Furnitur Eceng Gondok, Eksotis dan Kuat
A
A
A
ECENG gondok selalu menyulitkan ahli biologi perairan karena tanaman ini menutupi ekosistem air. Namun, tanaman ini juga bisa bermanfaat sebagai bahan baku furnitur.
Tanaman ini memang mudah berkembang biak di air. Dia juga menjadi indikator atas perairan yang tidak sehat. Namun, manusia tidak hilang akal. Lewat riset dan uji coba, eceng gondok berhasil membawa kebaikan. Salah satunya menjadi material furnitur nan cantik.
Proses pengolahan eceng gondok menjadi bahan baku terbilang mudah. Menurut Pipiet Tri Noorastuti, pemilik Rumah Amasti, produsen furnitur dan aneka dekorasi, sebelum menjadi material siap pakai, eceng gondok melewati beberapa proses pengolahan. "Pengolahannya enggak rumit, hanya dipisahkan terlebih dahulu antara tangkai, akar, dan daun. Eceng gondok juga akan mengalami proses pewarnaan awal dan pemberian larutan tertentu sebagai bahan pengawetnya. Terakhir, proses penganyaman," kata Pipiet.
Kebanyakan material setengah jadi lebih berwarna coklat. Sifat material yang lentur membuatnya mudah dibentuk dan disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Beragam bentuk anyaman dan mudah dipadupadankan dengan material lain menambah keunggulan eceng gondok. Dari segi kekuatan, eceng gondok tak kalah dengan kayu.
"Karena kandungannya, resin di dalam eceng gondok membuat tingkat kerapatan semakin rekat. Itu yang membuat material eceng gondok ini tak kalah kuatnya dengan kayu," kata Pipiet.
Furnitur dari material ini bisa fleksibel sebagai elemen dekorasi dengan beragam nuansa. Material eceng gondok pada sebuah furnitur dapat diterapkan di mana saja, kecuali pada rangka dasar. Itu karena rangka dasar harus dibuat menggunakan bahan yang lebih kuat karena berfungsi sebagai penopang.
Contohnya untuk furnitur rumah tinggal, seperti meja, material eceng gondok dapat diterapkan sebagai bahan penutup tabletop atau penutup bagian badan dari meja. Biar pun memiliki keunggulan, mebel dengan bahan baku eceng gondok sekaligus juga memiliki kekurangan dibandingkan produk serupa dengan bahan berbeda.
Tanaman ini memang mudah berkembang biak di air. Dia juga menjadi indikator atas perairan yang tidak sehat. Namun, manusia tidak hilang akal. Lewat riset dan uji coba, eceng gondok berhasil membawa kebaikan. Salah satunya menjadi material furnitur nan cantik.
Proses pengolahan eceng gondok menjadi bahan baku terbilang mudah. Menurut Pipiet Tri Noorastuti, pemilik Rumah Amasti, produsen furnitur dan aneka dekorasi, sebelum menjadi material siap pakai, eceng gondok melewati beberapa proses pengolahan. "Pengolahannya enggak rumit, hanya dipisahkan terlebih dahulu antara tangkai, akar, dan daun. Eceng gondok juga akan mengalami proses pewarnaan awal dan pemberian larutan tertentu sebagai bahan pengawetnya. Terakhir, proses penganyaman," kata Pipiet.
Kebanyakan material setengah jadi lebih berwarna coklat. Sifat material yang lentur membuatnya mudah dibentuk dan disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Beragam bentuk anyaman dan mudah dipadupadankan dengan material lain menambah keunggulan eceng gondok. Dari segi kekuatan, eceng gondok tak kalah dengan kayu.
"Karena kandungannya, resin di dalam eceng gondok membuat tingkat kerapatan semakin rekat. Itu yang membuat material eceng gondok ini tak kalah kuatnya dengan kayu," kata Pipiet.
Furnitur dari material ini bisa fleksibel sebagai elemen dekorasi dengan beragam nuansa. Material eceng gondok pada sebuah furnitur dapat diterapkan di mana saja, kecuali pada rangka dasar. Itu karena rangka dasar harus dibuat menggunakan bahan yang lebih kuat karena berfungsi sebagai penopang.
Contohnya untuk furnitur rumah tinggal, seperti meja, material eceng gondok dapat diterapkan sebagai bahan penutup tabletop atau penutup bagian badan dari meja. Biar pun memiliki keunggulan, mebel dengan bahan baku eceng gondok sekaligus juga memiliki kekurangan dibandingkan produk serupa dengan bahan berbeda.
(amm)