Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 21 Bagian 13
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Tampak tiga bayangan berkelebat ketika Soan Cu, Swat Hong, dan Kwee Lun menyerbu ke dalam istana itu. Ketika mereka tiba di dalam, ternyata Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah dikepung ketat dan kini pertempuran telah berpindah ke ruang luar yang lebih lega. Agaknya, agar dapat melakukan perlawanan dengan leluasa dan mendapat kesempatan untuk meloloskan diri, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah pindah keluar dari ruangan dalam yang sempit, dan kini dengan saling membelakangi, kedua orang ini mengamuk dengan hebat, dikepung ketat oleh para pengawal istana, sedangkan The Kwat Lin dan Ouwyang Cin Cu menonton di pinggir.
Ketika Swat Hong dan dua orang kawannya masuk, mereka melihat Kwat Lin berlan pergi ke dalam istananya. Swat Hong maklum bahwa wanita itu tentulah hendak memeriksa simpanan pusakanya, maka dia lalu menyentuh tangan Soan Cu yang sedang bengong memandang kepada laki-laki setengah tua yang mengamuk dengan gagahnya itu, dengan mata merah hampir menangis, Soan Cu sadar dan menengok.
"Kita kejar dia! Dialah yang paling jahat dan berbahaya!"
Soan Cu mengangguk dan kedua orang gadis itu berkelebat pergi mengejar Kwat Lin. Kwee Lun sendiri lalu berteriak keras dan meloncat ke depan, menyerbu para pengeroyok. Sepak terjang pemuda tinggi besar ini memang hebat, tenaganya yang amat kuat itu membuat dia sekali turun tangan merobohkan empat orang pengeroyok. Tentu saja kepungan menjadi buyar dan kacau. Dan ketika mereka membalik untuk mengeroyok Kwee Lun, pemuda yang lihai ini lalu merobah tenaga dahsyat tadi dengan pukulan-pukulan Bian-sin-kun, pukulan kapas yang kelihatannya lemah dan lunak namun setiap kali menyentuh tubuh para pengeroyok tentu membuat dia terguling.
"Jiwi-locianpwe, saya adalah Kwee Lun, sahabat baik dari Nona Swat Hong dan Nona Soan Cu! Mereka sedang mengejar Si Iblis Betina!" teriak Kwee Lun dengan suara nyaring.
Liu Bwe dan Ouw Sian Kok terkejut dan girang sekali, terutama Ouw Sian Kok yang mendengar bahwa puterinya juga datang! Akan tetapi, malang baginya. Karena dia terlampau girang hendak melihat wajah puterinya, dia menoleh ke sana ke mari mencari-cari.
"Ouw-toako, awas...!!" Tiba-tiba Liu Bwee berteriak dan wanita ini berusaha untuk menangkis sinar biru dari pedang Ouwyang Cin Cu.
"Tranggg... aih...!" Liu Bwee terlempar dan bergulingan untuk menyelamatkan diri, sedangkan Ouw Sian Kok terjungkal karena tamparan tangan kiri Ouwyang Cin Cu mengenai punggungnya.
"Plakk! Aughhhh...!" Ouw Sun Kok muntahkan darah segar dari mulutnya.
"Curang...!!" Kwee Lun membentak dan kipas di tangan kiri serta pedang di tangan kanannya menyambar ganas. Namun, dia terialu lunak bagi Ouwyang Cin Cu dan sekali tangkis kipas itu robek dan pedangnya hampir terpental.
"Haiiiittt...!!" Ouw Sian Kok yang marah sekali menerjang maju dengan tangan terbuka. Melihat serangan ganas ini, Ouwyang Cin Cu terkejut dan cepat dia meloncat mundur. Sebelum dia didesak oleh tiga orang lawan itu, para pengawal sudah mengepung lagi dan kini mereka bertiga dikeroyok dan dihujani senjata oleh puluhan orang pengawal.
"Twako... kau... kau terluka...?" Sambil mengamuk dengan pedangnya, Liu Bwee bertanya.
