Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 22 Bagian 1
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
DIA berada dalam bahaya! Kiranya selain Swat Hong yang telah memiliki kepandaian hebat juga gadis yang gerakan-gerakannya liar dan ganas itu amat berbahaya, apalagi cambuk ekor ikan Phi yang meledak-ledak dahsyat. Sebentar saja dia tertekan dan terdesak. Beberapa kali dia berusaha untuk meloloskan diri, akan tetapi sambil mengejek Swat Hong selalu menutup jalan keluar dan dia terus digulung oleh sinar dua orang gadis lihai itu.
The Kwat Lin menjadi nekat. Sambil menggigit bibirnya dia menyerang dahsyat kepada Swat Hong, mencurahkan daya serangannya kepada anak tiri yang dibencinya ini. Menghadapi terjangan dahsyat yang bertubi-tubi itu, Swat Hong mundur-mundur juga. Akan tetapi kesempatan baik ini dipergunakan oleh Soan Cu untuk menyerang dan belakang.
Cambuk ekor ikan Phi meledak dua kali mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin, dan ketika wanita ini mengelak ke sambil melanjutkan serangan pedangnya kepada Swat Hong, Soan Cu pedangnya mengarah lambung.
"Singg.. crat... aihhh!!" Kwat Lin terkejut karena biarpun dia telah mengelak tetap saia pedang Coa-kut-kiam (Pedang Tulang Ular) itu melukai lambungnya, merobek kulit dan mendatangkan rasa nyeri dan panas dan perih sekali. Akan tetapi, wanita yang lihai ini sudah membalik juga membalikkan pedangnya menyambar leher Soan Cu. Hal ini tidak disangka-sangka oleh gadis Pulau Neraka ini.
"Awas Soan Cu...!!" Swat Hong berseru dan pedangnya menyambar, yang diarah adalah lengan kanan Kwat Lin karena hanya dengan jalan itulah dia dapat menolong Soan Cu.
"Brettt... crok... aughhh...!!
Soan Cu terhuyung, pundaknya berlumuran darah karena terluka parah, sedangkan Kwat Lin cepat memindahkan pedang ke tangan kirinya karena lengan kanannya juga terluka parah, terbacok di bagian bahu hampir putus! Dengan kemarahan meluap-luap dia menubruk Swat Hong, namun gadis Pulau Es ini mengelak ke kiri sambil mengangkat kaki menendang lutut.
"Dukkk! Aduh...!" Kwat Lin terbelalak ketika tahu-tahu pedang Coa-kut-kiam telah bersarang di perutnyal Kiranya ketika tadi Swat Hong menendangnya Soan Cu yang terluka dengan kemarahan meluap menubruk, maka begitu wanita itu terguling, pedangnya cepat menyambar dan menusuk perut Kwat Lin.
"Bedebah kau...!" Tiba-tiba pedang di tangan Kwat Lin meluncur.
"Soan Cu awas...!!" Swat Hong berteriak kaget namun terlambat. Pedang yang terlempar dari jarak dekat dan tak terduga-duga itu dilakukan dengan dorongan tenaga terakhir, tak dapat dielakkan dengan baik oleh Soan Cu dan menancap di bawah pundak sampai dalam!
"Soan Cu!" Swat Hong melompat dan pedangnya membabat. Kwat Lin memekik dan lehernya hampir putus! Dengan cepat Swat Hong memeluk tubuh Soan Cu yang tersenyum!
Pergilah... aku... aku tak berguna lagi...!" katanya.
"Omong kosong!" Swat Hong menghardik, mencabut pedang Ang-bwe-kiam dari pundak Soan Cu. Soan Cu menjerit dan pingsan. Dengan gemas Swat Hong melempar pedang itu memondong tubuh Soan Cu, dibawanya keluar.
Betapa kagetnya ketika ia tiba di ruangan luar, pertempuran yang masih berlangsung hebat itu ternyata membuat pihak ibunya terdesak. Bahkan ibunya kelihatan terluka di beberapa tempat, juga ayah Soan Cu, yang mengamuk dengan gagah telah berlumuran darah seluruh tubuhnya. Kwee Lun juga masih mengamuk, dan hanya pemuda inilah yang belum terluka, karena Ouwyang Cin Cu menujukan serangan-serangannya kepada Liu Bwee dan Ouw Sian Kok, karena menganggap ringan kepada Kwee Lun.
