Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 3 Bagian 2
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
Makin muak rasa perut Liu Lu Sian menyaksikan majunya dua orang yang berwajah buruk ini. Memang ia sengaja menantang agar mereka maju sekaligus agar ia tidak usah berkali-kali menghadapi mereka seorang demi seorang. Pula, tantangannya ini merupakan akal untuk menilai mereka. Yang mau datang mengeroyoknya manandakan seorang laki-laki pengecut dan yang tidak boleh dihargai sama sekali, perlu cepat ditundukkan sekaligus.
Han Bian Ki girang melihat majunya dua orang yang semaksud itu. Kini terbuka kesempatan pula baginya untuk mencari kemenangan, atau setidaknya tentu berhasil menyentuh kulit badan Si Nona atau beradu lengan. Maka ia tidak mau kalah semangat dan biarpun sudah sejak tadi ia dipermainkan, kini ia memperlihatkan sikap galak dan menerjang Liu Lu Sian dengan seruan nyaring Dua orang yang baru naik itu pun tidak membuang kesempatan ini, membarengi dengan serangan-serangan mereka karena mereka tahu bahwa serangan tiga orang secara berbarengan tentu akan lebih banyak memungkinkan hasil baik.
"Menjemukan...!" Liu Lu Sian berseru dan terjadilah penglihatan yang amat menarik. Tiga orang pemuda itu menyerang dari tiga jurusan, serangan mereka galak dan ganas, apalagi Si Muka Kuning Bhong Siat yang ternyata merupakan seorang ahli ilmu silat yang mempergunakan tenaga dalam. Pukulan-pukulannya mendatangkan angin yang bersiutan. Namun hebatnya, tak pernah enam buah tangan dan enam buah kaki itu menyentuh ujung baju Lu Sian. Gadis itu dalam pandangan tiga orang pengeroyoknya lenyap dan berubah menjadi bayangan yang berkelebatan seperti sambaran burung walet yang amat lincah. Dan dalam pertandingan kurang dari dua puluh jurus, terdengar teriakan-teriakan dan secara susul-menyusul tubuh tiga orang pemuda itu "terbang" dari atas panggung, terlempar secara yang mereka sendiri tidak tahu bagaimana. Mereka jatuh tunggang-langgang dan berusaha untuk merangkak bangun.
"Hemm, orang-orang tak tahu malu. Hayo lekas pergi dari sini!" terdengar suara keras membentak di belakang mereka dan sebuah lengan yang kuat sekali memegang tengkuk mereka dan tahu-tahu tubuh mereka seorang demi seorang terlempar keluar. Tanpa berani menoleh lagi kepada Ma Thai Kun yang melemparkan mereka keluar, tiga orang itu terus saja lari sempoyongan keluar dari halaman gedung. Para tamu menyambut kemenangan Liu Lu Sian dengan tepuk tangan riuh rendah. Para muda yang tadinya ada niat untuk mencoba-coba, makin kuncup hatinya dan hampir semua membatalkan niat hatinya, menhibur hati yang patah dengan kenyataan bahwa tak mungkin mereka dapat menandingi nona yang amat lihai itu!
Akan tetapi ternyata masih seeorang laki-laki muda yang dengan langkah tegap dan tenang menghampiri panggung, kemudian dengan gerakan lambat melompat naik. Ketika kedua buah kakinya menginjak panggung, Lu Sian merasa tergetar kedua telapak kakinya, tanda bahwa yang datang ini memiliki lwee-kang yang cukup hebat. Ia menjadi tertarik, akan tetapi ketika mengangkat muka memandang, ia merasa kecewa. Laki-laki ini sikapnya gagah dan pakainnya sederhana, mukanya membayangkan kerendahan hati dan kejujuran, namun sama sekali tidak tampan, matanya lebar dan alisnya bersambung hidungnya pesek!
"Saya yang bodoh Lie Kung dari pegunungan Tai-liang. Sebetulnya saya tidak ada harga untuk memasuki sayembara, akan tetapi karena sudah sampai di sini dan saya amat tertarik dan kagum menyaksikan kehebatan ilmu silat Nona, perkenankanlah saya memperlihatkan kebodohan sendiri." Kata-katanya merendah akan tetapi jujur dan sederhana.
Lu Sian tersenyum mengejek. "Siapa pun juga boleh saja mencoba kepandaian karena memang saat ini merupakan kesempatan. Nah, silakan saudara Lie maju!"
"Nona menjadi nona rumah dan seorang wanita, saya merasa sungkan untuk membuka serangan." Jawab Lie Kung.
"Hemm, kalau begitu sambutlah ini!" Secara tiba-tiba Liu Lu Sian menyerang, pukulannya amat cepat, gerakannya indah akan tetapi bersifat ganas karena pukulan itu mengarah bagian berbahaya di pusar, merupakan serangan maut! Lie Kung berseru keras dan kaget. Tak sangkanya nona yang demikian cantiknya begini ganas gerakanya, maka cepat ia melompat mundur dan mengibaskan tangan dan menangkis dengan kecepatan penuh. (Bersambung)
Makin muak rasa perut Liu Lu Sian menyaksikan majunya dua orang yang berwajah buruk ini. Memang ia sengaja menantang agar mereka maju sekaligus agar ia tidak usah berkali-kali menghadapi mereka seorang demi seorang. Pula, tantangannya ini merupakan akal untuk menilai mereka. Yang mau datang mengeroyoknya manandakan seorang laki-laki pengecut dan yang tidak boleh dihargai sama sekali, perlu cepat ditundukkan sekaligus.