"Tidak apa... mati pun aku rela... pusaka telah diselamatkan...." kata Ouw Sian Kok. "Tapi... tapi anakku...." Dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena harus menghadapi pengeroyokan banyak pengawal.
Sementara itu di dalam istana juga terjadi pertempuran yang mati-matian dan hebat sekali. The Kwat Lin yang melihat datangnya bala bantuan yang di pimpin sendiri oleh Ouwyang Cin Cu, setelah melihat bahwa dua orang pengacau itu terkepung ketat, lalu teringat akan pusaka yang tadi dibawa Swat Hong. Dia teringat pula akan puternya yang sudah tidur di kamarnya, maka cepat dia meninggalkan tempat pertempuran untuk memeriksa pusaka dan puteranya.
Dilihatnya Bu Ong masih tidur nyenyak dan terjaga, maka dia cepat lari ke dalam kamarnya sendiri. Seperti telah diduganya, para penjaga sebanyak lima orang yang berada di kamarnya tewas semua dan keadaan kamarnya rusak dan kacau. Sekali saja melihat ke arah peti hitam yang terbuka di depan tempat tidurnya, tahulah dia bahwa semua pusaka telah dirampas oleh Swat Hong, seperti yang dikhawatirkannya.
"Mencari apa, wanita iblis? Pusaka Pulau Es telah aman!"
The Kwat Lin melihat Swat Hong telah berdiri di ambang pintu bersama seorang gadis lain yang tak dikenalnya. Kemarahan seperti api membakar dadanya melihat dara ini. Sambil mengeluarkan jerit melengking nyaring, dia lalu menerjang dan menggerakan pedang merahnya.
"Cring-trang...!!" Pedang Swat Hong disusul pedang Coat-kut-kiam di tangan Soan Cu menangkis dan kedua orang dara itu meloncat ke belakang, ke tempat yang lebih lega. Dengan kemarahan meluap-luap The Kwat Lin meloncat ke luar dan melanjutkan serangannya. Akan tetapi, setelah bergerak belasan jurus wanita ini terkejut dan merasa menyesal mengapa dia menuruti kemarahan hatinya. (Bersambung)
Tampak tiga bayangan berkelebat ketika Soan Cu, Swat Hong, dan Kwee Lun menyerbu ke dalam istana itu. Ketika mereka tiba di dalam, ternyata Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah dikepung ketat dan kini pertempuran telah berpindah ke ruang luar yang lebih lega. Agaknya, agar dapat melakukan perlawanan dengan leluasa dan mendapat kesempatan untuk meloloskan diri, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah pindah keluar dari ruangan dalam yang sempit, dan kini dengan saling membelakangi, kedua orang ini mengamuk dengan hebat, dikepung ketat oleh para pengawal istana, sedangkan The Kwat Lin dan Ouwyang Cin Cu menonton di pinggir.
Ketika Swat Hong dan dua orang kawannya masuk, mereka melihat Kwat Lin berlan pergi ke dalam istananya. Swat Hong maklum bahwa wanita itu tentulah hendak memeriksa simpanan pusakanya, maka dia lalu menyentuh tangan Soan Cu yang sedang bengong memandang kepada laki-laki setengah tua yang mengamuk dengan gagahnya itu, dengan mata merah hampir menangis, Soan Cu sadar dan menengok.
"Kita kejar dia! Dialah yang paling jahat dan berbahaya!"
Soan Cu mengangguk dan kedua orang gadis itu berkelebat pergi mengejar Kwat Lin. Kwee Lun sendiri lalu berteriak keras dan meloncat ke depan, menyerbu para pengeroyok. Sepak terjang pemuda tinggi besar ini memang hebat, tenaganya yang amat kuat itu membuat dia sekali turun tangan merobohkan empat orang pengeroyok. Tentu saja kepungan menjadi buyar dan kacau. Dan ketika mereka membalik untuk mengeroyok Kwee Lun, pemuda yang lihai ini lalu merobah tenaga dahsyat tadi dengan pukulan-pukulan Bian-sin-kun, pukulan kapas yang kelihatannya lemah dan lunak namun setiap kali menyentuh tubuh para pengeroyok tentu membuat dia terguling.
