Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 10 Bagian 5

Kamis, 10 Agustus 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Bukan main kagetnya hati Lu Sian. Tadinya ia sudah merasa girang karena berhasil lari pergi dari tempat pertempuran selagi dua orang kakek sakti itu berkutetan mencari menang. Tanpa disengaja, mereka lari sambil berpegang tangan. Agaknya Kam Si Ek masih belum pulih betul oleh bekas pukulan Hek-se-ciang, maka ia menurut saja digandeng dan ditarik oleh gadis itu.

"Celaka." Bisik Lu Sian, "Si Monyet Gundul mengejar kita..."

"Hemm, kita bersembunyi di balik batang pohon besar, biarkan ia lewat lalu tiba-tiba kita berdua menyerang dari kanan kiri, bukankah itu akan berhasil?" Kam Si Ek memberi usul. Siasat seperti ini adalah siasat perang, akan tetapi agaknya takkan berhasil banyak kalau dipergunakan sebagai siasat pertandingan perorangan. Dalam perang mungkin siasat ini dapat dipergunakan melawan musuh yang lebih banyak.

"Percuma, kepandaiannya beberapa kali lipat lebih tinggi daripada kita, akal itu takkan berhasil. Lebih baik bersembunyi, tapi jangan sampai dapat dicari."

Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari arah belakang, "Kam-goansewe, jangan takut aku menolongmu!"

Gemetar suara Lu Sian mendengar ini. "Wah, benar-benar celaka. Kusangka Ban-pi Lo-cia menang dan mengejar, kiranya kedua-duanya iblis tua itu yang mengejar kita."

"Hemm, mengapa takut? Kalau memang tidak ada jalan keluar, kita lawan mati-matian. Aku tidak takut mati!"

"Aku... aku juga tidak takut mati, akan tetapi aku masih ingin hidup, apalagi sekarang setelah bertemu denganmu." Kata-kata Lu Sian ini membikin Kam Si Ek terkejut dan tercengang. Selanjutnya ia menurut saja ketika Lu Sian menariknya ke arah kiri dimana terdapat sebuah danau kecil. Kini bulan mulai menerangi jagat dan tampaklah permukaan danau kilau kemilau, dan rumput alang-alang yang tumbuh di pinggir danau bergerak-gerak seperti menari-nari ketika tertiup angin malam.

"Lekas terjun, ini jalan satu-satunya!" Lu Sian menarik tangan Kam Si Ek dan mereka terjun ke dalam air danau yang gelap dan dingin. Kam Si Ek segera menggerakkan kaki tangan hendak berenang ke tengah, akan tetapi gadis itu menahannya.

"Tidak usah ke tengah, kita bersembunyi di sini saja."

"Di sini?"

"Ya, menyelam. Lihat, alang-alang ini dapat menyembunyikan kita." Lu Sian memilih batang alang-alang yang besar dan panjang, memotongnya dan memasukkan ujungnya ke mulut. "Kalau mereka lewat, kita menyelam, batang alang-alang ini membantu pernapasan kita."

Diam-diam Kam Si Ek kagum bukan main. Gadis ini cerdik luar biasa, pikirnya setelah ia mengerti apa yang dimaksudkan Lu Sian. Ia pun segera memotong sebatang alang-alang dan mereka menanti. Danau di bagian pinggir itu tidak dalam, air hanya sebatas dada mereka. Akan tetapi dinginnya bukan main!

Tidak lama mereka menanti. Dua bayangan yang cepat sekali gerakannya datang dari depan, lalu terdengar suara Ban-pi Lo-cia, "Kemana mereka pergi? Tak mungkin mereka lari jauh!"

"Hemm, kalu tidak bersembunyi di danau itu, kemana lagi?" kata pula Si Kakek Lumpuh, Kong Lo Sengjin.

Kagetlah hati dua orang muda itu dan cepat-cepat Lu Sian menarik tangan Kam Si Ek memberi isyarat supaya menyelam. Keduanya lalu menyelamkan kepala, berlutut ke dalam danau dan batang alang-alang itu mereka pergunakan untuk menghisap hawa dari permukaan air. Karena di situ memang banyak tumbuh alang-alang maka batang alang-alang dari mulut mereka itu tidak tampak dari luar.

Mereka tidak berani banyak bergerak, kuatir kalau-kalau air bergelombang dan menimbulkan kecurigaan. Dari dalam air mereka dapat melihat bayangan dua orang itu di pinggir danau. Agaknya dua orang kakek itu tetap menyangka mereka bersembunyi di danau maka sengaja mereka menanti.

Akan celakalah agaknya kalau tadi mereka tidak mempergunakan batang alang-alang untuk bernapas, karena kalau tadi mereka hanya menyelam biasa, tentu sekarang sudah tidak kuat menahan napas dan terpaksa muncul lagi. Dan sekali mereka muncul, berarti mereka pasti akan tertawan!

Saking girang dan kagum hati Kam Si Ek memikirkan ini, di dalam air ia memegang tangan Lu Sian dan menggenggamnya. Kagetlah ia karena tangan gadis itu menggigil kedinginan. Baru ia teringat bahwa di dalam air danau ini dingin luar biasa, maka tanpa ragu-ragu lagi Kam Si Ek lalu memeluk pundak gadis itu sambil merapatkan tubuhnya agar dengan jalan ini mereka berdua agak merasa hangat.

Ketika melihat dari dalam air bahwa kedua orang kakek itu berdiri agak menjauhi tempat mereka sembunyi, Lu Sian menempelkan telinganya ke permukaan air dengan gerakan hati-hati sekali. Daun telinganya timbul di permukaan air di antara alang-alang dan terdengarlah suara Ban-pi Lo-cia. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0449 seconds (0.1#10.140)