Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 20 Bagian 12
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Tidak seorang pun di antara para bangsawan itu tahu betapa di luar terjadi hal yang luar biasa. Seorang laki-laki muda dan seorang gadis cantik menyelinap di antara penduduk setempat, mendekati tempat mengaso para pasukan pengawal dan dua orang muda ini berbisik-bisik dengan para pasukan.
Mereka ini bukan lain adalah Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki! Seperti telah kita ketahui, Liem Toan Ki, jago muda dari Hoa-san-pai itu adalah mata-mata, An Lu Shan dan Bu Swi Nio, murid The Kwat Lin, akhirnya juga menjadi pembantu An Lu Shan karena terbawa oleh Liem Toan Ki yang menjadi tunangannya itu. Kini, selagi memata-matai keadaan Kaisar yang melarikan diri, Bu Swi Nio teringat akan kematian kakaknya, maka diambil nya keputusan untuk membalas dendam kepada Yang Kui Hui yang menyebabkan kematian kakaknya, Bu Swi Liang. Setelah berunding dengan kekasihnya, mereka berdua lalu menyelinap di antara penduduk, mengadakan kontak dengan para komandan pasukan pengawal, mulai menghasut mereka itu.
"Lihat, kita bersusah payah, setengah mati kelelahan dan kelaparan menjaga keselamatan Kaisar, beliau sendiri bahkan bersenang-senang dan tidak mempedulikan kita, mabok dalam rayuan Yang Kui Hui setan kuntilanak itu!" Bu Swi Nio antara lain menghasut.
"Lihat kakaknya yang menjadi perdana menteri itu. Diam-diam mengadakan perundingan dengan orang-orang, Tibet. Dialah bersama adiknya ular cantik itu yang menjadi pengkhianat dan menjual negara. Coba ingat, bukankah An Lu Shan diambil anak oleh Yang Kui Hui? Padahal diam-diam menjadi kekasihnya! Negara telah dijual oleh Yang Kui Hui, diberikan kepada kekasihnya, An Lu Shan. Dan sekarang agaknya Yang Kok Tiong hendak menjual keselamatan Kaisar kepada orang-orang Tibet! Aduhhh, sungguh membuat orang hampir mati penasaran. Kaisar dipermainkan seperti itu, namun tinggal diam karena mabok oleh kecantikan Yang Kui Hui iblis betina yang keji itu!" demikian Liem Toan Ki menambah minyak dalam api yang mulai dikobarkan oleh Swi Nio.
Memang para anggauta pasukan sudah gelisah dan kehilangan ketenangan. Mereka merasa sengsara dan nasib mereka masih belum dapat ditentukan bagaimana. Mungkin saja mereka semua akan mati konyol jika sampai dapat disusul oleh pasukan-pasukan pemberontak. Mendengar hasutan-hasutan itu, mereka menjadi makin gelisah dan akhirnya terdengarlah teriakan-teriakan yang diam-diam didahului oleh Swi Nio dan Toan Ki.
"Gantung pengkhianat!"
"Bunuh penjual negara!"
"Seret Yang Kok Tiong!"
"Yang Kok Tiong pengkhianat, harus dihukum mati!" .
"Sebelum penjual negara itu mampus, kami tidak mau pergi!"
Teriakan-teriakan ini makin hebat dan kini seluruh pasukan sudah bangkit, mengacung-acungkan kepalan dan senjata ke arah bangunan-bangunan di mana rombongan bangsawan itu berada.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Kaisar ketika mendengar teriakan-teriakan itu. Juga yang lain-lain menjadi kaget setengah mati, terutama Yang Kok Tiong sendiri. Dia sedang berunding dengan orang-orang Tibet, ketika tiba tiba Kaisar bersama pengawal-pengawal pribadi memasuki tempat itu. Kaisar kelihatan marah.
"Siapa mereka ini??" bentaknya sambil menuding ke arah tujuh orang Tibet yang berada di situ.