"Ibu...!!" Dengan kemarahan meluap-luap, Swat Hong meloncat, mehampiri para pengepung dan menurunkart tubuh Soan Cu ke atas lantai. Lalu gadis ini mengamuk dengan pedangnya, merobohkan bebera orang pengawal. Gerakannya demikian hebat sehingga para pengepung terkejut dan gentar, bergerak mundur.
"Ibu...!"
"Ayahhhh...!"
Ouw Sian Kok menghentikah amukannya dan menjatuhkan diri berlutut. Tadi dia mengira bahwa puterinya telah tewas, maka panggilan itu menggetarkan jantungnya dan membuat dia lemas.
"Kau... kau Soan Cu...?"
"Ayaaaahhh... hu-hu-huuuu...!!" Soan Cu menangis dalam rangkulan ayahnya yang juga bercucuran air mata. Baru pertama kali Ouw Sian Kok dapat mencucurkan air mata.
"Wuttt... trangggg...!!" Dua batang golok terpental oleh tangkisan Ouw Kok tanpa menoleh karena dia sedang mendekap dan menciumi dahi puterinya.
"Ayah, aku puas dapat bertemu denganmu....!
"Soan Cu... aihhh, anakku, kau ampunkan dosa Ayahmu..." Ouw Sian Kok berkata dengan suara terisak.
"Trang-trang... desss!!" dua orang pengawal yang berani menyerang roboh oleh tangkisan pedang Ouw Sian Kok dan mencuatnya kaki Soan Cu yang menendang.
"Ah, jangan kau keluarkan tenaga..." kata Ouw Sian Kok melihat betapa tendangan tadi membuat napas Soan Cu memburu.
"Ayah... aku... aku tidak kuat lagi kau larilah, Ayah...."
"Soan Cu...! Soan Cuuuu...!" Sian Kok meraung-raung ketika menyaksikan dengan mata sendiri betapa puterinya itu, menghembuskan napas di dalam dekapannya, dengan bibie tersenyum.(Bersambung)
DIA berada dalam bahaya! Kiranya selain Swat Hong yang telah memiliki kepandaian hebat juga gadis yang gerakan-gerakannya liar dan ganas itu amat berbahaya, apalagi cambuk ekor ikan Phi yang meledak-ledak dahsyat. Sebentar saja dia tertekan dan terdesak. Beberapa kali dia berusaha untuk meloloskan diri, akan tetapi sambil mengejek Swat Hong selalu menutup jalan keluar dan dia terus digulung oleh sinar dua orang gadis lihai itu.
The Kwat Lin menjadi nekat. Sambil menggigit bibirnya dia menyerang dahsyat kepada Swat Hong, mencurahkan daya serangannya kepada anak tiri yang dibencinya ini. Menghadapi terjangan dahsyat yang bertubi-tubi itu, Swat Hong mundur-mundur juga. Akan tetapi kesempatan baik ini dipergunakan oleh Soan Cu untuk menyerang dan belakang.
Cambuk ekor ikan Phi meledak dua kali mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin, dan ketika wanita ini mengelak ke sambil melanjutkan serangan pedangnya kepada Swat Hong, Soan Cu pedangnya mengarah lambung.
"Singg.. crat... aihhh!!" Kwat Lin terkejut karena biarpun dia telah mengelak tetap saia pedang Coa-kut-kiam (Pedang Tulang Ular) itu melukai lambungnya, merobek kulit dan mendatangkan rasa nyeri dan panas dan perih sekali. Akan tetapi, wanita yang lihai ini sudah membalik juga membalikkan pedangnya menyambar leher Soan Cu. Hal ini tidak disangka-sangka oleh gadis Pulau Neraka ini.
"Awas Soan Cu...!!" Swat Hong berseru dan pedangnya menyambar, yang diarah adalah lengan kanan Kwat Lin karena hanya dengan jalan itulah dia dapat menolong Soan Cu.
"Brettt... crok... aughhh...!!
