Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 6

Rabu, 19 April 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Ouwyang Cin Cu memandang wanita itu sambil tersenyum. Mereka saling pandang dan sudah ada kecocokan di antara mereka. Kiam-mo Cai-li dapat melihat bahwa kakek itu, biarpun usianya sudah enam puluh tahun, namun masih tampan gagah dan matanya bersinar-sinar penuh nafsu berahi!

Sebaliknya Ouwyang Cin Cu juga dapat mengenal Kiam-mo Cai-li, seorang wanita yang biarpun usianya sudah setengah abad lebih, namun memiliki nafsu yang besar dan awet muda karena terlalu banyak mempermainkan dan menghisap hawa muda dari banyak perjaka! Dia tersenyum makin lebar dan berkata, "Bukankah Cai-li suka akan ilmu sulap? Kita berdua suka bicara dan bersikap terang-terangan, tanpa menutupi badan sama sekali, bukan?"

Kalau bukan Kiam-mo Cai-li yang terkena sihir itu, tentu dia akan menjerit saking kaget dan ngerinya. Betapa tidak akan ngeri kalau tiba-tiba dia melihat dia sendiri dan Ouwyang Cin Cu tidak berpakaian sama sekali, telanjang bulat sama sekali di tengah-tengah orang banyak itu!

Akan tetapi, ketika dia melirik dan melihat bahwa The Kwat Lin dan yang lain-lain tidak mengadakan perubahan apa-apa, tahulah dia bahwa yang melihat mereka telanjang bulat itu hanyalah mereka berdua! Diapun tersenyum dan menjelajahi tubuh telanjang kakek itu dengan pandang mata kagum, seperti yang dilakukan pula oleh Ouwyang Cin Cu kepadanya.

Pertapa cabul itu lalu diterima sebagai tamu terhormat, dijamu oleh The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li. Seperti dapat diduga lebih dulu, di antara Ouwyang Cin Cu dan Kiam-mo Cai-li segera terjadi hubungan gelap yang amat mesra. The Kwat Lin tahu akan hal ini dan diam-diam merasa geli, akan tetapi karena dia pun tahu akan kesukaan Kiam-mo Cai-li yang sering mengeram laki-laki muda di dalam kamarnya, dia pura-pura tidak tahu.

Persiapan lalu dibuat oleh kedua orang wanita itu untuk ikut Ouwyang Cin Cu mengunjungi An Lu Shan. Akan tetapi sebelum mereka berangkat, terjadilah peristiwa kedatangan Sin Liong dan Swat Hong yang dikabarkan oleh orang-orang kerdil kepada mereka.

Ketika mendengar dengan jelas dan tahu bahwa yang datang menyerbu adalah Kwa Sin Liong dan Han Swat Hong, muka The Kwat Lin menjadi pucat sekali. Dia tahu bahwa biarpun dia jarang bertemu tanding di daratan besar setelah dia lari dari Pulau Es, namun menghadapi kedua orang muda itu dia tidak boleh main-main, apalagi menghadapi Sin Liong yang dia tahu memiliki ilmu kepandaian hebat sekali dapat dikatakan mewarisi seluruh kepandaian bekas suaminya, Han Ti Ong!

"Aihh..., mereka datang...??" Tak terasa lagi keluar seruan dari mulutnya.

Kiam-mo Cai-li dan Ouwyang Cin Cu yang sedang duduk berhadapan di meja makan bersama The Kwat Lin, memandang dengan kaget dan juga heran. Baru sekarang Cai-li menyaksikan sahabatnya itu kelihatan takut!

"Siapakah mereka, Lin-moi?" Persahabatan antara The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li telah menjadi sedemikian eratnya sehingga mereka saling menyebut moi-moi dan cici.

"Mereka?" Kwat Lin menjawab dan mukanya masih pucat. "Mereka adalah penghuni Pulau Es. Kwa Sin Liong adalah murid utama dari Han Ti Ong, sedangkan Han Swat Hong adalah puterinya!"

"Ahhh...." Kiam-mo Cai-li dapat menduga bahwa tentu kedatangan mereka itu mempunyai niat yang tidak baik. "Habis, apa yang harus kita lakukan?"

"Kita harus siap menghadapi mereka, Mereka lihai sekali, terutama Sin Liong! Atur jebakan agar mereka terperosok, Kalau sampai mereka berhasil menerobos ke sini, berbahaya sekali!" kata Kwat Lin, masih tetap takut.

"Wah, Ibu. Mengapa bingung? Bukankah di sini terdapat Bibi Cai-li, juga ada Ouwyang-Totiang, dan Ibu sendiri di samping puluhan orang anak buah. Biarkan mereka datang dan kita hancurkan mereka!" Tiba-tiba Bu Ong berkata dengan gayanya yang jumawa. Mendengar ini, Ouwyang Cin Cu tertawa dan mengelus kepala pemuda tanggung itu.

"Engkau hebat sekali, Han-kongcu! Masih sekecil ini memiliki keberanian yang luar biasa. Benar puteramu, The-lihiap. Biarlah para orang kerdil menjebak mereka, kalau jebakan itu tidak berhasil, biarlah pinto yang menghadapi mereka. Li-hiap dan Cai-li boleh siap-siap saja menyambut mereka sebagai tawanan atau sebagai mayat."

Kiam-mo Cai-li segera mengatur sendiri orang-orang kerdil untuk. memancing dan menjebak Sin Liong dan Swat Hong, sedangkan Ouwyang Cin Cu mengintai dan membayangi gerakan dua orang muda itu. The Kwat Lin juga sudah siap-siap kalau kedua orang pembantu itu gagal.(Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0356 seconds (0.1#10.140)