Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 13 Bagian 5

Jum'at, 10 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

"Coa Lo-enghiong agaknya kena dibujuk orang! Memang benar saya ketua Bu-tong-pai akan tetapi hal itu adalah demi kebaikan Bu-tong-pai, demi cinta saya kepada Bu-tong-pai. Saya ingin menjadikan Bu-tong-pai perkumpulan terbesar dan terkuat di dunia kang-ouw, dan saya ingin menarik semua orang gagah menjadi sahabat yang dapat bekerja sama. Karena itu, saya harap Ji-wi dapat membuka mata melihat kenyataan dan saya persilakan Ji-wi untuk datang sebagai sahabat dan untuk minum arak persahabatan bersama kami."

"Perempuan murtad! Jangan mengira dapat menyogok kami dengan omongan manis!" Kakek itu membentak marah.

Kedua alis yang hitam kecil dan panjang itu bergerak-garak dan biarpun mulut yang. berbibir itu masih tersenyum, namun kata-kata yang keluar mengandung nada dingin, "Habis apa yang kalian akan lakukan?"

"Singg! Singgg!!" Ayah dan anak itu telah mencabut pedang dan Kakek Coa berkata, "Hanya ada dua pilihan bagi engkau dan kami. Pertama engkau pergi meninggalkan Bu-tong-san dan kami akan berterima kasih kepadamu yang mengembalikan Bu-tong-pai, kepada para pimpinan Bu-tong-pai atau kalau engkau berkeras terpaksa kami ayah dan anak turun tangan menggunakan pedang membela kehormatan sahabat-sahabat dari Bu-tong-pai!"

"Hi-hik! Betapa gagahnya keluarga Coa! Apakah Ilmu Pedang Hok-liong kiamsut sehebat sikap mereka, perlu ditonton dulu!" Tiba-tiba terdengar suara yang lantang dan merdu ini. Semua orang menengok, juga The Kwat Lin yang menjadi terkejut melihat ada orang datang tanpa diketahuinya. Hal itu saja membuktikan bahwa wanita yang muncul ini memiliki ilmu kepandaian hebat.

Ayah dan anak itu mendengar nama ilmu pedang turunan mereka disebut-sebut, juga menengok dengan kaget. Wanita itu pakaiannya mentereng dan biar pun usianya sudah kurang lebih setengah abad, namun harus diakui bahwa dia adalah seorang wanita cantik.

Rambutnya hitam gemuk dan panjang, dibiarkan terurai sampai ke pinggulnya yang menonjol di batik celana yang ketat. Tangan kanannya memanggul sebatang payung hitam dan wanita itu tahu-tahu telah berdiri di situ dengan gaya lemah lembut.

Dia seorang wanita yang masih kelihatan cantik dengan tubuh padat akan tetapi ada sesuatu yang dingin mengerikan ke luar dari sikapnya, terutama sekali sepasang matanya yang amat tajam itu karena mata itu terbelalak memandang hampir tak pernah berkejap!

Melihat wanita ini, Kakek Coa terkejut bukan main dan otomatis dia berseru keras. "Kiam-nio Cai-li...!!"

Puteranya, Coa Khi terkejut. Tentu saja dia sudah pernah mendengar nama ini, nama seorang datuk kaum sesat yang amat terkenal sebagai seorang Iblis betina yang selain kejam dan ganas, juga amat tinggi ilmu kepandaiannya.

Kakek Coa merasa heran sekali mengapa iblis betina yang sudah bertahun-tahun tak pernah muncul di dunia kang-ouw dan kabarnya hanya bertapa di tempat kediamannya, yaitu di Rawa Bangkai di kaki Pegunungan Lu-liang-san itu tahu-tahu kini muncul di situ. Dan biasanya, di mana pun iblis ini muncul, tentu akan terjadi malapetaka hebat!

The Kwat Lin juga sudah mendengar nama itu, yaitu sepuluh tahun yang lalu ketika dia masih menjadi seorang di antara Cap-sha Sin-hiap. Ketika itu, nama Kiam-mo Cai-li (Wanita Cerdik Berpedang Payung) sudah amat terkenal.

Akan tetapi dia belum pernah bertemu dengan iblis betina itu dan sekarang dia melirik ke arah wanita itu dengan senyum mengejek. Dengan kepandaiannya seperti sekarang ini, dia tidak perlu takut menghadapi iblis yang manapun juga!

"Kiam-mo Cai-li, apakah kedatanganmu tanpa diundang ini pun hendak menentang aku sebagai Ketua Bu-tong-pai? Kalau memang demikian, jangan kepalang tanggung, majulah kau bersama kedua orang she Coa ini agar lebih tepat aku menghadapi kalian!"

Ucapan yang keluar dengan tenangnya, dari mulut Ketua Bu-tong-pai itu mengejutkan hati kedua orang ayah dan anak she Coa itu. Berani bukan main wanita ini menantang Kiam-mo Cai-li seperti itu! Menyuruh datuk kaum sesat itu untuk mengeroyok!

Akan tetapi Kiam-mo Cai-li tertawa lebar sehingga tampaklah deretan giginya yang putih dan rapi, "Hi-hi-hik, hebat sekali mulut Ketua baru Bu-tong-pai! Pantas kau disebut-sebut di dunia kang-ouw, kiranya memang memiliki keberanian yang hebat! Hanya karena mendengar bahwa engkau adalah Ratu Pulau Es maka aku terpaksa meninggalkan tempatku yang aman dan tenteram.

Kalau tidak karena nama ini, biar siapa pun yang akan menduduki Bu-tong-pai, aku peduli apa? Sekarang hendak kulihat bagaimana kau menghadapi pewaris-pewaris ilmu Pedang Hok-liong-kiamsut yang terkenal ini. Kalau kau memang berharga untuk melawanku, barulah kita nanti bicara lagi!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0417 seconds (0.1#10.140)