Soan Cu terhuyung, pundaknya berlumuran darah karena terluka parah, sedangkan Kwat Lin cepat memindahkan pedang ke tangan kirinya karena lengan kanannya juga terluka parah, terbacok di bagian bahu hampir putus! Dengan kemarahan meluap-luap dia menubruk Swat Hong, namun gadis Pulau Es ini mengelak ke kiri sambil mengangkat kaki menendang lutut.
"Dukkk! Aduh...!" Kwat Lin terbelalak ketika tahu-tahu pedang Coa-kut-kiam telah bersarang di perutnyal Kiranya ketika tadi Swat Hong menendangnya Soan Cu yang terluka dengan kemarahan meluap menubruk, maka begitu wanita itu terguling, pedangnya cepat menyambar dan menusuk perut Kwat Lin.
"Bedebah kau...!" Tiba-tiba pedang di tangan Kwat Lin meluncur.
"Soan Cu awas...!!" Swat Hong berteriak kaget namun terlambat. Pedang yang terlempar dari jarak dekat dan tak terduga-duga itu dilakukan dengan dorongan tenaga terakhir, tak dapat dielakkan dengan baik oleh Soan Cu dan menancap di bawah pundak sampai dalam!
"Soan Cu!" Swat Hong melompat dan pedangnya membabat. Kwat Lin memekik dan lehernya hampir putus! Dengan cepat Swat Hong memeluk tubuh Soan Cu yang tersenyum!
Pergilah... aku... aku tak berguna lagi...!" katanya.
"Omong kosong!" Swat Hong menghardik, mencabut pedang Ang-bwe-kiam dari pundak Soan Cu. Soan Cu menjerit dan pingsan. Dengan gemas Swat Hong melempar pedang itu memondong tubuh Soan Cu, dibawanya keluar.
Betapa kagetnya ketika ia tiba di ruangan luar, pertempuran yang masih berlangsung hebat itu ternyata membuat pihak ibunya terdesak. Bahkan ibunya kelihatan terluka di beberapa tempat, juga ayah Soan Cu, yang mengamuk dengan gagah telah berlumuran darah seluruh tubuhnya. Kwee Lun juga masih mengamuk, dan hanya pemuda inilah yang belum terluka, karena Ouwyang Cin Cu menujukan serangan-serangannya kepada Liu Bwee dan Ouw Sian Kok, karena menganggap ringan kepada Kwee Lun.
"Ibu...!!" Dengan kemarahan meluap-luap, Swat Hong meloncat, mehampiri para pengepung dan menurunkart tubuh Soan Cu ke atas lantai. Lalu gadis ini mengamuk dengan pedangnya, merobohkan bebera orang pengawal. Gerakannya demikian hebat sehingga para pengepung terkejut dan gentar, bergerak mundur.
"Ibu...!"
"Ayahhhh...!"
Ouw Sian Kok menghentikah amukannya dan menjatuhkan diri berlutut. Tadi dia mengira bahwa puterinya telah tewas, maka panggilan itu menggetarkan jantungnya dan membuat dia lemas.
"Kau... kau Soan Cu...?"
"Ayaaaahhh... hu-hu-huuuu...!!" Soan Cu menangis dalam rangkulan ayahnya yang juga bercucuran air mata. Baru pertama kali Ouw Sian Kok dapat mencucurkan air mata.
"Wuttt... trangggg...!!" Dua batang golok terpental oleh tangkisan Ouw Kok tanpa menoleh karena dia sedang mendekap dan menciumi dahi puterinya.
"Ayah, aku puas dapat bertemu denganmu....!
"Soan Cu... aihhh, anakku, kau ampunkan dosa Ayahmu..." Ouw Sian Kok berkata dengan suara terisak.
"Trang-trang... desss!!" dua orang pengawal yang berani menyerang roboh oleh tangkisan pedang Ouw Sian Kok dan mencuatnya kaki Soan Cu yang menendang.
"Ah, jangan kau keluarkan tenaga..." kata Ouw Sian Kok melihat betapa tendangan tadi membuat napas Soan Cu memburu.
"Ayah... aku... aku tidak kuat lagi kau larilah, Ayah...."
"Soan Cu...! Soan Cuuuu...!" Sian Kok meraung-raung ketika menyaksikan dengan mata sendiri betapa puterinya itu, menghembuskan napas di dalam dekapannya, dengan bibie tersenyum.(Bersambung)
(dwi)