Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 17 Bagian 3
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Berseri wajah delapan belas orang itu dan mereka segera menyatakan setuju. Tentu saja hati mereka girang bukan main. Tempat yang dijadikan markas rahasia oleh An Lu Shan merupakan tempat yang amat sulit dikunjungi, merupakan tempat yang berbahaya sekali dan kabarnya amat sukar memasuki daerah Telaga Utara itu. Kini, dengan bantuan kedua orang sakti ini, hati mereka menjadi besar karena bantuan mereka berdua akan mempermudah penyelesaian tugas mereka.
Berangkatlah delapan belas orang itu mengiringkan Liu Bwee dan Ouw Sian Kok menuju ke Telaga Utara yang terletak di dekat tembok besar di utara dan tempat ini merupakan tempat rahasia dari An Lu Shan di maha An Lu Shan mengumpulkan orang-orang gagah untuk membantunya.
Di sepanjang jalan, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok mendengar banyak penuturan delapan belas pendekar Bu-tong-pai itu tentang orang-orang kang-ouw dan tentang pemberontakan An Lu Shan yang mengancam keamanan hidup rakyat jelata. Melihat semangat kepahlawanan delapan belas orang ini, tergeraklah hati Liu Bwee mengingat bahwa dia adalah permaisun Han Ti Ong dan suaminya juga berdarah keluarga Kaisar di daratan besar, maka dia pun mulai bersemangat untuk membantu mereka menghadapi An Lu Shan.
***
Telaga Utara merupakan telaga yang kecil saja, bergaris tengah paling banyak dua li dan tengahnya terdapat sebuah pulau yang dihubungkan dengan pinggir telaga dengan jembatan buatan. Di atas pulau inilah berdiri sebuah gedung besar yang menjadi tempat pertemuan bagi An Lu Shan dan para pembantunya, jika dia hendak mengadakan perundingan dengan para tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi untuk membagi-bagi tugas kerja.
Biarpun telaga itu tidak berapa besar, namun letaknya di antara puncak-puncak gunung sehingga amat sukar di kunjungi orang, apalagi puncak di mana telaga itu berada, merupakan puncak yang dikelilingi jurang-jurang amat curam sehingga bagi orang luar yang tidak mengenal jalan, merupakan suatu ketidak mungkinan untuk datang ke telaga itu.
Berbeda dengan dalam pertemuan-pertemuan resmi, jika mengunjungi telaga ini, An Lu Shan berpakaian seperti rakyat biasa dan tidaklah dikawal oleh pasukan pengawal melainkan oleh belasan orang pengawal yang berpakaian preman pula sehingga kelihatannya seperti sedang berpesiar.
Akan tetapi, setiap orang dari para pengawal ini merupakan pengawal-pengawal pilihan yang berilmu tinggi, dan para orang kang-ouw yang mengadakan pertemuan di Telaga Utara itu rata-rata adalah orang-orang lihai, baik dari golongan sesat maupun dari golongan bersih yang membantu An Lu Shan dengan pamrih masing-masing.
Sebagian besar yang datang dari golongan bersih adalah orang-orang kang-ouw yang menaruh dendam kepada kerajaan, dan ada pula yang menganggap bahwa pemberontakan An Lu Shan adalah benar karena menentang raja lalim yang hanya tahu persenang-senang dengan selir Yang Kui Hui saja tanpa menghiraukan kesengsaraan rakyat sehingga mereka menganggap pemberontakan itu sebagai perjuangan para patriot yang membela bangsa, kebenaran dan keadilan.
Tentu saja yang datang dari golongan sesat lain lagi pamrih atau dasar tindakan mereka yang membantu An Lu Shan. Ada yang ingin memperoleh keuntungan harta benda, ada yang menginginkan kedudukan dan kemuliaan.
An Lu Shan, biarpun kelihatannya kasar, namun selain merupakan seorang jenderal yang ahli dalam ilmu perang, juga merupakan seorang yang amat cerdik. Tentu saja dia pun tahu akan dasar dan pamrih yang terkandung di hati para orang pandai yang membantunya, namun dia pura-pura tidak tahu karena pada waktu itu dia amat membutuhkan tenaga mereka.
Tentu saja dia pun sudah bersiap-siap untuk menghadapi semua pamrih mereka itu dan siapa pun yang merasa dapat mengelabuhi An Lu Shan akan kecelik sekali!
Biarpun dia merasa aman kalau berada di Telaga Utara, akan tetapi kesukaran mencapai puncak ini bukan merupakan hal yang membuat An Lu Shan menjadi lengah. Diam-diam, secara sembunyi, dia menaruh mata-mata dan penjaga yang melakukan penjagaan di sekitar pegunungan itu secara sembunyi untuk mengikuti setiap gerak-gerik orang yang menuju ke Telaga Utara, juga membayangi gerak-gerik para tokoh kang-ouw yang katanya menjadi pembantu An Lu Shan. Apalagi kalau dia sendiri sedang berada di gedung di telaga itu, penjagaan secara sembunyi dilakukan dengan ketat sekali. (Bersambung)
Berseri wajah delapan belas orang itu dan mereka segera menyatakan setuju. Tentu saja hati mereka girang bukan main. Tempat yang dijadikan markas rahasia oleh An Lu Shan merupakan tempat yang amat sulit dikunjungi, merupakan tempat yang berbahaya sekali dan kabarnya amat sukar memasuki daerah Telaga Utara itu. Kini, dengan bantuan kedua orang sakti ini, hati mereka menjadi besar karena bantuan mereka berdua akan mempermudah penyelesaian tugas mereka.
