai berkuasa BJP di utara negara bagian Haryana, pada kantor berita ANI.
BJP saat ini memimpin pemerintahan pusat Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi yang menghindari membuat pernyataan provokatif atas isu tersebut.
“Peringatan telah dikirim padanya. Ada aturan hukum di Haryana dan tidak seorang pun dapat mengeluarkan ancaman semacam itu,” ungkap Anil Jain, juru bicara BJP.
Meski demikian, pernyataan itu tidak menghalangi Amu untuk menentang film yang menggambarkan abad 14 tersebut. Awal pekan ini, dia mengancam membakar semua gedung bioskop yang menayangkan film tersebut. Film itu dibuat berdasarkan puisi epik Padmavat yang ditulis lebih dari 400 tahun silam.
Berbagai kelompok Hindu menuduh film tersebut mengaburkan sejarah dengan menggambarkan Ratu Rajput Padmini dalam pencahayaan yang buruk. Padmini dalam film itu berperan sebagai protagonis. Kelompok itu keberatan pada seorang ratu Hindu yang menjalin asmara dengan raja Muslim.
Anggota kasta Rajput di negara bagian Rajasthan yang menjadi lokasi legendaris ratu Rajput, meminta pelarangan pada film Padmavati karena dianggap tidak menghormati sentimen masyarakat.
Pekan lalu, Padukone menjelaskan, dia hanya akan menjawab pertanyaan dari badan sensor nasional yakni Badan Pusat Sertifikasi Film (CBFC). “Ke mana kita telah mencapai sebagai satu bangsa? Kita telah mundur,” tegas Padukone, dikutip Aljazeera.
Setelah ancaman itu muncul, Padukone tidak menghadiri konferensi tingkat tinggi entrepreneurship global yang dijadwalkan digelar di kota Hyderabad. Modi dan Ivanka Trump, putri presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.
“Ancaman pemenggalan ini dan lainnya adalah bentuk sesat politik yang India sibuk mengecam semua ini. Dan sekarang India sumber politik semacam itu. Kami harus memerangi ini di sini,” ungkap Ashis Nandy, pakar sosiologis India.
Sejumlah aktivis hak asasi manusia (HAM) dan intelektual menyatakan kebebasan berekspresi mendapat ancaman di era pemerintahan Modi yang cenderung mendukung nasionalis Hindu, basis konstituennya.
Awal pekan ini, Mahkamah Agung (MA) India menolak melarang film tersebut dan meminta CBFC untuk membuat keputusan akhir. Saat ini CBFC mendapat tekanan tinggi karena pemerintahan di negara bagian yang dikuasai BJP serta oposisi di Kongres Punjab telah menyerukan larangan terhadap film tersebut.
Nandy menyesalkan adanya ancaman semacam itu. “Saya pikir ini kejadian yang sangat menyedihkan. Kebangkrutan partai politik ini sangat nyata. Berbagai lembaga demokratis di India dalam ancaman pada situasi seperti ini,” kata Nandy.
Film ini diadaptasi dari Padmavat, puisi epik yang ditulis Malik Muhammad Jayasi pada abad 16. Karakter utama puisi itu adalah ratu Padmini yang melompat ke api untuk menyelamatkan kehormatannya dari Raja Muslim Alauddin Khilji.
Sejarawan menjelaskan protagonis dalam film itu adalah tokoh fiksi dan tidak ada kaitan sejarah atas keberadaannya. “Dalam periode kontemporer, tidak ada penyebutan kejadian ini, tak ada penyebutan Padmavati oleh Amir Khusrau, penulis produktif di era Alauddin Khilji. Ini penyalahgunaan fiksi dan sejarah. Tidak ada bukti sejarah kejadian Padmavati ini. Cerita ini imajinasi puisi,” kata Aditya Mukherjee, profesor sejarah dari Universitas Jawaharlal Nehru.
Sutradara film Bhansali telah mengeluarkan video berisi pernyataan bahwa dia tetap memikirkan martabat dan kehormatan Rajput saat membuat film tersebut.
Banyak netizen yang mempertanyakan ide sanksi sosial pada film berdasarkan karakter fiksi tersebut. “Jika Rajput dapat memeriksa film fiksi untuk keaslian sebelum rilis, mengapa tidak bagi para Brahmin, Muslim atau Biharis yang sering kali mendapat stereotip,” kata Madhavan Narayanan, jurnalis senior India dalam ciutan Twitter. (Syarifudin)
Ancaman juga muncul dari pejabat partai berkuasa Suraj Pal Amu yang menawarkan hadiah 10 crore rupee (Rp) untuk kepala aktris film tersebut Deepika Padukone dan sutradaranya Sanjay Leela Bhansali.
