Tas Inang, Usaha Edukasi Masyarakat untuk Sadar Lingkungan
A
A
A
JAKARTA - Hasil kreasi tangan dari bahan daur ulang plastic atau sampah rumah tangga bisa memiliki nilai jual tinggi. Hasilnya pun bisa membantu para ibu rumah tangga untuk menambah pendapatan keluarga. Apalagi saat ini, produk handmade atau buatan tangan sering kali menjadi buruan orang.
Hal ini disadari founder Gallery of Indonesia, Mey Hasibuan. Dia pun mencoba memberdayakan para ibu rumah tangga untuk membuat produk hasil kreasi tangan mereka dari bahan daur ulang plastik atau sampah rumah tangga. Mereka diajari untuk membuat produk tas dari bahan tersebut yang setelah jadi diberi nama Inang.
Mey mengatakan, niatnya memproduksi tas berlabel Inang ini adalah untuk menyosialiasikan produk daur ulang yang menggunakan bahan plastik limbah industri sehingga orang yang membelinya ikut menjaga kelestarian lingkungan. Untuk memproduksi tas handmade ini, Mey juga menggandeng komunitas Lansia dibawah kordinasi Yayasan Lumintu dan komunitas dissabilitas, Precious One.
“Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dan lebih peduli pada sesama meski awalnya memang banyak yang masih belum aware dengan hal ini bahkan sempat ada penolakan bahwa gak pede atau malu menggunakan tas ini ketimbang tas branded dengan harga mahal,” papar Mey Hasibuan kepada SINDO seusai seminar dan workshop Menjadi Consumer dalam Era Digital yang Peduli Sesama dan Lingkungan di Gedung PSW, Antasari, Cilandak Sabtu (14/9).
Lewat koleksi tas Inang—yang merupakan perpaduan anyaman antara daur ulang plastik dengan kain tenun—Mey menawarkan tiga value kepada para konsumennya. Pertama, dengan membeli tas daur ulang Inang, konsumen ikut menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik. Kedua, ikut menggerakkan pemberdayaan lansia. Terakhir, dengan membeli Inang, maka konsumen ikut menyediakan lapangan kerja bagi komunitas tuna rungu.
"Dalam menghadirkan Inang, saya memang berkolaborasi dengan Yayasan Lumintu dan Precious One. Saya menciptakan ide dan desain, Yayasan Lumintu memproduksi anyaman daur ulang dari samoah plastik, dan Precious One yang menjahit anyaman tersebut menjadi sebuah tas, sesuai dengan desain yang sudah saya buat," kata Mey.
Menurut Mey, pasar produk daur ulang sangat besar di luar negeri karena masyarakat di sana sudah tinggi untuk membeli produk daur ulang. Namun, tidak demikian dengan pasar di Indonesia yang masih belum sepenuhnya memiliki kesadaran terhadap produk tas dari bahan daur ulang.
"Di Indonesia sendiri, pasarnya masih belum bagus perlu diedukasi karena belum sepenuhnya aware terhadap produk daur ulang ini, meskipun dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kesadaran konsumen menggunakan produk daur ulang sudah bertumbuh," paparnya.
Oleh karena itu, untuk mengedukasi pasar sekaligus memperkenalkan Inang, Mey menggelar seminar dan workshop bertajuk 'Menjadi Konsumen yang Peduli Lingkungan dan Sesama' pada hari ini (14/9), di Jakarta. “Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dan lebih peduli pada sesama. Produk ini (Inang) sudah tersedia di kanal online www.handmadenesia.com," tutur Mey.
Menyasar kelas menengah dan korporat, diakui Mey, Inang sudah mendapat sambutan positif di pasar. Ke depan, dia berencana untuk menghadirkan Inang di retail store dan eCommerce yang ada di Indonesia.
Saat ini produk-produk Inang hanya tersedia online di handmadenesia.com dan pameran-pameran. Gaya hidup digital juga merupakan sebuah kebutuhan masyarakat saat ini.
Hal ini disadari founder Gallery of Indonesia, Mey Hasibuan. Dia pun mencoba memberdayakan para ibu rumah tangga untuk membuat produk hasil kreasi tangan mereka dari bahan daur ulang plastik atau sampah rumah tangga. Mereka diajari untuk membuat produk tas dari bahan tersebut yang setelah jadi diberi nama Inang.
Mey mengatakan, niatnya memproduksi tas berlabel Inang ini adalah untuk menyosialiasikan produk daur ulang yang menggunakan bahan plastik limbah industri sehingga orang yang membelinya ikut menjaga kelestarian lingkungan. Untuk memproduksi tas handmade ini, Mey juga menggandeng komunitas Lansia dibawah kordinasi Yayasan Lumintu dan komunitas dissabilitas, Precious One.
“Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dan lebih peduli pada sesama meski awalnya memang banyak yang masih belum aware dengan hal ini bahkan sempat ada penolakan bahwa gak pede atau malu menggunakan tas ini ketimbang tas branded dengan harga mahal,” papar Mey Hasibuan kepada SINDO seusai seminar dan workshop Menjadi Consumer dalam Era Digital yang Peduli Sesama dan Lingkungan di Gedung PSW, Antasari, Cilandak Sabtu (14/9).
Lewat koleksi tas Inang—yang merupakan perpaduan anyaman antara daur ulang plastik dengan kain tenun—Mey menawarkan tiga value kepada para konsumennya. Pertama, dengan membeli tas daur ulang Inang, konsumen ikut menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik. Kedua, ikut menggerakkan pemberdayaan lansia. Terakhir, dengan membeli Inang, maka konsumen ikut menyediakan lapangan kerja bagi komunitas tuna rungu.
"Dalam menghadirkan Inang, saya memang berkolaborasi dengan Yayasan Lumintu dan Precious One. Saya menciptakan ide dan desain, Yayasan Lumintu memproduksi anyaman daur ulang dari samoah plastik, dan Precious One yang menjahit anyaman tersebut menjadi sebuah tas, sesuai dengan desain yang sudah saya buat," kata Mey.
Menurut Mey, pasar produk daur ulang sangat besar di luar negeri karena masyarakat di sana sudah tinggi untuk membeli produk daur ulang. Namun, tidak demikian dengan pasar di Indonesia yang masih belum sepenuhnya memiliki kesadaran terhadap produk tas dari bahan daur ulang.
"Di Indonesia sendiri, pasarnya masih belum bagus perlu diedukasi karena belum sepenuhnya aware terhadap produk daur ulang ini, meskipun dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kesadaran konsumen menggunakan produk daur ulang sudah bertumbuh," paparnya.
Oleh karena itu, untuk mengedukasi pasar sekaligus memperkenalkan Inang, Mey menggelar seminar dan workshop bertajuk 'Menjadi Konsumen yang Peduli Lingkungan dan Sesama' pada hari ini (14/9), di Jakarta. “Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang tergugah untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dan lebih peduli pada sesama. Produk ini (Inang) sudah tersedia di kanal online www.handmadenesia.com," tutur Mey.
Menyasar kelas menengah dan korporat, diakui Mey, Inang sudah mendapat sambutan positif di pasar. Ke depan, dia berencana untuk menghadirkan Inang di retail store dan eCommerce yang ada di Indonesia.
Saat ini produk-produk Inang hanya tersedia online di handmadenesia.com dan pameran-pameran. Gaya hidup digital juga merupakan sebuah kebutuhan masyarakat saat ini.
(alv)