Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 9

Jum'at, 30 Juni 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 9
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

"Suci...! Dimana kau...?" Kam Si Ek berseru, akan tetapi ia tidak melihat kakak seperguruannya itu. Namun ia mempunyai banyak pekerjaan, maka ia tidak mencarinya lagi, melainkan cepat mengatur anak buahnya untuk melakukan penjagaan yang lebih kuat dan memerintah orang-orang untuk mengurus lima buah mayat yang menggeletak di lantai ruangan gedung.

Malam itu juga ia mengadili lima orang lain yang dilukai encinya dan menggunakan kesempatan ini untuk mengancam para tentara dengan hukuman berat apabila ada yang berani melakukan penyelewengan. Kemudian ia masuk ke dalam kamarnya dan duduk termenung. Ia maklum bahwa tidak semua anggota bala tentaranya setia kepadanya, karena sesungguhnya, ia tidak mampu memberi belanja yang cukup kepada mereka. Banyak diantara mereka yang diam-diam ingin rupanya dia mengabdi kepada Raja Liang atau kepada Gubernur Li yang juga sudah mengangkat diri sendiri sebagai raja muda di Shan-si.

"Tidak," bantah suara hatinya, "sebelum muncul pemimpin yang betul-betul akan membuat rakyat Shan-si khususnya hidup aman tentram dan makmur, aku tidak akan mengabdi kepada siapapun juga!"

Sementara itu, Lu Sian terus meronta-ronta, kedua kakinya digerak-gerakkan danakhirnya Kwee Seng menurunkannya di dalam hutan tempat mereka tadi beristirahat sambil membebaskan totokannya. Dengan pedang di depan dada Lu Sian meloncat maju dan membentak.

"Kwee Seng, kali ini kau terlalu! Mengapa kau mengganggu urusanku? Apakah kau hendak pamer kepandaianmu?"

"Eh, Sian-moi..., aku hanya hendak mencegah kau menimbulkan keributan di tempat orang, aku... aku hanya bermaksud menolongmu..."

"Siapa butuh pertolongan mu? Siapa sudi? Kwee Seng, agaknya di samping kelemahan hatimu, kau juga memiliki kesombongan memandang rendah orang lain. Apa yang kulakukan, kau peduli apakah?"

"Sian-moi, mengapa kau berkata demikian? Bagaimana aku dapat tidak mempedulikan apa yang kau lakukan? Sian-moi... kau sudah tahu akan perasaan hatiku, tak perlu kusembunyikan lagi. Aku cinta padamu! Nah, sekarang terlepaslah sudah ganjalan hatiku. Aku mencintaimu, tentu saja aku tak dapat membiarkanmu terancam bahaya atau melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Kam Si Ek seorang patriot sejati, seorang gagah perkasa, tak boleh diganggu..."

"Cukup! Biar seribu kali kau mencintaku, kau belum berhak untuk mengurusi persoalanku. Aku bukan apa-apamu, tahu? Kau boleh mencintaku sampai mampus, akan tetapi aku tidak mencintaimu! Dengar baik-baik, Kwee Seng, aku tidak cinta kepadamu! Kau memang tampan, kau memang gagah perkasa, memiliki kesaktian tinggi melebihi aku, akan tetapi kau lemah! Kau bukan laki-laki sejati, hatimu lemah, mudah jatuh. Kaukira aku cinta kepadamu? Ihh! Aku suka ikut bersamamu karena mengharapkan kepandaianmu yang kaujanjikan kepadaku di depan ayah. Nah kau dengar sekarang? Setelah kauketahui pendirianku, apakah kau kini hendak menarik janjimu lagi seperti layaknya seorang pengecut?"

Bukan main hebatnya serangan ini bagi Kwee Seng, seakan-akan ribuan batang jarum berbisa menusuk-nusuk jantungnya. Wajahnya sebentar pucat sebentar merah, tubuhnya gemetar, bibirnya menggigil, matanya sayu dan dua butir air mata membasahi pipinya. Kemudian ia menggertak gigi mengeraskan perasaan, menguatkan hatinya, mengepal tangan dan berkata sambil menengadahkan muka ke langit.

"Bagus sekali! Memang kau patut menjadi puteri Pat-jiu- Sin-ong! Aku yang bodoh. Ha-ha-ha, aku yang tolol. Orang macamku mana berharga menjatuhkan hati padamu? Tidak, Liu Lu Sian, aku tidak menarik janjiku! Kapan saja kau minta, akan kuturunkan ilmuku yang kupakai mengalahkan kau di panggung Beng-kauw ketika itu. Memang aku cinta kepadamu, dan kau tidak mencintaiku sama sekali. Ha-ha-ha, biarlah, biar dirasakan oleh hati yang rakus ini, oleh pikiran yang pendek dan tak tahu diri ini, Si Cebol merindukan bulan, ha-ha-ha!"

Senang bukan main hati Liu Lu Sian. Memang beginilah watak gadis puteri Beng-kauwcu ini. Mungkin karena semenjak kecil terlalu dimanja, atau memang memiliki watak aneh keturunan ayahnya yang terkenal sebagai tokoh aneh di dunia kang-ouw, gadis ini suka sekali melihat laki-laki, sebanyak-banyaknya, jatuh hati kepadanya. Suka Ia menggoda, menonjolkan kejelitaannya agar mereka makin dalam terperosok, kemudian akan ia kecewakan mereka, akan ia permainkan mereka dan melihat mereka menderita, ia akan mentertawakannya!

"Untung engkau masih belum terlalu rendah untuk menarik kembali janjimu. Kwee Seng, aku menuntut janjimu itu pada besok malam, tepat tengah malam, di sini juga. Aku akan menjumpaimu disini dan..."

"Tidak, Liu Lu Sian. Tempat ini kurang sepi, mungkin ada orang lewat dan akan melihat kita. Kau lihat bukit di sana itu. Tampaknya sukar didatangi, terjal dan liar. Jangan kira mudah menerima ilmu. Aku hanya mau menurunkan ilmuku kepadamu di puncak bukit itu. Besok malam tengah malam tepat, aku menantimu di sana!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.1110 seconds (0.1#10.140)