Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 15 Bagian 7

Jum'at, 24 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo : Bukek Siansu

"Nah, itu baru gagah dan bersemangat! Akan tetapi, tidak semudah itu membunuh seorang Pangeran apalagi dia sahabat baik Gurumu yang amat lihai. Jalan satu-satunya, marilah ikut aku, mengabdi kepada Jenderal An Lu Shan. Hanya itulah jalannya sehingga kelak engkau akan dapat membalas dendam."

"Kau... kau seorang perajurit bawahan Jenderal itu?"

Toan Ki menggelengkan kepalanya. "Bukan, aku bukan perajurit, aku orang luar yang telah menggabungkan diri dengan An-goanswe dan mendapatkan kepercayaannya untuk menyelidiki Bu-tong-pai. Aku disuruh menyelidiki rencaha apa yang diadakan oleh Pangeran Tang Sin Ong dan Bu-tong-pai. An-goanswe adalah seorang yang amat cerdik. Dia membiarkan pemberontakan lain agar kedudukan Kaisar makin lemah, namun dia harus tahu segala gerak-gerik musuh, baik gerak-gerik Kaisar mau pun pemberontak lain. Sekarang aku tahu bahwa rencana mereka adalah melemahkan Kaisar melalui Yang Kui Hui dan sekarang aku akan kembali dan melaporkan hasil penyelidikanku kepada An-goanswe. Kau ikutlah, akan kuperkenalkan dan engkau tentu akan diterima, karena engkau memiliki kepandaian yang lumayan di samping dendammu kepftda Tang Sin Ong."

"Aku... aku tidak suka menjadi pemberontak."

"Hemm, apakah kaukira aku pun suka menjadi pemberontak, Nona? Tidak aku membantu An Lu Shan bukan karena aku suka menjadi pemberontak, melainkan karena aku pun sakit hati terhadap pemerintah."

"Eh?" Swi Nio tertarik dan memandang wajah yang gagah itu. "Mengapa?"

"Hampir sama nasib kita, Nona, hanya bedanya jalannya saja. Ketahuilah, dahulu aku adalah seorang tokoh Hoa-San-pai yang tentu saja tidak mau memcampuri urusan politik dan pemberontakan, bahkah condong untuk setia kepada pemerintah. Akan tetapi pada suatu hari terjadilah hal yang amat hebat... yang merobah seluruh jalan hidupku...."

Swi Nio teringat akan nasibnya sendiri. Dia mendekat talu berkata, "Liem-twako, kauceritakanlah!"

Sejenak mereka berpandangan, lalu Toan Ki menceritakan riwayatnya secara singkat. Dia tinggal di kota Ma-kiu-bun, sebuah kota yang cukup ramai di tepi Sungai Huangho. Dia hidup tenang dan bahagia dengan isterinya yang baru dinikahinya selama tiga bulan. Dengan membuka toko obat dan mengajar ilmu silat, dia hidup lumayan.

Namun isterinya merasa kecewa setelah tiga bulan menikah, belum juga ada tanda-tanda mengandung, maka dia mengijinkan isterinya untuk bersembahyang ke kelenteng untuk minta berkah agar isterinya dapat memperoleh keturunan secepatnya.

"Akan tetapi mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditotak. Menjelang senja, setelah pergi sejak pagi barulah isterinya puleng dan turun dari joli dalam keadaan payah, mukanya pucat dan basah air mata.

Sambii menangis sesenggukan isterinya lari ke dalam rumah menjatuhkan diri berlutut di depan kakinya sambil menceritakan bahwa ketika tadi bersembahyang di kelenteng, kebetulan di kelenteng itu erdapat putera bangsawan Lui yang bermain catur dengan para hwesio. Melihat dia, putera bangsawan menyeretnya ke dalam kamar di kelenteng dan memperkosanya!

Setelah mengucapkan pengakuan yang hebat ini, isterinya lari ke dalam kamar sambil menangis sesenggukan. Hati Toan Ki terasa tidak enak. Tadi dia termangu-mangu seperti patung saking marah dan dukanya mendengar penuturan isterinya sehingga dia agak lalai membiarkan isterinya lari. Cepat dia mengejar dan melihat pintu kamar isterinya dipalang dari dalam, ia menendang pecah daun pintu! Dia berdiri pucat dan terbelalak. Apa yang dilihatnya?

"Isteriku telah rebah mandi darah di lantai! Pedangku ia pergunakan untuk membunuh diri menusuk dadanya hampir tembus!" Dia mengakhiri ceritanya sambil menutupkan kedua tangan di depan mukanya.

"Ohhh...!" Swi Nio menjadi pucat sekali dan dia menyentuh lengan Toan Ki dengan penuh perasaan terharu. "Putera bangsawan dan hwesio-hwesio keparat itu harus dihukum! Dan aku akan membantumu, Liem-twako!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0413 seconds (0.1#10.140)