"Hamba... hamba sedang berunding... minta pertolongan Pemerintah Tibet," jawab Yang Kok Tiong.
"Tangkap orang-orang Tibet itu! Siapa tahu mereka adalah mata-mata perampok!"
Perintah Kaisar ini diturut oleh para pengawal dan ditangkaplah tujuh orang Tibet itu yang tidak berani melakukan perlawanan. Sementara itu, teriakan-teriakan di luar menuntut kematian Yang Kok Tiong makin menghebat. Berbondong-bondong datanglah para pembantu Kaisar, berkumpul di tempat Yang Kok Tiong yang duduk dengan muka pucat mendengar tuntutan para pasukan di luar.
Di depan mata semua orang, tanpa malu-malu Yang Kui Hui menubruk dan merangkul leher Kaisar sambil menangis.
"Sudilah Paduka menolong Kakakku... harap Paduka menyelamatkan Kakakku...." Selir itu menangis.
Didekap dan ditangisi selirnya yang tercinta, Kaisar yang tua itu segera menghardik kepada kepala pengawal pribadinya, "Tangkap si pembuat ribut itu!"
Komandan pengawal itu berdiri tegak dan menjawab, "Ampun, Sri Baginda. Akan tetapi yang ribut adalah seluruh pasukan pengawal!"
"Junjungan hamba... tolonglah Kakakku... selamatkan dia...!" Yang Kui Hui menangis.
Yang Kok Tiong juga menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Kaisar. "Hamba hanya dapat mengharapkan kebijaksanaan Paduka dan menaruh nyawa hamba di dalam telapak tangan Paduka...!"
"Seret Yang Kok Tiong si pengkhianat keluar!" terdengar teriakan dari luar.
"Keluarkan jahanam itu, kalau tidak kami menyerbu ke dalam!" Suara ini diikuti suara pintu digedor-gedor dari luar.
"Tangkap dia...!!" Kaisar memerintah dan menudingkan telunjuknya keluar. (Bersambung)
Tidak seorang pun di antara para bangsawan itu tahu betapa di luar terjadi hal yang luar biasa. Seorang laki-laki muda dan seorang gadis cantik menyelinap di antara penduduk setempat, mendekati tempat mengaso para pasukan pengawal dan dua orang muda ini berbisik-bisik dengan para pasukan.
Mereka ini bukan lain adalah Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki! Seperti telah kita ketahui, Liem Toan Ki, jago muda dari Hoa-san-pai itu adalah mata-mata, An Lu Shan dan Bu Swi Nio, murid The Kwat Lin, akhirnya juga menjadi pembantu An Lu Shan karena terbawa oleh Liem Toan Ki yang menjadi tunangannya itu. Kini, selagi memata-matai keadaan Kaisar yang melarikan diri, Bu Swi Nio teringat akan kematian kakaknya, maka diambil nya keputusan untuk membalas dendam kepada Yang Kui Hui yang menyebabkan kematian kakaknya, Bu Swi Liang. Setelah berunding dengan kekasihnya, mereka berdua lalu menyelinap di antara penduduk, mengadakan kontak dengan para komandan pasukan pengawal, mulai menghasut mereka itu.
"Lihat, kita bersusah payah, setengah mati kelelahan dan kelaparan menjaga keselamatan Kaisar, beliau sendiri bahkan bersenang-senang dan tidak mempedulikan kita, mabok dalam rayuan Yang Kui Hui setan kuntilanak itu!" Bu Swi Nio antara lain menghasut.
