Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 24 Bagian 14
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Thian-tok dan Thian-he Tee-it adalah orang-orang yang terkenal di dunia persilatan sebagai tokoh-tokoh besar yang sudah banyak mengalami pertempuran. Mereka tahu pula bahwa orang yang memiliki sinkang amat kuat dapat menjadi kebal, akan tetapi selama hidup mereka belum pernah mereka menyaksikan kekebalan seperti yang dihadapi mereka sekarang ini. Kekebalan yang agaknya tanpa disertai pengerahan tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh seperti melindungi tubuh pemuda itu, mereka maklum bahwa pemuda ini bukan orang sembarangan. Tanpa melawan saja pemuda ini telah membuat mereka tidak berdaya, betapa hebatnya kalau pemuda ini mengangkat tangan membalas!
"Maafkan kami,..!" Thian-tok berseru lalu melompat dan berlari pergi.
"Sin-tong, maafkan...!" Ciang Ham juga berkata lalu menyeret tombaknya, terpincang-pincang pergi dari situ.
Tentu saja para tokoh lain yang memang sudah merasa ngeri dan jerih, melihat kedua orang yang diandalkan itu lari, cepat membalikkan tubuh dan berserabutan lari dari situ meninggalkan Sin Liong yang masih berdiri tegak di tempat itu.
Swat Hong lari menghampiri suhengnya, lalu memeluk suhengnya itu. "Suheng..., kau tidak apa-apa...?" tanyanya.
Sin Liong menggeleng kepala dan tersenyum.
"Pakaianmu hancur.,.."
"Pakaian rusak mudah diganti, akhlak yang rusak lebih menyedihkan lagi karena mendatangkan malapetaka."
"Suheng, kau...."
"Ada apakah, Sumoi....?"
Swat Hong menggeleng kepala dan dia melepaskan rangkulannya, melangkah mundur dua tindak dan memandang suhengnya dengan pandang mata penuh takjub dan juga jerih. "Suheng, kau.. kau. berbeda dari dulu...."
"Aih, Sumoi, aku tetap Sin Liong suhengmu yang dahulu."
"Tidak, tidak...! Kau berbeda sekali. Ilmu apakah yang kaupergunakan tadi? Mendiang Ayahku sekalipun tidak pernah memperlihatkan ilmu mujijat seperti itu...."
"Apakah keanehannya, Sumoi? Ilmu yang berdasarkan kekerasan tentu hanya mengakibatkan pertentangan dan kerusakan belaka, dan setiap bentuk kekerasan hanya akan mencelakakan diri sendiri."
"Suheng, ajarilah aku ilmu tadi...."
"Tidak ada yang bisa mengajar, kelak kau akan mengerti sendiri, Sumoi. Marilah kita lanjutkan perjalanan kita."
Setelah berkata demikian, Sin Liong memegang tangan sumoinya dan terdengar jerit tertahan dara itu ketika dia merasa bahwa dia dibawa lari oleh suhengnya dengan kecepatan seperti terbang saja! Dia sendiri adalah seorang ahli ginkang yang memiliki ilmu berlari cepat cukup luar biasa, akan tetapi apa yang dialaminya sekarang ini benar-benar seperti terbang, atau seperti terbawa oleh angin saja? Makin yakinlah hatinya bahwa suhengnya telah menjadi seorang yang amat luar biasa kesaktiannya, menjadi seorang manusia dewa!
***
Gerakan pembalasan yang dilakukan oleh Kaisar Kerajaan Tang yang baru, yaitu Kaisar Su Tiong, yang dilakukan dari Secuan, amat hebat. Gerakon pembalasan untuk merarapas kembali ibu kota Tiang-an dari tangan pemberontak ini dibantu oleh pasukan yang dapat dikumpulkan di Tiongkok bagian barat, dibantu pula oleh pasukan Turki, bahkan pasukan Arab. Dengan bala tentara yang besar dan kuat, Kaisar Su Tiong melakukan serangan balasan terhadap pemerintah pemberontak yang tidak lagi dipimpin oleh An Lu Shan karena jenderal pemberontak itu telah tewas.
Perang hebat terjadi selama sepuluh tahun, dan di dalam perang ini, para pemberontak dapat dihancurkan dan kota demi kota dapat dirampas kembah sampai akhirnya ibu kota dapat direbut kembali oleh Kaisar Su Tiong. Di dalam peperangan ini, Han Bu Ong putera The Kwat Lin yang bersama orang-orang kerdil membantu pemerintah pemberontak, tewas pula dalam pertempuran hebat sampai tidak ada seorang pun orang kerdil tinggal hidup.