“Kami akan menghadiahi seseorang yang memenggal mereka, dengan 10 crore rupee (Rp20 miliar) dan juga memenuhi kebutuhan keluarga mereka,” kata Suraj Pal Amu, kepala koordinator media untuk partai berkuasa BJP di utara negara bagian Haryana, pada kantor berita ANI.
BJP saat ini memimpin pemerintahan pusat Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi yang menghindari membuat pernyataan provokatif atas isu tersebut.
“Peringatan telah dikirim padanya. Ada aturan hukum di Haryana dan tidak seorang pun dapat mengeluarkan ancaman semacam itu,” ungkap Anil Jain, juru bicara BJP.
Meski demikian, pernyataan itu tidak menghalangi Amu untuk menentang film yang menggambarkan abad 14 tersebut. Awal pekan ini, dia mengancam membakar semua gedung bioskop yang menayangkan film tersebut. Film itu dibuat berdasarkan puisi epik Padmavat yang ditulis lebih dari 400 tahun silam.
Berbagai kelompok Hindu menuduh film tersebut mengaburkan sejarah dengan menggambarkan Ratu Rajput Padmini dalam pencahayaan yang buruk. Padmini dalam film itu berperan sebagai protagonis. Kelompok itu keberatan pada seorang ratu Hindu yang menjalin asmara dengan raja Muslim.
Anggota kasta Rajput di negara bagian Rajasthan yang menjadi lokasi legendaris ratu Rajput, meminta pelarangan pada film Padmavati karena dianggap tidak menghormati sentimen masyarakat.
Pekan lalu, Padukone menjelaskan, dia hanya akan menjawab pertanyaan dari badan sensor nasional yakni Badan Pusat Sertifikasi Film (CBFC). “Ke mana kita telah mencapai sebagai satu bangsa? Kita telah mundur,” tegas Padukone, dikutip Aljazeera.
Setelah ancaman itu muncul, Padukone tidak menghadiri konferensi tingkat tinggi entrepreneurship global yang dijadwalkan digelar di kota Hyderabad. Modi dan Ivanka Trump, putri presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.
“Ancaman pemenggalan ini dan lainnya adalah bentuk sesat politik yang India sibuk mengecam semua ini. Dan sekarang India sumber politik semacam itu. Kami harus memerangi ini di sini,” ungkap Ashis Nandy, pakar sosiologis India.
Sejumlah aktivis hak asasi manusia (HAM) dan intelektual menyatakan kebebasan berekspresi mendapat ancaman di era pemerintahan Modi yang cenderung mendukung nasionalis Hindu, basis konstituennya.
Awal pekan ini, Mahkamah Agung (MA) India menolak melarang film tersebut dan meminta CBFC untuk membuat keputusan akhir. Saat ini CBFC mendapat tekanan tinggi karena pemerintahan di negara bagian yang dikuasai BJP serta oposisi di Kongres Punjab telah menyerukan larangan terhadap film tersebut.
Nandy menyesalkan adanya ancaman semacam itu. “Saya pikir ini kejadian yang sangat menyedihkan. Kebangkrutan partai politik ini sangat nyata. Berbagai lembaga demokratis di India dalam ancaman pada situasi seperti ini,” kata Nandy.
Film ini diadaptasi dari Padmavat, puisi epik yang ditulis Malik Muhammad Jayasi pada abad 16. Karakter utama puisi itu adalah ratu Padmini yang melompat ke api untuk menyelamatkan kehormatannya dari Raja Muslim Alauddin Khilji.
Sejarawan menjelaskan protagonis dalam film itu adalah tokoh fiksi dan tidak ada kaitan sejarah atas keberadaannya. “Dalam periode kontemporer, tidak ada penyebutan kejadian ini, tak ada penyebutan Padmavati oleh Amir Khusrau, penulis produktif di era Alauddin Khilji. Ini penyalahgunaan fiksi dan sejarah. Tidak ada bukti sejarah kejadian Padmavati ini. Cerita ini imajinasi puisi,” kata Aditya Mukherjee, profesor sejarah dari Universitas Jawaharlal Nehru.
Sutradara film Bhansali telah mengeluarkan video berisi pernyataan bahwa dia tetap memikirkan martabat dan kehormatan Rajput saat membuat film tersebut.
Banyak netizen yang mempertanyakan ide sanksi sosial pada film berdasarkan karakter fiksi tersebut. “Jika Rajput dapat memeriksa film fiksi untuk keaslian sebelum rilis, mengapa tidak bagi para Brahmin, Muslim atau Biharis yang sering kali mendapat stereotip,” kata Madhavan Narayanan, jurnalis senior India dalam ciutan Twitter. (Syarifudin)
(nfl)