Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 13 Bagian 9
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Kiam-mo Cai-li memang luar biasa lihainya. Tidak percuma dia menjadi seorang datuk kaum sesat, seorang tokoh golongan hitam yang ditakuti seperti seorang iblis betina yang kejam dan berilmu tinggi.
Tidak hanya ilmu pedangnya yang lain daripada yang lain, permainan pedang yang gerakan tangannya terlindung dan tersembunyi oleh payung hitam sehingga lebih praktis dan berbahaya daripada menggunakan perisai, akan tetapi di samping ilmu pedangnya ini juga tangan kirinya merupakan senjata yang amat berbahaya dengan kuku-kukunya yang panjang dan mengandung racun. Ini semua masih dilengkapi lagi dengan rambutnya yang hitam panjang, karena rambutnya ini seperti ular-ular hidup, dapat dipergunakan untuk menotok, melecut, atau melibat!
Akan tetapi, tidak percuma pula The Kwat Lin pernah menjadi isteri seorang manusia yang disohorkan seperti setengah dewa, yaitu Han Ti Ong yang, sukar diukur lagi tingkat kepandaiannya. Tidak percuma selama sepuluh tahun bekas murid Bu-tong-pai ini digembleng di Pulau Es, apalagi telah mewarisi kitab-kitab pusaka Pulau Es yang dilarikannya.
Yang jelas, dalam hal tenaga sinkang, dia masih menang setingkat di bandingkan dengan Kiam-mo Cai-li. Tenaga sinkangnya adalah hasil latihan di Pulau Es, maka dia telah dapat menyedot tenaga Inti Salju, yaitu Swat-im Sin- kang, tenaga sinkang yang mengandung hawa dingin sehingga lawan yang kurang kuat sekali bertemu tenaga akan menjadi beku darahnya. Selain menang dalam tenaga sinkang, juga dasar ilmu silatnya lebih sempurna daripada dasar ilmu silat Kiam-mo Caili yang sesungguhnya merupakan gabungan ilmu silat campur aduk.
Demikianlah, pertandingan itu berlangsung sampai seratus jurus lebih dengan amat serunya. Kiam-mo Cai-li menang keanehan senjatanya dan menang pengataman bertanding akan tetapi kelebihannya ini menjadi tidak berarti karena dia kalah tenaga sinkang sehingga setiap serangan dan desakannya membuyar oleh hawa sinkang dari dorongan telapak tangan The Kwat Lin.
Akhirnya, iblis betina ini harus mengakui keunggulan lawan dan dia sebagai seorang ahli maklum bahwa kalau dilanjutkan, salah-salah dia akan menjadi korban hawa Swat-im Sin-kang yang mujijat. Maka dia meloncat ke belakang dan berseru, "Cukup, Pangcu! Kepandaianmu hebat, engkau pantas menjadi Ratu Pulau Es, pantas menjadi Ketua Bu-tong-pai dan biarlah aku membantumu dalam kerja sama kita!"
Dapat dibayangkan betapa girangnya hati Kwat Lin mendengar ini. Dia lalu menghampiri Kiam-mo Cai-li, menggandeng tangan wanita itu dan memperkenalkannya kepada Swi Liang, Swi Nio, dan Man Bu Ong.
Kemudian dia mengajak sahabat baru itu memasuki gedungnya dan sambil menghadapi hidangan lezat kedua orang wanita lihai ini bercakap-cakap dan mengadakan perundingan untuk bekerja sama. Ternyata mereka cocok sekali dan memang keduanya merindukan kedudukan yang mulia dan terhormat, maka dalam perundingan ini.
Kiam-mo Cai-li dianggap sebagai pembantu utama dan tangan kanan Kwat Lin, bahkan Rawa Bangkai yang terletak di kaki Pegunungan Lu-liang-san itu di jadikan markas kedua di mana kelak akan dilakukan semua pertemuan dan perundingan rahasia.
Benar saja seperti yang diharapkan, setelah Kiam-mo Cai-li menjadi pembantunya, banyaklah kaum sesat yang menggabung dan menyatakan suka bekerja sama sehingga biarpun tidak resmi, mulai saat itu The Kwat Lin bukan hanya menjadi ketua Bu-tong-pai, akan tetapi juga diakui sebagai datuk kaum sesat nomor satu!
Hubungan rahasia yang diadakan oleh Kwat Lin dengan para pembesar kota raja menjadi makin luas, dan diam-diam persekutuan ini mulai mengatur rencana pemberontakan untuk menggulingkan Kaisar! Dari para pembesar yang mengharapkan bantuan orang-orang kang-ouw inilah Kwat Lin memperoleh bantuan keuangan sehingga Bu-tong-pai menjadi makin kuat dan wanita lihai ini dapat menarik banyak tenaga bantuan orang pandai dengan mempergunakan uang sebagai pancingan. (Bersambung)
Kiam-mo Cai-li memang luar biasa lihainya. Tidak percuma dia menjadi seorang datuk kaum sesat, seorang tokoh golongan hitam yang ditakuti seperti seorang iblis betina yang kejam dan berilmu tinggi.
