Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 17 bagian 4

Rabu, 05 April 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Demikianlah, ketika delapan belas orang pendekar Bu-tong bersama Liu Bwee dan Ouw Sian Kok pada pagi hari itu tiba di pegunungan ini, gerak-gerik mereka telah diamat-amati para penjaga rahasia itu dari jauh dan bahkan sudah ada penjaga yang cepat lari ke telaga untuk memberi laporan.

An Lu Shan yang mendengar bahwa ada dua puluh orang yang gerak-geriknya lincah dan merupakan orang-orang asing menuju ke telaga, memberi perintah kepada komandan pengawal agar membayangi saja dua puluh orang itu.

"Hendak kulihat bagaimana mereka akan dapat mengunjungi telaga tanpa mengetahui jalan rahasia kita," katanya.

"Dan biarkan mereka kalau bisa memasuki telaga, setelah mereka masuk, potong jalannya agar mereka tidak dapat keluar pula." Demikian perintahnya.

Dia sama sekati tidak merasa gentar karena barisan terpendam yang melindungi berjumlah tidak kurang dari seratus orang. sedangkan lima belas orang pengawal pilihan selalu mendampinginya, belum lagi dua putuh lebih orang kang-ouw yang menjadi sekutunya dan yang tentu akan siap membantunya jika ada bahaya mengancam. Apa artinya dua puluh orang itu?

Akan tetapi dia tidak mau memerintahkan membasmi mereka karena dia harus tahu lebih dulu siapa mereka dan apa kehendak mereka mengunjungi Telaga Utara.

"Bagaimana mungkin menuju ke dataran di depan itu kalau dikelilingi jurang selebar dan securam ini?" Liu Bwee bertanya dengan penuh keraguan ketika mereka semua berdiri didepan jurang yang ternganga lebar di depan mereka. Jurang itu lebarnya kurang lebih dua puluh lima meter dan curam sehingga melompati jurang ini mendatangkan ancaman bahaya maut yang mengerikan. Tanpa bersayap, mana mungkin orang melompatinya begitu saja?

Ouw Sian Kok mengerutkan alisnya. "Apakah semua keliling gunung ini di halangi jurang seperti ini?"

Song Kiat orang tertua dari Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong, mengangguk. "Kami sudah menyelidiki tempat ini dengan seksama dan memang telaga di gunung itu dikelilingi oleh jurang-jurang. Bagian yang paling sempit hanya bagian ini, maka kita harus menyeberang melalui tempat ini."

"Hemm, bagaimana caranya kalian hendak menyeberang?" tanya Ouw Sian Kok penuh keraguan. Dia sendiri yang memiliki kepandaian jauh melampaui mereka, merasa ragu-ragu untuk mempertaruhkan nyawa meloncati jurang selebar ini.

"Rintangan ini telah kami pelajari dan perhitungkan masak-masak sebelum kami berangkat ke sini, Taihiap. Harap jangan khawatir karena kami telah memperoleh akal untuk menyeberang. Kalau kita turun ke jurang kemudian merayap naik, amat sukar dan lebih berbahaya, maka jalan satu-satunya adalah membuat jembatan manusia dari sini ke seberang jurang."

"Jembatan manusia? Apa maksudmu dan bagaimana caranya?" tanya Liu Bwee.

"Harap Lihiap jangan khawatir karena kami sudah melatih diri dan berhasil baik. Kalau jembatan sudah terbentuk, harap Taihiap dan Lihiap suka menyeberang lebih dulu dan melindungi kami di seberang sana."

"Baik, lekas kerjakan sebelum tampak ada penjaga di seberang!" kata Ouw Sian Kok.

Dengan hati kagum Liu Bwee dan Ouw Sian Kok menyaksikan betapa delapan belas orang pendekar itu beraksi. Seorang di antara mereka, yang bertubuh tinggi besar dan jelas membayangkan tenaga yang hebat, berdiri di tepi jurang, memasang kuda-kuda dan mengerahkan Tenaga Sakti Ban-kin-liat sehingga kedua kakinya seolah-olah berakar di dalam tanah yang diinjaknya.

Di dalam latihannya, apalagi orang berkaki kuat ini sudah memasang kuda-kuda seperti itu, enam ekor kuda pun tidak akan mampu menarik kedua kakinya terlepas dari tanah! Dia berdiri memasang kuda-kudanya di belakang sebongkah batu yang menonjoi sedikit dari dalam tanah, baru yang merupakan batu raksasa tertanam di tepi jurang itu.

Kemudian, seorang saudaranya melompat dan berdiri di atas pundaknya. Disusul pula oleh loncatan orang ke tiga dan ke empat sehingga mereka berdiri tersusun, masing-masing berdiri di pundak saudaranya dengan tegak dan sedikit pun tidak bergoyang seolah-olah merupakan sebatang pohon yang kokoh! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0535 seconds (0.1#10.140)