Mengenal Budaya melalui Museum Diorama
A
A
A
MUSEUM Diorama Bale Panyawangan sejarah Sunda dan Purwakarta, Monumen Citaresmi, dan Taman Air Mancur Sri Baduga menjadi tempat wisata baru di kawasan Purwakarta.
Ini merupakan museum diorama pertama di Jawa Barat yang mengangkat sejarah Sunda dan tentunya Kabupaten Purwakarta. ”Diorama ini dilengkapi dengan teknologi multimedia dan sistem informasi digital. Semuanya menyuguhkan informasi terkait sejarah Sunda dan Purwakarta.
Selain itu, yang paling menarik dari diorama ini adalah adanya bioskop mini yang khusus memutar film dokumenter sejarah kerajaan Sunda dan Purwakarta di Jawa Barat,” tutur Norman, Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten Purwakarta. Ada pula Monumen Citaresmi yang juga merupakan bagian sejarah Sunda yang lebih populer dengan Perang Bubat.
Di Monumen Citaresmi, banyak terdapat batu bertulis yang menjadi bukti eksistensi daerah Purwakarta dalam sejarah Sunda. Sementara itu, Taman Air Mancur Sribaduga Situ Buleud merupakan area Taman Kota yang kini telah ditata dengan dilengkapi air mancur di sekeliling situ (danau) tersebut. Taman air mancur ini merupakan yang terbesar di Indonesia dengan luas area hampir satu hektare.
Selain air mancur, taman ini juga dilengkapi dengan pencahayaan dan laser yang bergerak menari dengan iringan musik, seperti Wings of Time di Singapura. ”Masyarakat dengan mudah dan gratis masuk menikmati informasi keindahan dari Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud. Namun, nantinya masyarakat yang ingin melihat harus mengenakan pakaian adat Sunda, yaitu pangsi dan iket bagi laki-laki dan kebaya bagi perempuan,” tutur Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta.
Selain ketiga objek wisata tersebut, Purwakarta juga menyimpan objek wisata lainnya, yakni Gedung Negara. Keunikan Gedung Negara terletak pada gaya arsitekturnya, bangunan Eropa yang antik. Gedung ini dibangun semasa zaman kolonial Belanda, tetapi sekarang lebih difungsikan sebagai Kantor Bupati Kabupaten Purwakarta.
Gedung ini juga memiliki nilai sejarah perjuangan bagi masyarakat Purwakarta, baik pada masa pemerintahan kolonial Belanda maupun pemerintahan Jepang. Di samping Gedung Negara, terdapat Masjid Agung yang dibangun pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1826 M. Pada 1993 masjid ini mengalami pemugaran dan renovasi, namun tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya.
Selain wisata sejarah dan kerajinan keramik, Purwakarta juga terkenal dengan kesenian masyarakatnya, yaitu Seni Ulin Kobongan. Norman menuturkan, kesenian ini secara visual menyajikan gerak-gerak jurus pencak silat yang dirangkai menjadi tarian yang diiringi dengan iringan seni Terebang dengan membawakan lagulagu Nadoman.
Dwi nur ratnaningsih
Ini merupakan museum diorama pertama di Jawa Barat yang mengangkat sejarah Sunda dan tentunya Kabupaten Purwakarta. ”Diorama ini dilengkapi dengan teknologi multimedia dan sistem informasi digital. Semuanya menyuguhkan informasi terkait sejarah Sunda dan Purwakarta.
Selain itu, yang paling menarik dari diorama ini adalah adanya bioskop mini yang khusus memutar film dokumenter sejarah kerajaan Sunda dan Purwakarta di Jawa Barat,” tutur Norman, Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten Purwakarta. Ada pula Monumen Citaresmi yang juga merupakan bagian sejarah Sunda yang lebih populer dengan Perang Bubat.
Di Monumen Citaresmi, banyak terdapat batu bertulis yang menjadi bukti eksistensi daerah Purwakarta dalam sejarah Sunda. Sementara itu, Taman Air Mancur Sribaduga Situ Buleud merupakan area Taman Kota yang kini telah ditata dengan dilengkapi air mancur di sekeliling situ (danau) tersebut. Taman air mancur ini merupakan yang terbesar di Indonesia dengan luas area hampir satu hektare.
Selain air mancur, taman ini juga dilengkapi dengan pencahayaan dan laser yang bergerak menari dengan iringan musik, seperti Wings of Time di Singapura. ”Masyarakat dengan mudah dan gratis masuk menikmati informasi keindahan dari Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud. Namun, nantinya masyarakat yang ingin melihat harus mengenakan pakaian adat Sunda, yaitu pangsi dan iket bagi laki-laki dan kebaya bagi perempuan,” tutur Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta.
Selain ketiga objek wisata tersebut, Purwakarta juga menyimpan objek wisata lainnya, yakni Gedung Negara. Keunikan Gedung Negara terletak pada gaya arsitekturnya, bangunan Eropa yang antik. Gedung ini dibangun semasa zaman kolonial Belanda, tetapi sekarang lebih difungsikan sebagai Kantor Bupati Kabupaten Purwakarta.
Gedung ini juga memiliki nilai sejarah perjuangan bagi masyarakat Purwakarta, baik pada masa pemerintahan kolonial Belanda maupun pemerintahan Jepang. Di samping Gedung Negara, terdapat Masjid Agung yang dibangun pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1826 M. Pada 1993 masjid ini mengalami pemugaran dan renovasi, namun tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya.
Selain wisata sejarah dan kerajinan keramik, Purwakarta juga terkenal dengan kesenian masyarakatnya, yaitu Seni Ulin Kobongan. Norman menuturkan, kesenian ini secara visual menyajikan gerak-gerak jurus pencak silat yang dirangkai menjadi tarian yang diiringi dengan iringan seni Terebang dengan membawakan lagulagu Nadoman.
Dwi nur ratnaningsih
(ars)