Tidak hanya ilmu pedangnya yang lain daripada yang lain, permainan pedang yang gerakan tangannya terlindung dan tersembunyi oleh payung hitam sehingga lebih praktis dan berbahaya daripada menggunakan perisai, akan tetapi di samping ilmu pedangnya ini juga tangan kirinya merupakan senjata yang amat berbahaya dengan kuku-kukunya yang panjang dan mengandung racun. Ini semua masih dilengkapi lagi dengan rambutnya yang hitam panjang, karena rambutnya ini seperti ular-ular hidup, dapat dipergunakan untuk menotok, melecut, atau melibat!
Akan tetapi, tidak percuma pula The Kwat Lin pernah menjadi isteri seorang manusia yang disohorkan seperti setengah dewa, yaitu Han Ti Ong yang, sukar diukur lagi tingkat kepandaiannya. Tidak percuma selama sepuluh tahun bekas murid Bu-tong-pai ini digembleng di Pulau Es, apalagi telah mewarisi kitab-kitab pusaka Pulau Es yang dilarikannya.
Yang jelas, dalam hal tenaga sinkang, dia masih menang setingkat di bandingkan dengan Kiam-mo Cai-li. Tenaga sinkangnya adalah hasil latihan di Pulau Es, maka dia telah dapat menyedot tenaga Inti Salju, yaitu Swat-im Sin- kang, tenaga sinkang yang mengandung hawa dingin sehingga lawan yang kurang kuat sekali bertemu tenaga akan menjadi beku darahnya. Selain menang dalam tenaga sinkang, juga dasar ilmu silatnya lebih sempurna daripada dasar ilmu silat Kiam-mo Caili yang sesungguhnya merupakan gabungan ilmu silat campur aduk.
Demikianlah, pertandingan itu berlangsung sampai seratus jurus lebih dengan amat serunya. Kiam-mo Cai-li menang keanehan senjatanya dan menang pengataman bertanding akan tetapi kelebihannya ini menjadi tidak berarti karena dia kalah tenaga sinkang sehingga setiap serangan dan desakannya membuyar oleh hawa sinkang dari dorongan telapak tangan The Kwat Lin.
Akhirnya, iblis betina ini harus mengakui keunggulan lawan dan dia sebagai seorang ahli maklum bahwa kalau dilanjutkan, salah-salah dia akan menjadi korban hawa Swat-im Sin-kang yang mujijat. Maka dia meloncat ke belakang dan berseru, "Cukup, Pangcu! Kepandaianmu hebat, engkau pantas menjadi Ratu Pulau Es, pantas menjadi Ketua Bu-tong-pai dan biarlah aku membantumu dalam kerja sama kita!"
Dapat dibayangkan betapa girangnya hati Kwat Lin mendengar ini. Dia lalu menghampiri Kiam-mo Cai-li, menggandeng tangan wanita itu dan memperkenalkannya kepada Swi Liang, Swi Nio, dan Man Bu Ong.
Kemudian dia mengajak sahabat baru itu memasuki gedungnya dan sambil menghadapi hidangan lezat kedua orang wanita lihai ini bercakap-cakap dan mengadakan perundingan untuk bekerja sama. Ternyata mereka cocok sekali dan memang keduanya merindukan kedudukan yang mulia dan terhormat, maka dalam perundingan ini.
Kiam-mo Cai-li dianggap sebagai pembantu utama dan tangan kanan Kwat Lin, bahkan Rawa Bangkai yang terletak di kaki Pegunungan Lu-liang-san itu di jadikan markas kedua di mana kelak akan dilakukan semua pertemuan dan perundingan rahasia.
Benar saja seperti yang diharapkan, setelah Kiam-mo Cai-li menjadi pembantunya, banyaklah kaum sesat yang menggabung dan menyatakan suka bekerja sama sehingga biarpun tidak resmi, mulai saat itu The Kwat Lin bukan hanya menjadi ketua Bu-tong-pai, akan tetapi juga diakui sebagai datuk kaum sesat nomor satu!
Hubungan rahasia yang diadakan oleh Kwat Lin dengan para pembesar kota raja menjadi makin luas, dan diam-diam persekutuan ini mulai mengatur rencana pemberontakan untuk menggulingkan Kaisar! Dari para pembesar yang mengharapkan bantuan orang-orang kang-ouw inilah Kwat Lin memperoleh bantuan keuangan sehingga Bu-tong-pai menjadi makin kuat dan wanita lihai ini dapat menarik banyak tenaga bantuan orang pandai dengan mempergunakan uang sebagai pancingan. (Bersambung)
(dwi)