Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 22 Bagian 4

Senin, 15 Mei 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 22 Bagian 4
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Dua hari dua malam dia rebah pingsan di dasar sumur yang lembab, tanpa diusik oleh ular-ular itu yang hanya memandang dan jauh seolah-olah dia merupakan mahluk yang menakutkan. Pada hari ke tiga, nampak tanda hidup pada tubuh yang tadinya tak bergerak-gerak seperti mati itu dengan suara mengeluh panjang, kemudian tubuh itu bergerak dan bangkit duduk dengan susah payah.

Sejenak Sin Liong merasa nanar dan bingung melihat bahwa dirinya berada di tempat yang amat gelap. Begitu gelapnya sehingga dengan terkejut dia menyangka bahwa matanya telah menjadi buta.

Akan tetapi, ketika dia menoleh, tampaklah sedikit cahaya di belakangnya, dan mengertilah dia dengan hati lega bahwa dia tidak buta, melainkan berada di tempat yang amat gelap. Dia tidak tahu bahwa dia dilempar ke sumur dan sumur itu kini telah tertutup oleh batu-batu besar dari atas ketika guha terowongan itu sengaja diruntuhkan oleh Kiam-mo Cai-li dan The Kwat Lin.

Melihat cahaya terang di belakangnya, Sin Liong menggerakkan tubuhnya hendak menyelidiki, akan tetapi dia mengeluh karena begitu bergerak, dadanya terasa nyeri bukan main!

Dia teringat akan pertempuran itu dan mulai mengertilah dia bahwa tentu dia telah tertawan dan berada dalam tempat tahanan rahasia yang amat gelap. Maka dia segera duduk bersila mengatur pernapasan di tempat lembab dan pengap itu, menyalurkan tenaga dan hawa sakti di dalam tubuhnya.

Memang dia memiliki sinkang yang amat kuat berkat latihan di Pulau Es, maka tak lama kemudian dia telah mengobati luka di dalam tubuhnya dan melenyapkan rasa nyeri-nyeri di tubuhnya. Begitu dia menghentikan latihannya, terasa betapa perutnya lapar sekali. Dia tidak tahu bahwa sudah dua hari dua malam perutnya sama sekali tidak diisi apa-apa.

Sin Liong bangkit berdin dengan hati-hati. Tangannya meraih ke atas. Kosong. Dia mencoba meloncat dengan kedua tangan di atas kepala. Tetap saja di sebelah atasnya kosong, tanda bahwa tempat tahanan itu tinggi bukan main! Seperti sumur!

Betapapun dalamnya sumur itu tentu dia akan meloncat keluar, pikirnya. Dikerahkan seluruh tenaga dalamnya, kemudian dengan ilmu ginkangnya yang istimewa, dia melompat lagi ke atas, kedua tangannya tetap menjaga di atas kepala.

"Plakkk!"

Tubuhnya melayang lagi ke bawah. Kedua tangannya bertemu dengan batu besar yang amat berat, yang menutup lubang sumur itu! Beberapa kali Sin Liong menggunakan kepandaiannya untuk keluar dari dalam sumur, dan sekali meloncat, dia menggunakan sinkang di kedua tangannya untuk mendorong batu.

Akan tetapi usahanya ini selalu gagal. Tentu saja tidak mungkin bagi seorang manusia, betapa kuatpun dia untuk meloncat sambil mendorong tumpukan batu-batu besar yang menutup mulut sumur itu, batu-batu sebesar rumah dan yang sebongkah saja beratnya ada yang seribu kati!

Akhirnya Sin Liong pun maklum bahwa usahanya meloloskan diri melalui atas tidak mungkin baginya. Maka dia mulai meraba-raba di sekelilingnya. Sumur itu tidak berapa lebar, paling banyak bergaris tengah tiga meter.

Ketika dia mendengar suara mendesis-desis dan mencium bau amis, tahulah dia bahwa di empat itu terdapat banyak ular berbisa. Kemudian tampak olehnya melalui cahaya redup tadi bahwa di bagian bawah terdapat sebuah lubang dan agaknya dari tempat itulah ular-ular itu keluar dari sumur.

Begitu dia mendekati lubang ini, tampak olehnya ekor ular berkelebat di dalam cahaya remang-remang itu, menjauhkan diri. Dia merasa heran mengapa binatang-binatang itu tidak mengganggunya ketika dia pingsan dan kini kelihatan takut kalau didekatinya. Dia teringat, meraba saku bajunya dan tersenyum mengeluarkan batu hijau yang mengeluarkan sinar di dalam gelap itu. Inilah penolongku, pikirnya. Hatinya menjadi makin tenang.

Dengan adanya batu mustika hijau ini, tidak perlu takut menghadapi binatang berbisa apa pun. Akan tetapi, melihat batu mustika itu, teringatlah dia kepada Swat Hong dan dia merasa khawatir juga. Musuh demikian lihai, dia sendiri kena ditangkap dan agaknya dilempar ke sumur ini. Bagaimana nasib Swat Hong? Dia harus cepat keluar dari tempat ini untuk menolong Swat Hong. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0423 seconds (0.1#10.140)