"Jiwi-locianpwe, saya adalah Kwee Lun, sahabat baik dari Nona Swat Hong dan Nona Soan Cu! Mereka sedang mengejar Si Iblis Betina!" teriak Kwee Lun dengan suara nyaring.
Liu Bwe dan Ouw Sian Kok terkejut dan girang sekali, terutama Ouw Sian Kok yang mendengar bahwa puterinya juga datang! Akan tetapi, malang baginya. Karena dia terlampau girang hendak melihat wajah puterinya, dia menoleh ke sana ke mari mencari-cari.
"Ouw-toako, awas...!!" Tiba-tiba Liu Bwee berteriak dan wanita ini berusaha untuk menangkis sinar biru dari pedang Ouwyang Cin Cu.
"Tranggg... aih...!" Liu Bwee terlempar dan bergulingan untuk menyelamatkan diri, sedangkan Ouw Sian Kok terjungkal karena tamparan tangan kiri Ouwyang Cin Cu mengenai punggungnya.
"Plakk! Aughhhh...!" Ouw Sun Kok muntahkan darah segar dari mulutnya.
"Curang...!!" Kwee Lun membentak dan kipas di tangan kiri serta pedang di tangan kanannya menyambar ganas. Namun, dia terialu lunak bagi Ouwyang Cin Cu dan sekali tangkis kipas itu robek dan pedangnya hampir terpental.
"Haiiiittt...!!" Ouw Sian Kok yang marah sekali menerjang maju dengan tangan terbuka. Melihat serangan ganas ini, Ouwyang Cin Cu terkejut dan cepat dia meloncat mundur. Sebelum dia didesak oleh tiga orang lawan itu, para pengawal sudah mengepung lagi dan kini mereka bertiga dikeroyok dan dihujani senjata oleh puluhan orang pengawal.
"Twako... kau... kau terluka...?" Sambil mengamuk dengan pedangnya, Liu Bwee bertanya.
"Tidak apa... mati pun aku rela... pusaka telah diselamatkan...." kata Ouw Sian Kok. "Tapi... tapi anakku...." Dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena harus menghadapi pengeroyokan banyak pengawal.
Sementara itu di dalam istana juga terjadi pertempuran yang mati-matian dan hebat sekali. The Kwat Lin yang melihat datangnya bala bantuan yang di pimpin sendiri oleh Ouwyang Cin Cu, setelah melihat bahwa dua orang pengacau itu terkepung ketat, lalu teringat akan pusaka yang tadi dibawa Swat Hong. Dia teringat pula akan puternya yang sudah tidur di kamarnya, maka cepat dia meninggalkan tempat pertempuran untuk memeriksa pusaka dan puteranya.
Dilihatnya Bu Ong masih tidur nyenyak dan terjaga, maka dia cepat lari ke dalam kamarnya sendiri. Seperti telah diduganya, para penjaga sebanyak lima orang yang berada di kamarnya tewas semua dan keadaan kamarnya rusak dan kacau. Sekali saja melihat ke arah peti hitam yang terbuka di depan tempat tidurnya, tahulah dia bahwa semua pusaka telah dirampas oleh Swat Hong, seperti yang dikhawatirkannya.
"Mencari apa, wanita iblis? Pusaka Pulau Es telah aman!"
The Kwat Lin melihat Swat Hong telah berdiri di ambang pintu bersama seorang gadis lain yang tak dikenalnya. Kemarahan seperti api membakar dadanya melihat dara ini. Sambil mengeluarkan jerit melengking nyaring, dia lalu menerjang dan menggerakan pedang merahnya.
"Cring-trang...!!" Pedang Swat Hong disusul pedang Coat-kut-kiam di tangan Soan Cu menangkis dan kedua orang dara itu meloncat ke belakang, ke tempat yang lebih lega. Dengan kemarahan meluap-luap The Kwat Lin meloncat ke luar dan melanjutkan serangannya. Akan tetapi, setelah bergerak belasan jurus wanita ini terkejut dan merasa menyesal mengapa dia menuruti kemarahan hatinya. (Bersambung)
(dwi)