Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 14 Bagian 4

Kamis, 16 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

The Kwat Lin mengangguk-angguk dan diam-diam dia memuji kecerdikan temannya ini. "Siasatmu memang baik sekali Cai-li! Akan tetapi... biarpun sudah pasti sekali Pangeran akan menerima penawaran ini dengan kedua tangan terbuka, kukira belum tentu Swi Nio akan mau dijadikan selir pangeran itu. Kalau dia menolak, lalu bagaimana?"

Kiam-mo Cai-li tertawa. "Hi-hi-hik, tidak usah khawatir, Pangcu. Aku yang tanggung bahwa dia tentu tidak akan menolak." Dia lalu mendekatkan mulutnya ke telinga The Kwat Lin, berbisik-bisik.

Kwat Lin mengangguk-angguk. "Hemm, kalau dia merupakan seorang murid yang baik dan taat, tentu aku tidak tega, akan tetapi... demi suksesnya perjuangan kita, agar dia tidak menjadi penghalang malah kelak mungkin dapat membantu, biarlah... kita atur secepatnya agar Pangeran dapat berkunjung ke sini."

"Tentu mudah saja dan tidak menimbulkan kecurigaan. Bukankah peristiwa di hutan itu membuat nama Bu-tong-pai terangkat tinggi dalam pandangan kerajaan? Kalau seorang Pangeran berkunjung ke sini, menemui penolong selir Yang Kui Hui, hal itu sudah semestinya! Hi-hi-hik."

"Kau memang cerdik sekali, Cai-li!" The Kwat Lin memuji dan kedua orang wanita yang berkepandaian tinggi itu sambil tersenyum-senyum minum arak wangi yang berada di dalam cawan-cawan perak mereka.

Beberapa hari kemudian, sesuai dengan siasat mereka itu, datanglah rombongan tamu agung dari kota raja. Pangeran Tang Sin Ong! Inilah hasil pertama dari siasat The Kwat Lin menolong Yang Kui Hui.

Sebelum peristiwa itu, hubungannya dengan pangeran itu dilakukan secara sembunyi dan pertemuan rahasia yang diadakan hanya melalui kurir (utusan). Akan tetapi sekarang, setelah siasat di hutan itu sekaligus mengangkat nama Bu-tong-pai, Pangeran Tang Sin Ong berani datang secara berterang, bahkan sebelum berangkat pangeran itu menerima titipan bingkisan hadiah yang dikirim oleh Yang Kui Hui sendiri melalui pangeran itu.

Tentu saja keadaan di Bu-tong-san seperti dalam pesta. Semua anak buah Bu-tong-pai mengenakan pakaian baru dan rombongan tamu agung itu disambut dengan meriah seperti sambutan terhadap seorang pengantin.

Dengan penuh kehormatan para tamu agung dijamu di ruangan yang lebar dari Bu-tong-pai, dan pesta pora diadakan di ruangan yang biasanya dipergunakan untuk lian-bu-thia (ruang belajar silat). Sambutan resmi dilakukan dan pangeran menyerahkan bingkisan dari Yang Kui Hui dan menyerah kan pula bingkisan dari dirinya sendiri kepada ketua Bu-tong-pai.

Malam harinya, sebagai penghormatan khusus, Pangeran Tang Sin Ong seorang diri dijamu oleh The Kwat di ruangan dalam dan ketua ini ditemani oleh Kiam-mo Cai-li dan Bu Swi Nio! Dara ini setengah dipaksa oleh subonya untuk menemaninya menjamu pangeran itu dan biarpun di dalam hatinya Bu Swi Nio tidak setuju, namun dia tidak berani membantah. Pula, di dalam hatinya dia ingin sekali mendengar percakapan mereka yang tentu akan menyangkut pula keadaan kakaknya di kota raja.

Ketika pangeran ini dipersilakan duduk menghadapi meja yang sudah penuh hidangan, The Kwat Lin memperkenalkan Kiam-mo Cai-li Liok Si sebagai pemilik istana Rawa Bangkai, dan memperkenalkan muridnya pula Bu Swi Nio sebagai muridnya yang terkasih.

Pangeran itu memandang Kiam-mo Cai-li dan Bu Swi Nio, lalu tertawa gembira dan berkata, "Sungguh beruntung sekali Pangcu mendapatkan seorang pembantu seperti Liok Toanio ini yang saya yakin tentu memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dan muridmu ini... aahhh ...penerangan ini menjadi makin bercahaya, suasana menjadi makin gembira dan segar, hidangan menjadi bertambah lezat. Sungguh saya merasa berbahagia sekali bahwa Nona Bu suka menemani saya makan minum, untuk ini saya harus menghaturkan arak penghormatan sebanyak tiga cawan!"

Pangeran itu tentu saja tadinya sudah diberitahu oleh Kwat Lin bahwa ketua ini hendak menghadiahkan muridnya kepadanya. Maka begitu melihat Swi Nio yang masih amat muda dan cantik jelita itu, hati Sang Pangeran sudah jatuh dan gairahnya sudah bernyala-nyala. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0472 seconds (0.1#10.140)