Han Bian Ki girang melihat majunya dua orang yang semaksud itu. Kini terbuka kesempatan pula baginya untuk mencari kemenangan, atau setidaknya tentu berhasil menyentuh kulit badan Si Nona atau beradu lengan. Maka ia tidak mau kalah semangat dan biarpun sudah sejak tadi ia dipermainkan, kini ia memperlihatkan sikap galak dan menerjang Liu Lu Sian dengan seruan nyaring Dua orang yang baru naik itu pun tidak membuang kesempatan ini, membarengi dengan serangan-serangan mereka karena mereka tahu bahwa serangan tiga orang secara berbarengan tentu akan lebih banyak memungkinkan hasil baik.
"Menjemukan...!" Liu Lu Sian berseru dan terjadilah penglihatan yang amat menarik. Tiga orang pemuda itu menyerang dari tiga jurusan, serangan mereka galak dan ganas, apalagi Si Muka Kuning Bhong Siat yang ternyata merupakan seorang ahli ilmu silat yang mempergunakan tenaga dalam. Pukulan-pukulannya mendatangkan angin yang bersiutan. Namun hebatnya, tak pernah enam buah tangan dan enam buah kaki itu menyentuh ujung baju Lu Sian. Gadis itu dalam pandangan tiga orang pengeroyoknya lenyap dan berubah menjadi bayangan yang berkelebatan seperti sambaran burung walet yang amat lincah. Dan dalam pertandingan kurang dari dua puluh jurus, terdengar teriakan-teriakan dan secara susul-menyusul tubuh tiga orang pemuda itu "terbang" dari atas panggung, terlempar secara yang mereka sendiri tidak tahu bagaimana. Mereka jatuh tunggang-langgang dan berusaha untuk merangkak bangun.
"Hemm, orang-orang tak tahu malu. Hayo lekas pergi dari sini!" terdengar suara keras membentak di belakang mereka dan sebuah lengan yang kuat sekali memegang tengkuk mereka dan tahu-tahu tubuh mereka seorang demi seorang terlempar keluar. Tanpa berani menoleh lagi kepada Ma Thai Kun yang melemparkan mereka keluar, tiga orang itu terus saja lari sempoyongan keluar dari halaman gedung. Para tamu menyambut kemenangan Liu Lu Sian dengan tepuk tangan riuh rendah. Para muda yang tadinya ada niat untuk mencoba-coba, makin kuncup hatinya dan hampir semua membatalkan niat hatinya, menhibur hati yang patah dengan kenyataan bahwa tak mungkin mereka dapat menandingi nona yang amat lihai itu!
Akan tetapi ternyata masih seeorang laki-laki muda yang dengan langkah tegap dan tenang menghampiri panggung, kemudian dengan gerakan lambat melompat naik. Ketika kedua buah kakinya menginjak panggung, Lu Sian merasa tergetar kedua telapak kakinya, tanda bahwa yang datang ini memiliki lwee-kang yang cukup hebat. Ia menjadi tertarik, akan tetapi ketika mengangkat muka memandang, ia merasa kecewa. Laki-laki ini sikapnya gagah dan pakainnya sederhana, mukanya membayangkan kerendahan hati dan kejujuran, namun sama sekali tidak tampan, matanya lebar dan alisnya bersambung hidungnya pesek!
"Saya yang bodoh Lie Kung dari pegunungan Tai-liang. Sebetulnya saya tidak ada harga untuk memasuki sayembara, akan tetapi karena sudah sampai di sini dan saya amat tertarik dan kagum menyaksikan kehebatan ilmu silat Nona, perkenankanlah saya memperlihatkan kebodohan sendiri." Kata-katanya merendah akan tetapi jujur dan sederhana.
Lu Sian tersenyum mengejek. "Siapa pun juga boleh saja mencoba kepandaian karena memang saat ini merupakan kesempatan. Nah, silakan saudara Lie maju!"
"Nona menjadi nona rumah dan seorang wanita, saya merasa sungkan untuk membuka serangan." Jawab Lie Kung.
"Hemm, kalau begitu sambutlah ini!" Secara tiba-tiba Liu Lu Sian menyerang, pukulannya amat cepat, gerakannya indah akan tetapi bersifat ganas karena pukulan itu mengarah bagian berbahaya di pusar, merupakan serangan maut! Lie Kung berseru keras dan kaget. Tak sangkanya nona yang demikian cantiknya begini ganas gerakanya, maka cepat ia melompat mundur dan mengibaskan tangan dan menangkis dengan kecepatan penuh. (Bersambung)
(dwi)