Berlomba Mengolah Menu Daging Khas Indonesia
A
A
A
KULINER Indonesia semakin diakui eksistensinya di dunia internasional. Sebut saja Rendang yang dinobatkan sebagai ikon makanan terenak di dunia.
Sayangnya, masih banyak warisan kuliner tradisional Indonesia lainnya yang belum dikenal. Misalnya Sate Maranggi, Dendeng Balado, dan Semur untuk masakan berbahan dasar daging sapi. Jangan lupa bahwa kita semua punya tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk melestarian warisan budaya yang sangat indah dan unik kepada generasi selanjutnya, antara lain lewat masakan.
Untuk melestarikan menu-menu tersebut, Meat & Livestock Australia menggelar RARE MEDIUM CUP. Bekerjasama dengan Association Culinary Professional dan Young Chef Club Indonesia acara yang dihelat akhir Januari lalu ingin meningkatkan kesadaran untuk bangga masakan Indonesia dengan cara mengetahui bumbu-bumbu asli Indonesia dan tentunya mengolahnya dengan benar.
Pada kesempatan itu 9 SMK dan universitas di sekitar wilayah Jakarta beradu untuk membuat makanan berbahan daging sapi untuk masakan khas Indonesia. “Memang susah untuk mengolah daging, seorang chef itu justru harus bisa memasak daging itu merupakan basic. Namun banyak chef muda sekarang yang menghindari bidang itu. Bagaiman kita memperlakukan daging itu harus pas, justru lomba internasional itu lebih banyak yang memasak daging,” ujar Chef Stefu Santoso yang bertindak sebagai juri.
Menurut Semijati Purwadaria, pakar dan pengamat kuliner Indonesia sebenarnya makanan Indonesia berbahan dasar daging sapi bukan hanya rendang yang sudah menjadi ikon makanan Indonesia. Ragam yang lain ini seperti Semur Daging, Asem-asem daging sapi, Krengsengan, Sate Maranggi, Dendeng Balado, Bakso.
Salah satu yang membuat keragaman hidangan Nusantara kita kurang populer karena para ibu enggan membuatnya di rumah sendiri dan memperkenalkan pada anakanaknya. “Kita sekarang lebih suka menyajikan hidangan praktis lupa bahwa kita semua harus punya tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk melestarian warisan budaya yang sangat indah dan unik kepada generasi selanjutnya lewat masakan yang disajikan di rumah,” ujar Semijati.
Satu lagi, para chef juga punya tugas yang sama dalam mengenalkan kuliner Indonesia sampai bisa go international. Selain itu, untuk memudahkan masakan Indonesia dikenal di dunia kuliner Internasional, dibutuhkan standardisasi yang jelas, baik dari segi bahan maupun bumbunya. Dari segi bahan seperti pada daging sapi, dibutuhkan potongan daging sapi yang berkualitas dan memiliki standardisasi potongan yang baik juga.
Menurut Chef Stefu sering kali orang berpendapat membuat makanan Indonesia harus menggunakan daging lokal. Alasannya, masakan kita membutuhkan daging yang bertekstur rapat dan keras supaya bisa dimasak dalam waktu lama. Tujuannya agar bumbu punya waktu untuk meresap ke dalam daging.
“Padahal kemudahan peresapan bumbu kedalam daging justru terjadi pada daging yang teksturnya lembut, sehingga bumbu bisa masuk dengan mudah. Bisa menggunakan daging sapi australia akan membantu meningkatkan kualitas masakan, yaitu lebih empuk (tender), juicy dan tidak memerlukan waktu lama dalam memasak.
Sehingga memudahkan siapapun yang memasak untuk mengkreasikan menu daging dengan menggunakan ragam bumbu asli Indonesia,” jelasnya.
Ananda Nararya
Sayangnya, masih banyak warisan kuliner tradisional Indonesia lainnya yang belum dikenal. Misalnya Sate Maranggi, Dendeng Balado, dan Semur untuk masakan berbahan dasar daging sapi. Jangan lupa bahwa kita semua punya tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk melestarian warisan budaya yang sangat indah dan unik kepada generasi selanjutnya, antara lain lewat masakan.
Untuk melestarikan menu-menu tersebut, Meat & Livestock Australia menggelar RARE MEDIUM CUP. Bekerjasama dengan Association Culinary Professional dan Young Chef Club Indonesia acara yang dihelat akhir Januari lalu ingin meningkatkan kesadaran untuk bangga masakan Indonesia dengan cara mengetahui bumbu-bumbu asli Indonesia dan tentunya mengolahnya dengan benar.
Pada kesempatan itu 9 SMK dan universitas di sekitar wilayah Jakarta beradu untuk membuat makanan berbahan daging sapi untuk masakan khas Indonesia. “Memang susah untuk mengolah daging, seorang chef itu justru harus bisa memasak daging itu merupakan basic. Namun banyak chef muda sekarang yang menghindari bidang itu. Bagaiman kita memperlakukan daging itu harus pas, justru lomba internasional itu lebih banyak yang memasak daging,” ujar Chef Stefu Santoso yang bertindak sebagai juri.
Menurut Semijati Purwadaria, pakar dan pengamat kuliner Indonesia sebenarnya makanan Indonesia berbahan dasar daging sapi bukan hanya rendang yang sudah menjadi ikon makanan Indonesia. Ragam yang lain ini seperti Semur Daging, Asem-asem daging sapi, Krengsengan, Sate Maranggi, Dendeng Balado, Bakso.
Salah satu yang membuat keragaman hidangan Nusantara kita kurang populer karena para ibu enggan membuatnya di rumah sendiri dan memperkenalkan pada anakanaknya. “Kita sekarang lebih suka menyajikan hidangan praktis lupa bahwa kita semua harus punya tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk melestarian warisan budaya yang sangat indah dan unik kepada generasi selanjutnya lewat masakan yang disajikan di rumah,” ujar Semijati.
Satu lagi, para chef juga punya tugas yang sama dalam mengenalkan kuliner Indonesia sampai bisa go international. Selain itu, untuk memudahkan masakan Indonesia dikenal di dunia kuliner Internasional, dibutuhkan standardisasi yang jelas, baik dari segi bahan maupun bumbunya. Dari segi bahan seperti pada daging sapi, dibutuhkan potongan daging sapi yang berkualitas dan memiliki standardisasi potongan yang baik juga.
Menurut Chef Stefu sering kali orang berpendapat membuat makanan Indonesia harus menggunakan daging lokal. Alasannya, masakan kita membutuhkan daging yang bertekstur rapat dan keras supaya bisa dimasak dalam waktu lama. Tujuannya agar bumbu punya waktu untuk meresap ke dalam daging.
“Padahal kemudahan peresapan bumbu kedalam daging justru terjadi pada daging yang teksturnya lembut, sehingga bumbu bisa masuk dengan mudah. Bisa menggunakan daging sapi australia akan membantu meningkatkan kualitas masakan, yaitu lebih empuk (tender), juicy dan tidak memerlukan waktu lama dalam memasak.
Sehingga memudahkan siapapun yang memasak untuk mengkreasikan menu daging dengan menggunakan ragam bumbu asli Indonesia,” jelasnya.
Ananda Nararya
(ftr)