"Lihat kakaknya yang menjadi perdana menteri itu. Diam-diam mengadakan perundingan dengan orang-orang, Tibet. Dialah bersama adiknya ular cantik itu yang menjadi pengkhianat dan menjual negara. Coba ingat, bukankah An Lu Shan diambil anak oleh Yang Kui Hui? Padahal diam-diam menjadi kekasihnya! Negara telah dijual oleh Yang Kui Hui, diberikan kepada kekasihnya, An Lu Shan. Dan sekarang agaknya Yang Kok Tiong hendak menjual keselamatan Kaisar kepada orang-orang Tibet! Aduhhh, sungguh membuat orang hampir mati penasaran. Kaisar dipermainkan seperti itu, namun tinggal diam karena mabok oleh kecantikan Yang Kui Hui iblis betina yang keji itu!" demikian Liem Toan Ki menambah minyak dalam api yang mulai dikobarkan oleh Swi Nio.
Memang para anggauta pasukan sudah gelisah dan kehilangan ketenangan. Mereka merasa sengsara dan nasib mereka masih belum dapat ditentukan bagaimana. Mungkin saja mereka semua akan mati konyol jika sampai dapat disusul oleh pasukan-pasukan pemberontak. Mendengar hasutan-hasutan itu, mereka menjadi makin gelisah dan akhirnya terdengarlah teriakan-teriakan yang diam-diam didahului oleh Swi Nio dan Toan Ki.
"Gantung pengkhianat!"
"Bunuh penjual negara!"
"Seret Yang Kok Tiong!"
"Yang Kok Tiong pengkhianat, harus dihukum mati!" .
"Sebelum penjual negara itu mampus, kami tidak mau pergi!"
Teriakan-teriakan ini makin hebat dan kini seluruh pasukan sudah bangkit, mengacung-acungkan kepalan dan senjata ke arah bangunan-bangunan di mana rombongan bangsawan itu berada.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Kaisar ketika mendengar teriakan-teriakan itu. Juga yang lain-lain menjadi kaget setengah mati, terutama Yang Kok Tiong sendiri. Dia sedang berunding dengan orang-orang Tibet, ketika tiba tiba Kaisar bersama pengawal-pengawal pribadi memasuki tempat itu. Kaisar kelihatan marah.
"Siapa mereka ini??" bentaknya sambil menuding ke arah tujuh orang Tibet yang berada di situ.
"Hamba... hamba sedang berunding... minta pertolongan Pemerintah Tibet," jawab Yang Kok Tiong.
"Tangkap orang-orang Tibet itu! Siapa tahu mereka adalah mata-mata perampok!"
Perintah Kaisar ini diturut oleh para pengawal dan ditangkaplah tujuh orang Tibet itu yang tidak berani melakukan perlawanan. Sementara itu, teriakan-teriakan di luar menuntut kematian Yang Kok Tiong makin menghebat. Berbondong-bondong datanglah para pembantu Kaisar, berkumpul di tempat Yang Kok Tiong yang duduk dengan muka pucat mendengar tuntutan para pasukan di luar.
Di depan mata semua orang, tanpa malu-malu Yang Kui Hui menubruk dan merangkul leher Kaisar sambil menangis.
"Sudilah Paduka menolong Kakakku... harap Paduka menyelamatkan Kakakku...." Selir itu menangis.
Didekap dan ditangisi selirnya yang tercinta, Kaisar yang tua itu segera menghardik kepada kepala pengawal pribadinya, "Tangkap si pembuat ribut itu!"
Komandan pengawal itu berdiri tegak dan menjawab, "Ampun, Sri Baginda. Akan tetapi yang ribut adalah seluruh pasukan pengawal!"
"Junjungan hamba... tolonglah Kakakku... selamatkan dia...!" Yang Kui Hui menangis.
Yang Kok Tiong juga menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Kaisar. "Hamba hanya dapat mengharapkan kebijaksanaan Paduka dan menaruh nyawa hamba di dalam telapak tangan Paduka...!"
"Seret Yang Kok Tiong si pengkhianat keluar!" terdengar teriakan dari luar.
"Keluarkan jahanam itu, kalau tidak kami menyerbu ke dalam!" Suara ini diikuti suara pintu digedor-gedor dari luar.
"Tangkap dia...!!" Kaisar memerintah dan menudingkan telunjuknya keluar. (Bersambung)
(dwi)