Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 23 Bagian 8

Kamis, 25 Mei 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Teringatlah Swat Hong dan tahulah dia mengapa dia tertidur di lantai. Tanpa bertanya lagi dia lalu menelan pel kecil itu dan benar saja, peningnya hilang dan pikirannya terang kembali.

"Nona, aku mendengar bahwa siang tadi kau dijamu oleh mereka. Tahulah aku bahwa kau tentu diberi anggur bercampur Hashsih. Lekas kau keluar, di luar sedang terjadi pertempuran. Seorang pemuda agaknya datang hendak menolongmu, dia bersenjata pedang dan kipas...."

"Kwee Lun...!" Swat Hong berseru kaget, menyambar pedangnya di atas meja dan hendak lari keluar.

"Nanti dulu, Nona."

Swat Hong berhenti. "Kau baik sekali, Saudara Ahmed. Aku berterima kasih kepadamu."

"Bukan itu. Kau... kau harus lukai aku dengan pedang itu. Kalau tidak, aku akan dihukum mati sebagai pengkhianat."

Barulah sadar Swat Hong betapa perwira ini telah menolongnya dengan taruhan nyawa sendiri.

"Kau adalah seorang yang amat baik, bagaimana mungkin aku tega untuk melukaimu? Kau sahabatku.,. dan ternyata di segala bangsa, ada saja manusianya yang jahat dan baik, tidak ada bedanya dengan bangsa lain. Aku mengerti maksudmu, Saudara Ahmed, nah, biar kurobohkan kau dengan totokan!" Swat Hong bergerak cepat sekali, dan tahu-tahu dua jalan darah di tubuh Ahmed telah ditotoknya dan perwira itu terguling roboh dan tak mampu bergerak karena kaki tangannya menjadi lumpuh, tubuhnya lemas tak mampu bergerak.

Swat Hong cepat menyambar botol dan sisa obat penawar, memasukkannya di dalam sakunya, kemudian dia memandang meja kursi sampai terpelanting ke kanan kiri sehingga menimbulkan kesan seolah-olah di kamar itu telah terjadi pertempuran, mencabut pedang dari pinggang Ahmed dan melemparkan pedang di lantai, kemudian dia memegang tangan Ahmed dan berkata, suaranya terbaru, "Selamat tinggal, Saudara Ahmed. Sekali lagi terima kasih dan kita takkan bertemu kembali."

Hanya dengan bibir dan pandang matanya saja Ahmed tersenyum penuh kagum mulutnya hanya dapat berkata, "Kau... setangkai bunga di padang pasir..."

Swat Hong melompat dan berlari keluar. Dua orang pelayan wanita yang lari mendatangi dia tendang terguling dan menjerit-jerit, kemudian dia terus lari keluar. Heran juga ketika dia melihat bahwa dugaannya tadi benar ketika mendengar penuturan Ahmed tentang seorang pemuda bersenjata kipas dan pedang. Kwee Lun telah datang dan mengamuk di luar pesanggrahan!

Gerakan pemuda ini hebat bukan main karena memang selama satu tahun dia berlatih dengan tekun. Akan tetapi ternyata para pengeroyoknya juga merupakan pasukan yang terlatih dan memiliki keistimewaan.

Bukan hanya senjata mereka yang aneh, yaitu pedang ular dan perisai kura-kura, akan tetapi juga mereka itu membentuk barisan yang kokoh kuat, saling membantu dan banyak menggunakan perisai untuk berlindung, kemudian pedang ular itu meluncur dari depan perisai, persis gerakan seekor kura-kura menyerang dan menyembunyikan kepala di dalam batoknya.

Menghadapi kepungan yang ketat ini, Kwee Lun merasa kewalahan juga. Akan tetapi dia mengamuk dengan penuh keberanian dan akhirnya dia dapat membobolkan kepungan dengan jalan berloncatan ke sana-sini, kemudian mendadak dia meloncat melewati kepala pengepung yang berada di belakangnya dan begitu berada di luar kepungan dia berhasil merobohkan dua orang pengeroyok dengan pedang dan kipasnya.

Empat belas orang sisa pasukan itu sudah mengepung lagi, akan tetapi mendadak terdengar lengking nyaring dan robohlah empat orang diserang oleh Swat Hong dari luar kepungan.

"Nona Han...!"

"Kwee-toako, mari kita basmi mereka ini!" seru Swat Hong.

Kwee Lun girang bukan main, tak pernah disangkanya bahwa dara yang hendak dijadikan korban itu adalah Han Swat Hong. Dia merasa kecelik juga, karena ternyata bahwa gadis yang akan ditolongnya itu berbalik matah menolongnya!

"Kita lari saja, Nona. Tidak perlu melawan tentara yang amat banyak!"

"Tidak Aku harus bunuh dulu si kepa-rat she Bouw...!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0448 seconds (0.1#10.140)