Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 12 Bagian 4

Sabtu, 04 Maret 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Mendengar ucapan kakek itu, Sin Liong menyesal bukan main. Kalau dia tidak membolehkan biruang diadu, tentu kakek itu bersama teman-temannya akan menghalangi dia dan Soan Cu pergi dan akibatnya lebih hebat lagi. Maka dia menghela napas dan berkata, "Baiklah, mari kita lepaskan mereka dan melihat apakah mereka memang mau berkelahi. Kuharap saja setelah ini, kami diperbolehkan pergi."

"Koko, lepaskan biruang kita, biar dihancur lumatkan kucing keparat itu. Tar-tar-tarrr...!!" Soan Cu sudah membunyikan cambuknya di udara berkali-kali.

Sin Liong melepaskan biruangnya dan dia menghampiri Soan Cu, memegang lengannya dan berbisik, "Soan Cu, kautenangkanlah hatimu, jangan marah-marah. Ingat, kita tidak mau melibatkan diri dalam permusuhan dengan siapapun juga, bukan?"

Dipegang lengannya secara demikian halus oleh Sin Liong, seketika api yang bernyala dalam hati Soan Cu padam seperti tertimpa hujan, semangat dan tubuhnya lemas dan dia menunduk sambil mengunggukkan kepalanya. Dia seperti seekor harimau liar yang tiba-tiba menjadi jinak!

Sementara itu, setelah kini dilepas keduanya dan tidak ada yang menghalangi, kedua ekor binatang itu mengeluarkan suara auman dan gerengan yang dahsyat dan menggetarkan, Mula-mula mereka saling pandang dan masing-masing hendak menggetarkan lawan dengan kekuatan suara, kemudian harimau yang ganas itu lalu yang mulai menerjang maju! Dengan berdiri di atas kedua kaki belakangnya, harimau itu menubruk dan menerkam.

Akan tetapi, dengan gerakannya yang agak lamban dan tenang, namun kuat dan tepat sekali, biruang menangkis terkaman dan balas mencengkeram dengan kuku jari kakinya yang biar pun tidak seruncing kuku harimau, namun tidak kalah kuatnya. Kena tamparan biruang yang amat kuat itu, harimau terguling-guling!

Hanya sepasang matanya saja yang bersinar-sinar girang, akan tetapi Soan Cu tidak berani berkutik di dekat Sin Liong. Ingin hatinya bersorak dan mulutnya mengeluarkan kata-kata mengejek melihat betapa harimau itu terguling-guling, namun dia merasa segan terhadap Sin Liong.

Harimau itu meloncat lagi dan menerkam makin dahsyat. Terjadilah perkelahian yang amat dahsyat, di tengah-tengah suara gerengan yang menggetarkan seluruh bukit. Pada saat itulah koki warung yang menemani saudara misannya mengantar kayu bakar, mendapat kesempatan menonton harimau bertanding melawan biruang, akan tetapi karena merasa ngeri dan takut, dia cepat meninggalkan tempat itu dan berlari turun lagi.

Perkelahian yang dahsyat, seru dan mati-matian. Biruang itu sudah menderita banyak luka di tubuhnya akibat cakaran dan gigitan harimau, akan tetapi akhirnya dia berhasil mencengkeram kepala harimau, menindihnya dan menggigit leher harimau, sampat robek dan terus luka di leher itu dirobeknya sampai ke perut. Harimau berketojotan dan mati tak lama kemudian.

"Heiii..." Soan Cu berteriak, namun terlambat Sinar hitam menyarabar ke arah leher biruang den binatang ini mengeluarkan pekik mengerikan lalu roboh dan tak bsrgerak lagi, mati di atas bangkai harimau yang tadi menjadi lawannya.

"Kau membunuh biruang kami!" Soan Cu melompat dan menuding dengan marah kepada kakek yang tadi menyerang biruang dengan Hek-tok-ting (Paku Hitam Beracun).

"Dia pun membunuh harimau kami!" Tee-tok menjawab dengan mata mendelik saking marahnya.

"Manusia curang kau!" Soan Cu sudah menerjang maju dan cambuknya mengeluarkan suara meledak-ledak di udara.

"Tar-tar-cring-trangggg...!" Bunga api berpijar ketika cambuk itu tertangkis oleh sepasang pedang yang bersinar hitam. Itulah pedang Ban-tok-siang-kiam (Sepasang Pedang Selaksa Racun) yang ampuh dari Tee-tok.

Akan tetapi bukan main kagetnya ketika tadi pedangnya menangkis cambuk duri, dia merasakan lengannya tergetar, tanda bahwa dara muda itu menliliki sinkang yang amat kuat. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.1358 seconds (0.1#10.140)