Berangkatlah delapan belas orang itu mengiringkan Liu Bwee dan Ouw Sian Kok menuju ke Telaga Utara yang terletak di dekat tembok besar di utara dan tempat ini merupakan tempat rahasia dari An Lu Shan di maha An Lu Shan mengumpulkan orang-orang gagah untuk membantunya.
Di sepanjang jalan, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok mendengar banyak penuturan delapan belas pendekar Bu-tong-pai itu tentang orang-orang kang-ouw dan tentang pemberontakan An Lu Shan yang mengancam keamanan hidup rakyat jelata. Melihat semangat kepahlawanan delapan belas orang ini, tergeraklah hati Liu Bwee mengingat bahwa dia adalah permaisun Han Ti Ong dan suaminya juga berdarah keluarga Kaisar di daratan besar, maka dia pun mulai bersemangat untuk membantu mereka menghadapi An Lu Shan.
***
Telaga Utara merupakan telaga yang kecil saja, bergaris tengah paling banyak dua li dan tengahnya terdapat sebuah pulau yang dihubungkan dengan pinggir telaga dengan jembatan buatan. Di atas pulau inilah berdiri sebuah gedung besar yang menjadi tempat pertemuan bagi An Lu Shan dan para pembantunya, jika dia hendak mengadakan perundingan dengan para tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi untuk membagi-bagi tugas kerja.
Biarpun telaga itu tidak berapa besar, namun letaknya di antara puncak-puncak gunung sehingga amat sukar di kunjungi orang, apalagi puncak di mana telaga itu berada, merupakan puncak yang dikelilingi jurang-jurang amat curam sehingga bagi orang luar yang tidak mengenal jalan, merupakan suatu ketidak mungkinan untuk datang ke telaga itu.
Berbeda dengan dalam pertemuan-pertemuan resmi, jika mengunjungi telaga ini, An Lu Shan berpakaian seperti rakyat biasa dan tidaklah dikawal oleh pasukan pengawal melainkan oleh belasan orang pengawal yang berpakaian preman pula sehingga kelihatannya seperti sedang berpesiar.
Akan tetapi, setiap orang dari para pengawal ini merupakan pengawal-pengawal pilihan yang berilmu tinggi, dan para orang kang-ouw yang mengadakan pertemuan di Telaga Utara itu rata-rata adalah orang-orang lihai, baik dari golongan sesat maupun dari golongan bersih yang membantu An Lu Shan dengan pamrih masing-masing.
Sebagian besar yang datang dari golongan bersih adalah orang-orang kang-ouw yang menaruh dendam kepada kerajaan, dan ada pula yang menganggap bahwa pemberontakan An Lu Shan adalah benar karena menentang raja lalim yang hanya tahu persenang-senang dengan selir Yang Kui Hui saja tanpa menghiraukan kesengsaraan rakyat sehingga mereka menganggap pemberontakan itu sebagai perjuangan para patriot yang membela bangsa, kebenaran dan keadilan.
Tentu saja yang datang dari golongan sesat lain lagi pamrih atau dasar tindakan mereka yang membantu An Lu Shan. Ada yang ingin memperoleh keuntungan harta benda, ada yang menginginkan kedudukan dan kemuliaan.
An Lu Shan, biarpun kelihatannya kasar, namun selain merupakan seorang jenderal yang ahli dalam ilmu perang, juga merupakan seorang yang amat cerdik. Tentu saja dia pun tahu akan dasar dan pamrih yang terkandung di hati para orang pandai yang membantunya, namun dia pura-pura tidak tahu karena pada waktu itu dia amat membutuhkan tenaga mereka.
Tentu saja dia pun sudah bersiap-siap untuk menghadapi semua pamrih mereka itu dan siapa pun yang merasa dapat mengelabuhi An Lu Shan akan kecelik sekali!
Biarpun dia merasa aman kalau berada di Telaga Utara, akan tetapi kesukaran mencapai puncak ini bukan merupakan hal yang membuat An Lu Shan menjadi lengah. Diam-diam, secara sembunyi, dia menaruh mata-mata dan penjaga yang melakukan penjagaan di sekitar pegunungan itu secara sembunyi untuk mengikuti setiap gerak-gerik orang yang menuju ke Telaga Utara, juga membayangi gerak-gerik para tokoh kang-ouw yang katanya menjadi pembantu An Lu Shan. Apalagi kalau dia sendiri sedang berada di gedung di telaga itu, penjagaan secara sembunyi dilakukan dengan ketat sekali. (Bersambung)
(dwi)