Dalam tahun 766 berakhirlah perang yang mengorbankan banyak harta dan nyawa itu, namun Kerajaan Tang telah menderita hebat sekali akibat perang yang mula-mula ditimbulkan oleh pemberontak An Lu Shan itu. Kematian yang diderita rakyat, pembunuhan-pembunuhan biadab yang terjadi di dalam perang selama pemberontakan ini adalah yang terbesar menurut catatan sejarah. Menurut catatan kuno, tidak kurang dari tiga puluh lima juta manusia tewas selama perang yang biadab itu! (Bersambung)
Thian-tok dan Thian-he Tee-it adalah orang-orang yang terkenal di dunia persilatan sebagai tokoh-tokoh besar yang sudah banyak mengalami pertempuran. Mereka tahu pula bahwa orang yang memiliki sinkang amat kuat dapat menjadi kebal, akan tetapi selama hidup mereka belum pernah mereka menyaksikan kekebalan seperti yang dihadapi mereka sekarang ini. Kekebalan yang agaknya tanpa disertai pengerahan tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh seperti melindungi tubuh pemuda itu, mereka maklum bahwa pemuda ini bukan orang sembarangan. Tanpa melawan saja pemuda ini telah membuat mereka tidak berdaya, betapa hebatnya kalau pemuda ini mengangkat tangan membalas!
"Maafkan kami,..!" Thian-tok berseru lalu melompat dan berlari pergi.
"Sin-tong, maafkan...!" Ciang Ham juga berkata lalu menyeret tombaknya, terpincang-pincang pergi dari situ.
Tentu saja para tokoh lain yang memang sudah merasa ngeri dan jerih, melihat kedua orang yang diandalkan itu lari, cepat membalikkan tubuh dan berserabutan lari dari situ meninggalkan Sin Liong yang masih berdiri tegak di tempat itu.
Swat Hong lari menghampiri suhengnya, lalu memeluk suhengnya itu. "Suheng..., kau tidak apa-apa...?" tanyanya.
Sin Liong menggeleng kepala dan tersenyum.
"Pakaianmu hancur.,.."
"Pakaian rusak mudah diganti, akhlak yang rusak lebih menyedihkan lagi karena mendatangkan malapetaka."
"Suheng, kau...."
"Ada apakah, Sumoi....?"
Swat Hong menggeleng kepala dan dia melepaskan rangkulannya, melangkah mundur dua tindak dan memandang suhengnya dengan pandang mata penuh takjub dan juga jerih. "Suheng, kau.. kau. berbeda dari dulu...."
"Aih, Sumoi, aku tetap Sin Liong suhengmu yang dahulu."
"Tidak, tidak...! Kau berbeda sekali. Ilmu apakah yang kaupergunakan tadi? Mendiang Ayahku sekalipun tidak pernah memperlihatkan ilmu mujijat seperti itu...."
"Apakah keanehannya, Sumoi? Ilmu yang berdasarkan kekerasan tentu hanya mengakibatkan pertentangan dan kerusakan belaka, dan setiap bentuk kekerasan hanya akan mencelakakan diri sendiri."
"Suheng, ajarilah aku ilmu tadi...."
"Tidak ada yang bisa mengajar, kelak kau akan mengerti sendiri, Sumoi. Marilah kita lanjutkan perjalanan kita."
Setelah berkata demikian, Sin Liong memegang tangan sumoinya dan terdengar jerit tertahan dara itu ketika dia merasa bahwa dia dibawa lari oleh suhengnya dengan kecepatan seperti terbang saja! Dia sendiri adalah seorang ahli ginkang yang memiliki ilmu berlari cepat cukup luar biasa, akan tetapi apa yang dialaminya sekarang ini benar-benar seperti terbang, atau seperti terbawa oleh angin saja? Makin yakinlah hatinya bahwa suhengnya telah menjadi seorang yang amat luar biasa kesaktiannya, menjadi seorang manusia dewa!
***
Gerakan pembalasan yang dilakukan oleh Kaisar Kerajaan Tang yang baru, yaitu Kaisar Su Tiong, yang dilakukan dari Secuan, amat hebat. Gerakon pembalasan untuk merarapas kembali ibu kota Tiang-an dari tangan pemberontak ini dibantu oleh pasukan yang dapat dikumpulkan di Tiongkok bagian barat, dibantu pula oleh pasukan Turki, bahkan pasukan Arab. Dengan bala tentara yang besar dan kuat, Kaisar Su Tiong melakukan serangan balasan terhadap pemerintah pemberontak yang tidak lagi dipimpin oleh An Lu Shan karena jenderal pemberontak itu telah tewas.
Perang hebat terjadi selama sepuluh tahun, dan di dalam perang ini, para pemberontak dapat dihancurkan dan kota demi kota dapat dirampas kembah sampai akhirnya ibu kota dapat direbut kembali oleh Kaisar Su Tiong. Di dalam peperangan ini, Han Bu Ong putera The Kwat Lin yang bersama orang-orang kerdil membantu pemerintah pemberontak, tewas pula dalam pertempuran hebat sampai tidak ada seorang pun orang kerdil tinggal hidup.
Dalam tahun 766 berakhirlah perang yang mengorbankan banyak harta dan nyawa itu, namun Kerajaan Tang telah menderita hebat sekali akibat perang yang mula-mula ditimbulkan oleh pemberontak An Lu Shan itu. Kematian yang diderita rakyat, pembunuhan-pembunuhan biadab yang terjadi di dalam perang selama pemberontakan ini adalah yang terbesar menurut catatan sejarah. Menurut catatan kuno, tidak kurang dari tiga puluh lima juta manusia tewas selama perang yang biadab itu! (Bersambung)
(dwi)